Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ibu vs Pacar

Ibu vs Pacar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (enfocusgallery.com)

dakwatuna.com – Masih dalam suasana peringatan hari ibu yang ramai di rayakan. Mulai dari beranda Facebook yang mayoritas statusnya berkaitan dengan ibu, “I love u Mom”, “Selamat Hari Ibu”, “Mom, you’re my everything” dan sebagainya sampai pagelaran yang di selenggarakan di berbagai kota di Indonesia. Semoga saja sebelum kawan-kawan saya itu menulis status tersebut, sebelumnya mereka sudah mengucapkannya langsung kepada ibu mereka masing-masing. Karena saya khawatir, ucapan mereka tak terbaca oleh ibu mereka karena tidak semua ibu memiliki akun Facebook.

Mungkin judul tulisan saya kali ini sedikit aneh. Ibu melawan pacar?? Ini adalah penjabaran dari dua tulisan saya sebelumnya (masih haruskah berpacaran?? dan pacaran lagi). Banyak yang menuliskan mengenai pacaran, keharaman hukumnya, efek buruk yang di timbulkan tapi entah mengapa tak jua membuat tradisi barat itu lenyap. Tapi, paling tidak siapapun yang menulis tentang hal tersebut bisa membuat orang-orang yang kini berada dalam lingkup pacaran atau penasaran ingin menjajalnya menjadi jera atau paham dari semua hal negatif yang di timbulkan dari perilaku buruk tersebut. Aamiin.

Karena kali ini bertepatan dengan peringatan hari ibu maka saya akan mengambil tema seperti judul di atas.

Ibu, seorang wanita mulia yang telah susah payah mengandung, melahirkan, mengurus kita dalam keadaan letih. Beliau berikan seluruh kesenangan dirinya hanya untuk buah hatinya. Hanya buah hatinya, yang sanggup menggeser prioritas hidup sang ibu terhadap hal lainnya.

Karena teramat mulianya seorang ibu, Rasulullah bahkan menyebut ibu sebanyak tiga kali kemudian baru ayah ketika ada seseorang bertanya kepada beliau kepada siapakah hendaknya dia memberikan hormat.

Di tangan ibulah, masa depan buah hati terbentuk. Karena memang sang ibulah yang lebih dekat secara fisik dengan anak di banding ayah. Bila ayah hanya memberikan masukan-masukan secara teori, maka ibulah yang mempraktekkannya langsung kepada anak.

Bertahun-tahun ibu mencurahkan kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Tak pernah ada cerita bahwa seorang ibu lelah mengurus anaknya. Atau tak pernah ada cerita seorang wanita yang ingin pensiun menjadi seorang ibu.

Begitu banyak kisah perjuangan seorang ibu, meskipun ada pula ibu-ibu muda kini yang tega membuat anaknya (hasil dari hubungan gelap) bisa di pastikan ada penyesalan yang terdalam di lubuk hatinya.

***

Jika saya teruskan maka tak akan cukup artikel ini hanya untuk memuat kisah hebat seorang makhluk yang bernama ibu. Sebegitu hebatnya seorang ibu masih bisa saja di kalahkan prioritas untuk mengasihinya oleh seseorang yang bergelar pacar.

Berapa banyak anak muda baik pria atau wanita yang betah berlama-lama dengan ibunya di banding dengan pacarnya. Kenapa seseorang yang baru di kenalnya bisa menggeser peran ibu di hatinya?? padahal sebenarnya dia belum bisa lepas seutuhnya dari sang ibu. Misalnya saja, jika ada seorang anak yang belum bekerja pasti akan minta uang dari ibu atau jika ingin makan pasti memakan masakan ibu. Jika sakit, pasti ibu yang di repotkan. Bukan si pacar.

Tapi jika berbahagia, pasti pacarnyalah yang terlebih dahulu di beritahu. Jika ia ingin pergi ke suatu tempat, pasti dengan pacarnyalah ia ingin di dampingi. Bahkan ia akan lebih percaya untuk memberitahukan bagaimana kabarnya di suatu tempat kepada si pacar di banding ibunya.

Seorang ibu pastinya tak akan protes atas apa yang di lakukan oleh anaknya, karena ibu inginkan kebahagiaan untuk anaknya. Tapi apakah anak masih memikirkan ibunya ketika sedang berduaan, pergi ke tempat indah dan makan yang enak bersama pacarnya.

***

Subhanallah. Sungguh, jika mereka yang kini sedang di mabuk cinta semu dapat merasakan kenikmatan bercengkerama dengan ibu. Karena peran ibu bukan hanya ketika kita masih kecil tapi sampai kapanpun, ia akan tetap menjadi seorang ibu. Ada saatnya ketika kita menikah akan benar-benar berpisah dengan seorang ibu, menjalani kehidupan secara mandiri. Bukankah, baiknya masa-masa sendiri di manfaatkan untuk lebih mendekatinya apalagi kini kita yang telah bekerja tidak memiliki banyak waktu seperti saat kecil dahulu bersama ibu. Menikmati guratan senyum dari bibirnya yang tercipta karena perilaku kita yang menyenangkan hatinya. Bercanda, bercerita, berbagi hikmah dengan ibu.

Jangan sampai ibu menjadi cemburu karena anaknya di ambil oleh seseorang yang masih berstatus pacar. Yang pasti kecemburuan sang ibu tak akan terlihat secara fisik, tapi siapa yang tahu jika dalam hatinya merasa kesepian saat anak-anaknya lebih memilih pergi dengan pacar daripada berlama-lama di rumah.

Ada saatnya kita akan meninggalkan ibu ketika menikah, tapi bukan sekarang, bukan di saat kita belum menikah. Semua ada waktunya. Apa jadinya jika waktu itu menjadi teramat singkat oleh efek berpacaran.

Karena untuk anak perempuan, ia akan menjadi milik suaminya setelah ia menikah. Sedangkan anak lelaki, tetap menjadi milik orang tuanya meskipun ia telah menikah.

Jadi, sekarang kita bisa memaksimalkan hubungan dengan ibu. Memusatkan perhatian dan kasih sayang kepada yang benar-benar berhak menerimanya. Mengikuti kehalalan dan menjauhkan keharaman.

Semoga kita masuk dalam golongan anak-anak shalih yang mampu berlomba-lomba membahagiakan orangtua kita. Karena ridha Allah tergantung pada ridha orangtua dan murka Allah tergantung pada murka orangtua.

Allahua’lam

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (42 votes, average: 9.26 out of 5)
Loading...

Tentang

Ya ALLAH, hidupkanlah aku sebagai orang yang tawadhu', wafatkanlah aku sebagai orang yang tawadhu' dan kumpulkan aku dalam kelompok orang-orang yang tawadhu'

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization