Belum Terlambat kan, Bu?

Ilustrasi (123rf.com/Jasmin Merdan)

dakwatuna.com

Aku tak tahu, aku tak mengerti

Harus apa dan bagaimana

Aku terpejam, aku terjerambab

Oleh emosi jiwa dalam gelapnya hati

 

Menghilangkan kesadaran sekian lama

Menghilangkan kenikmatan mempunyai keluarga

Tak ingatkan kisah klasik penuh ceria

Suasana keluarga berbagi rasa

 

Melihat kawan berbunga-bunga

Menyambut datangnya ibunda tercinta

Memberi kecupan manis dan sayang

Pelukan manja ingin di semayamkan

 

Apa gerangan yang ia rasa

Ku jadi mendambanya

Sangat ingin mencoba dan merasakannya

Kapan tapi ku tak tahu

 

Ku tak tahu bukan karena tak bisa

Mungkin karena tak biasa

Atau karena matinya rasa

Tumpulnya cinta di keluarga

 

Ku teteskan air mata seketika

Luluh hatiku melihat memori keindahan dahulu

Membuka kembali potret perjuangan dia

Ibunda tercinta

 

Masa kecilku nampak bahagia

Selalu di manja dan di bangga-banggakan

Olehnya yang kini ku elakkan

Ibunda tersayang

 

Ku digendongnya, ku dibelainya

Saat terjatuh, dia membangunkanku

Saat ku menangis, dia memelukku

Ada di saat aku butuhkan, selalu setiap waktu

 

Namun ku bak Malin Kundang

Tak menurut pada ibunda

Tak jarang memaki di mukanya

Bahkan membuatnya berlinang air mata

 

Tak hanya sekali dua kali ku tak menurutinya

Membuat kesal karena kenakalan diriku

Membuat cemas karena tak menemukan hadirku di rumah

Membuat marah karena raporku merah

 

Kian waktu kian sendu

Cerita masa lalu tak lagi berulang

Indah mawar itu tinggal kenangan

Bukan karena ibuku

 

Karena keangkuhanku

Karena tak mengertinya diriku

Akan kekhawatiran dirinya

Akan pengharapan atas diriku

 

Sadarku oleh waktu

Ku tertampar bayangan indah sebuah harmoni

Keluarga bahagia, senada dan seirama

Dalam rumah, surga kasih sayang

 

Beranjakku pergi berlari

Melawan tangis melewati duri

Menendang kerikil hati

Membersihkan jiwa yang kusam

 

Yang ibuku butuhkan bukan bunga di tangan

Bukan kado yang mahal

Tetapi senyuman berperasaan

Ciuman kerinduan

 

Ibu, anakmu ingin kembali

Seperti kala ku tak mengerti arti suara

Agar  kau kembali selalu di sampingku

Menemaniku bermain, mengajariku berjalan

 

Ibu, maafkan aku

Dengan segala khilaf dan kealphaanku

Akan manis sebuah lingkaran cinta kita

Ternodai bakti yang tak pernah ada

 

Belum terlambatkan bu?

Aku tak ingin menyesal

Ketika tak mampu lagi ku melihatmu

Maka kini ku beranikan diri

 

Ibu, kasih ini bukan hari ini saja

Cinta ini selamanya, sampai ku menutup mata

Kasihku untukmu tak akan sirna oleh waktu

Belum terlambat kan, Bu?

 

Selamat Hari Ibu….

 

Bogor, 21 Desember 2011

Konten ini telah dimodifikasi pada 16/01/12 | 19:00 19:00

Wakil Ketua KAMMI Daerah Bogor
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...