Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Surat Untuk Allah…

Surat Untuk Allah…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (temonsoejadi.wordpress.com)

dakwatuna.com – Duhai Allah… izinkan untaian kata ini tertulis untuk-Mu.

Rabbi… Telah Kau ciptakan kami, manusia menjadi makhluk-Mu yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-Mu yang lain.

Kau berikan kami akal untuk berpikir. Berpikir mengenai segala penciptaan-Mu hingga kami mampu mengenal-Mu darinya. Berpikir tentang indahnya ciptaan Mu yang terhampar luas di alam ini yang darinya kami akan mengenalkan pada anak cucu kami tentang keberadaan-Mu darinya.

Bak karpet hijau terhampar luas hijau daun-daun, pepohonan dan rerumputan itu nampak tak berujung…

Bagaikan akuarium raksasa Kau ciptakan luasnya lautan beserta ikan-ikan di dalamnya

Seperti tiang menjulang tinggi Kau ciptakan gunung itu…

Allah… Kau juga berikan kami hati yang kemudian dengannya kami mampu meyakini keberadaan Mu

Kau juga berikan indera pada kami yang sungguh anggun pada setiap bagiannya. Sempurna ya Allah…

Kau sempurnakan kami dengan rasa malu yang dengannya seharusnya kami benar-benar merasa malu jika harus bermaksiat kepada-Mu.

Dan… Lebih dari itu Kau telah berikan pada kami sebuah keberanian sehingga kami menyanggupi amanah besar ketika makhluk mu yang lain tak menyanggupinya, Sedang kami berkata mampu untuk mengembannya, menjadi seorang khalifah di muka bumi ini.

Namun… apa yang telah kami lakukan kini ya Allah?

Kau telah saksikan semua, ketika hijau pepohonan itu kami bumi hanguskan dan berubah menjadi kerangka hitam dengan asap mengepul menuju langit-Mu. Keseimbangan yang juga tak lagi sempurna kala hijau itu kini jua berubah menjadi atap atap yang kokoh menjulang tinggi seolah menyombongkan ciptaan kami sendiri. Padahal sungguh itu tak berarti apa-apa di mata-Mu…

Kau juga telah saksikan ketika laut tiba-tiba menggelegar, mematikan ikan ikan dan menghancurkan ekosistem di dalamnya.

Ya Rabb… kami juga masih ingat kala melihat tangis orang tua kami saat hatinya kami sakiti, saat kata-kata kasar itu ringan keluar dari lisan dan membuatnya terluka padahal ridha Mu ada pada ridha mereka. Kami khilaf ya Allah….

Kami juga sering tidak peduli pada orang-orang yang fakir dan miskin, kami sering acuh pada mereka, kami lupa ada hak mereka pada rezeki yang telah Kau berikan pada kami. Sedang kami telah hanyut dalam hidup bermewah-mewahan dan keberlimpahan harta. Padahal dengan mudahnya Kau dapat mengambil itu semua…Kami telah lupa …kami telah lupa untuk bersyukur ya Allah atas apa yang telah Kau berikan…

Tak hanya itu ternyata ya Allah… kami di sini masih saja berpura-pura tak mendengar jeritan saudara kami di sana yang mungkin detik ini merasa terancam nyawanya, namun mereka tak gentar barang sedikit pun. Mereka yang tak pernah nyenyak tidurnya, tak pernah mengeluh atas apa yang sedang terjadi, mereka juga yang selalu bersiap siaga tak kenal waktu tak pernah menyerah karena mereka hanya mengharap pertolongan dari-Mu.

Sedang kami… kami ya Allah, kami juga manusia namun mengapa kami tidak peduli dengan semua itu. Seolah mata ini tak melihat, telinga ini tak mendengar bahkan lisan ini saja hanya diam, kami lupa dengan hari akhir yang Kau janjikan, hari pembalasan bagi segala amal perbuatan kami sekalipun itu sebesar biji zharah. Kami juga lupa pada keberadaan Syurga dan Neraka yang telah Kau ciptakan sebagai balasan yang setimpal atas apa yang kami lakukan di dunia…

Duhai Dzat yang Maha Agung… sering kami lupa dengan panasnya api neraka milik Mu. Api yang telah Kau nyalakan selama 1000 tahun hingga warna nya menjadi merah, kemudian Kau bakar lagi selama 1000 tahun hingga waranya berubah lagi menjadi putih, dan ternyata tak cukup sampai situ Kau bakar lagi selama 1000 tahun hingga menjadi hitam legam seperti malam yang gelap gulita. Rabbi, izinkan kami bertanya sepanas apakah itu??? Jika salah satu jenisnya saja di dunia kami sudah tak sanggup menahannya.

Duhai Allah… Seandainya saja Kau kabarkan pada kami lebih awal akan kedatangan hari kiamat itu pastilah kami akan menyegerakan taubat kami, pastilah sujud sujud kami akan lebih panjang, pastilah kami tak pernah pergi meninggalkan-Mu dan pastilah semua ini tidak akan pernah terjadi.

Rabbi… Maafkanlah kami yang telah menzhalimi diri kami sendiri, yang telah banyak bersalah pada-Mu yang tak bersungguh-sungguh menjalankan syahadat ini dan yang belum menyeluruh dalam agama ini.

Ya Allah… kami yakin pintu hidayah-Mu tak akan pernah tertutup bagi kami, segera bukakan ya Rabb. Bantu kami untuk kembali merasakan manisnya iman itu, indahnya berdialog dengan mu dalam setiap sujud dalam shalat, kembalikan kami pada risalah yang telah di bawah oleh Baginda Rasulullah Muhammad Salallahu’alaihi wassalam dan merasakan kebersamaan dengan-Mu dalam hidup ini sehingga kami kembali menyadari tugas kami sebagai Khalifatullah fil ardhi.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (35 votes, average: 9.80 out of 5)
Loading...

Hanya seorang manusia biasa dengan segala kelemahannya. Namun, dengan berbekal sebuah azzam dalam hati dirinya bertekad untuk memanfaatkan apa yang dimilikinya sebaik mungkin�� agar menjadi insan yang dapat memberi manfaat bagi sesama (Khoirunnas An'fauhum Linnas).

Seorang manusia biasa yang sedang menunggu ketetapan Rabb nya disetiap waktu, menjalani setiap skenario yang menjadi garis kehidupannya dari Sang Khalik.

Seorang pemimpi yang menjadikan ikhtiar, doa, tawakkal dan ridho orang tua sebagai modal utamanya.

 

Ketika dengan tulisan menjadikan seseorang berilmu sehingga ilmu itu berubah menjadi sebuah amal

Maka itulah sebuah nilai yang mampu ku berikan agar manfaat itu membersamai hidup ku hingga berbuah pahala dalam lingkaran Ridho Ilahi....

Lihat Juga

Jalan Meraih Taqwa

Figure
Organization