Topic
Home / Pemuda / Essay / Mau Pilih Bahagia?

Mau Pilih Bahagia?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Syukuri apa yang ada
hidup adalah anugerah
tetap jalani hidup ini
melakukan yang terbaik

Tuhan pasti ‘kan menunjukkan
kebesaran dan kuasaNya
bagi hambaNya yang sabar
dan tak kenal putus asa

(D’masiv – Jangan Menyerah)  

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com –Siapa yang belum pernah dengar lagu di atas? Ngacung! Hayyo ngaku aja, tar tak kasih CDnya gratis! hi hi…

*KIDDING ahh! (takut ditagih, lah wong sayanya aja ‘nda punya kok) :D

Gini…, gini….  Inti lagu di atas adalah kita diminta untuk tetap SEMANGAT, PANTANG MENYERAH, dan SELALU BERSYUKUR atas setiap episode hidup yang kita jalani.  Beragam manusia di dunia, masing-masing punya rezeki, ujian, keadaan, peran, dan peruntungan yang tak mungkin seragam.

Ada yang terlahir dengan hidung mancung, kulit putih, badan semampai, mata indah, dan segala pernik keindahan fisik lainnya, tapi ada juga yang standar, di bawah standar, bahkan mungkin (maaf) tidak sempurna secara penilaian manusia.  Ini baru penggambaran dari segi fisik saja, biar gampang dicerna.

Selanjutnya dari sisi materi, ada yang harta bonyok (bokap nyokap) nya ga abis mpe’ 7 turunan, ada yang pas-pasan, ada yang serba kekurangan.  Belum lagi dari sisi prestasi, peran, profesi, dan lain sebagainya.  Sungguh-sungguh bervariasi bukan?

Lalu siapa dari sekian macam manusia itu yang paling beruntung dan akan merasakan kebahagiaan?

SAYA!  Yah, katakan saya! SAYA yang paling bahagia dengan segala karunia yang Allah berikan.  SAYA yang paling beruntung atas nikmat yang ada saat ini.  SAYA menikmati setiap peran yang sedang dijalani.  SAYA yang paling BAHAGIA, selama SAYA bersyukur!

Setuju?!

Oww, ternyata masih ada yang belum setuju toh?  Baiklah, kita lanjuuutt.

Rasa syukur yang kita tanamkan akan menghadirkan kebahagian dalam hati, seperti apapun peran yang Allah sediakan dalam setiap episode hidup kita.  Namun bukan berarti syukur tanpa usaha untuk meraih cita-cita.  Bersyukur bukan berarti pasrah dan tak lagi bermimpi. Bukan, bukan seperti itu maksudnya.

Pernah dengar lagu zaman dulu yang liriknya kira-kira seperti ini:

Dunia ini panggung sandiwara

ceritanya mudah berubah

bla…bla…bla…

Yah…, dunia ini panggung sandiwara, dan Allah pengatur jalan ceritanya.

Allah SWT berfirman:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’Am: 32)

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut: 64)

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertaqwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS. Muhammad: 36)

Maka jalani setiap sandiwara dengan syukur dan sabar.  Bukankah ini ciri keistimewaan seorang insan beriman?

Rasulullah SAW bersabda,

“Sungguh mengherankan perkaranya orang mukmin, karena setiap perkaranya akan baik baginya, apabila dia mendapatkan kenikmatan maka dia bersyukur dan itu baik bagi dia, dan apabila ia mendapatkan musibah maka ia bersabar maka itupun baik bagi dia” (HR Bukhari)

Tak ada yang buruk bukan? Semuanya baik, dan semua bisa membuat kita bahagia.

Orang yang bersyukur akan melihat segala karunia yang ia miliki, lalu ia bahagia.   Sedangkan orang yang tidak bersyukur akan sibuk menghayalkan apa-apa yang menjadi karunia orang lain dan tidak ia miliki, lalu ia nelangsa dan sengsara.

Sebagai contoh:

Seorang pekerja selalu mengeluhkan kesibukannya, pekerjaan yang tak kunjung usai, hingga waktunya yang habis untuk lembur.  Ia stress karena merasa terbebani.  Sebaliknya, seorang pengangguran berkhayal alangkah indahnya jika hari-harinya disibukkan dengan beragam aktivitas yang menghasilkan, mendapatkan gaji setiap bulan, atau duduk di depan komputer dan keluar masuk kantor setiap harinya.

Seorang single merasa nelangsa karena hari-harinya terasa sunyi, sepi, sendiri, tak ada yang menemani (hi hi, laguuuu kali).  Sedangkan seorang istri merasa iri melihat temannya yang single karena bebas berbuat, bebas pergi ke manapun ia suka, bebas menikmati hidup, tanpa harus terikat banyak aturan rumah tangga.

Dan masih banyak ilustrasi lain yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu kita balikkan.  Seandainya pun mereka-mereka tadi bertukar peran, apakah lantas otomatis akan bahagia? TIDAK, selama mereka masih belum bisa bersyukur.

Sekali lagi, bersyukur bukan berarti berhenti bermimpi.  Tetap kita gantungkan mimpi setinggi bintang di langit (gimana tuh cara gantungin ke bintang) :D

Tapi di sela-sela mimpi yang belum di raih.  Di antara ikhtiar yang tak henti dijalani, mari sisipkan selalu rasa syukur di dalam hati.  Tetap jalani hidup dengan melakukan yang terbaik, berbuat dan bekerja untuk menggapai impian, dan biarkan Allah sebagai sutradara yang menentukan.

Entahlah akan seperti apa peran kita di atas panggung sandiwara ini.  Tapi seperti apapun jadinya, mari bersyukur, berbuat, dan tawakkal ilallah.  Karena Allah yang Maha Luas PandanganNya, pasti lebih bijaksana dalam menetapkan segala sesuatu.

Dan percayalah, dari setiap tetes peluh dan air mata.  Dalam lelah dan payah usaha, tak pernah ada yang sia-sia.  Meski kadang hasil tak sesuai harapan (kita), tapi yakin bahwa tak ada yang sia-sia.

“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Maka, mulai sekarang marilah jauhi keluh kesah, karena mengeluh hanya akan membawa alam bawah sadar pada penderitaan.  Ia hanya akan menegaskan betapa sengsara dan tidak beruntungnya kita.  Ia hanya akan menyibukkan kita untuk masuk ke dalam khayalan “andai aku jadi si A, jika aku ada pada posisi B, seumpama aku meraih kesuksesan seperti si C, dan seterusnya.

Lelah, pasti tak akan pernah ada ujungnya.  Karena perlu kita ketahui, si A yang kita harapkan posisinya pun ternyata sedang berkhayal untuk menjadi si D, Si E, atau bahkan justru ia berharap menjadi KITA! (nah lho).

Mari bersama belajar menerapkan rasa syukur, sebenar-benar syukur.  Ia akan menghadirkan positif feeling, ketenangan, kebahagian, serta energi untuk melakukan tindakan nyata.

Ternyata, bahagia atau tidak itu adalah pilihan ya?

Aku mau pilih bahagia ahhhh….

Kamu?

Wallahu’alam

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (17 votes, average: 9.53 out of 5)
Loading...
Wafiyyatunnisa Asy Syu'lah, adalah nama pena dari Dian E.Nusantari. Lahir dan besar di tanah Melayu, namun sejak lebih dari 9 tahun yang lalu telah menjadikan Tanah Sunda menjadi kampung kedua baginya. Kehariaannya sibuk berkutat dengan angka dan hitungan transaksi kerjasama, sebagai Akuntan di LPPM Institut Teknologi Bandung. Selain bekerja, menulis adalah aktivitas pelengkap sekaligus hobi baginya.

Lihat Juga

Bersyukurlah, Maka Hidupmu Akan Bahagia

Figure
Organization