Sudahkah kita mengingat mati hari ini?
Sedangkan maut tak pernah memberitahukan kapan datangnya
Sudahkah kita mencurahkan segala cinta kita untuk-Nya subuh ini?
Sedangkan belum tentu nikmat iman berpadu selamanya di dalam diri
Sudahkah wahai Ikhwah?
Bismillah…
dakwatuna.com – Sejenak, marilah kita sama-sama renungkan tentang karya-karya yang telah dihasilkan orang-orang mulia. Bagaimana kisah Salman Al-Farisi, lelaki Persia dengan segala kemuliannya. Yang meskipun hanya meninggalkan beberapa harta ketika meninggal masih saja menangis karena merasa punya tanggung jawab yang besar kepada Allah swt. Atau cobalah kita saksikan keyakinan yang begitu kuat yang dimiliki oleh Khalid bin Walid bahwa Allah akan membantunya, dan dengan tenang menerima tantangan meminum minuman beracun dari pasukan Romawi.
Merekalah orang-orang mulai yang begitu teguh keyakinannya kepada Allah. Iman yang melekat di dalam diri mereka laksana darah yang mengaliri semua bagian tubuh mereka, iman bagi mereka adalah harta paling berharga, karena dia memberikan energi untuk bergerak, membongkar kemalasan yang sering mendera, dan iman bagi mereka adalah sumber kekuatan terbesar, terdahsyat, dan tak tergantikan oleh apapun.
Merekalah orang-orang mulia yang tercatat dalam sejarah bahwa meninggalnya mereka selalu dalam keadaan syahid, bahwa kehidupan mereka laksana air penyejuk bagi orang-orang di sekitar mereka, bahwa akhlaq mereka begitu dekat dengan Al-Qur’an, bahwa keberanian mereka membela agama Allah begitu membara di dalam jiwa.
Ya… Merekalah orang-orang yang hatinya selalu terhimpun untuk berjuang di Jalan Allah. Dengan bekal keimanan dan ketakwaan yang begitu kuat. Mereka mencapai kemuliaan hidup yang sangat sulit kita rasakan.
Saudaraku….
Keberhasilan meletakkan Allah di dalam diri mereka, adalah karena usaha yang begitu keras untuk selalu dekat dengan-Nya. Mereka tidak lena di malam hari, dibuai mimpi atau lebih memilih bersenang-senang dengan istri-istri mereka, mereka tidak pernah takut jika harus mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk agama Allah, mereka orang yang selalu bersemangat tatkala masa jihad telah tiba. Karena saatnya mereka membuktikan kecintaan dan keimanan mereka kepada Allah swt.
Lalu…
Mari kita bandingkan diri-diri kita dengan mereka.
Coba kita tengok berapa lama kita habiskan waktu kita untuk mengingat mati?
Berapa lama kita habiskan untuk men-tadabburi ayat-ayat-Nya?
Berapa lama kita memeras keringat untuk menguatkan jalan dakwah ini?
Berapa lama wahai ikhwah?
Berapa lama?
Betapa jauh….
Betapa jauh jika kita bandingkan dengan pengorbanan mereka.
Betapa kita sering berkeluh kesah, marah, kecewa, benci, bahkan kata-kata tak sanggup mengemban amanah dakwah ini begitu sering terucap.
Lantas jika mental ini dimiliki oleh seorang ikhwah kapan kita bisa membangun bangsa?
Kapan kita bisa merubah peradaban ummat?
Kapan wahai ikhwah?
Kapan?
Menunggu kalian berhenti menyelesaikan permainan game di depan komputer?
Menunggu kalian siap untuk menjadi Murabbi?
Menunggu kalian selesai tidur setelah subuh untuk datang syura?
Menunggu dan menunggu?
Itu yang ingin kalian katakan wahai ikhwah?
Wahai ikhwah?
Hari ini…
Sudahkah kita ingat seberapa besar amal yang kita kerjakan?
Sudah berapa lembarkah tilawah kita?
Masihkah sujud di malam hari kita kerjakan?
Masihkah kita mengingat bahwa lapar di siang hari adalah energi bagi jiwa-jiwa para da’i?
Masihkah kita merenung bahwa bekal yang paling baik adalah iman dan takwa?
Masihkah dan masihkah wahai Ikhwah ?
Wahai ikhwah….
Sudahkah diskusi-diskusi keseharian kita bermuatan ilmu dan saling nasihat-menasihati ?
Sudahkah cerita-cerita kita berujung kepada perbaikan diri-diri kita ?
Sudahkah forum-forum syura kita menghasilkan kerja-kerja dakwah yang menggerakkan ?
Sudahkah wahai ikhwah ?
Sudahkah ?
Mari kita bertanya..
Jika saat ini, masih saja banyak kader yang lemah, masih saja dakwah ini tersendat-sendat, mari kita bertanya ke dalam diri kita..
Sudah dekatkah kita dengan-Nya ?
Sedangkan DIA adalah Zat Pemberi Kemenangan.
Sudah kuatkah amalan-amalan kita kepada-Nya ?
Sedangkan ia adalah senjata orang-orang yang mulia
Sudah seberapa jauhkah kita membuat tubuh ini letih bekerja di jalan-Nya ?
Sedangkan keletihan senantiasa melahirkan getar-getar iman yang mendalam..
Jika belum..
Mari sama-sama kita renungkan..
Keep Hamasah..
Allah mencintaimu…
Yogya, 10 Maret 2009
Di ujung Subuh yang memerah
Untuk sebuah kerinduan pada sosok-sosok mulia di lintasan zaman, terima kasih telah memberi inspirasi.. semoga ruh dan semangat itu selalu mengalir di dalam diri-diri kita. Meski wajah-wajah mereka (mungkin) takkan pernah kita saksikan.
Meski malam yang larut telah lewat
Ingin kukenang masa-masa itu
Ketika bumi Andalusia berhasil ditaklukkan
Ketika kemenangan perang Badar membahana di seantero Arab
Ketika Bilal bin Rabah meneriakkan ahad.. ahad.. ahad..
Ketika Ali RA syahid menjelang fajar
Ketika Umar RA berjalan dan membuat syaitan ketakutan..
Ya…
Aku ingin mengenang masa itu..
Agar diri merasa
Diri terpesona
Pada mereka..
Sosok-sosok yang mulia.
Konten ini telah dimodifikasi pada 04/12/11 | 13:52 13:52