Topic
Home / Berita / Opini / Antara Kami dan Madani: Sebuah Refleksi Setahun bersama KAMMI Komisariat Madani

Antara Kami dan Madani: Sebuah Refleksi Setahun bersama KAMMI Komisariat Madani

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Logo Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Tercebur yang Mengasyikkan

dakwatuna.com – Mungkin itu frase yang saya anggap cukup cocok merepresentasikan sejarah mayoritas teman-teman seperjuangan di KAMMI Madani saat ini. Terutama bagi mereka yang hadir dan ikut dalam forum sharing session pada momen “Milad I KAMMI Madani & Kajian Tahun Baru Hijriyah” kemarin. Diawali dari informasi tentang sebuah pelatihan yang seakan-akan menjanjikan suguhan acara yang tidak akan membosankan.

Kemudian, ditambah “bumbu penyedap” bahwa akan ada outbound yang memang sudah lazim menjadi kegiatan favorit hampir semua kalangan usia, lebih-lebih kaum muda. Apalagi iming-iming bonus memperluas networking kita dengan menambah teman dari kampus lain semakin membuat kami kepincut untuk ikut pelatihan ini. Nama pelatihan itu pun bermacam-macam sesuai kebijakan masing-masing komisariat yang menyelenggarakannya. Ada yang ‘lugu’ memakai Daurah Marhalah I (DM I), namun ada pula yang memberi label lain seperti: KSLT (KAMMI Super Leadership Training), dll.

Walaupun berbeda brand sebenarnya inti kegiatannya tetap sama. Fungsi utamanya pun sudah menjadi putusan, yaitu DM I ialah gerbang masuk menjadi seorang kader KAMMI. Tentu saja kami rata-rata tidak tahu menahu tentang itu semua. Dengan bekal minim pengetahuan seperti inilah kami mengikuti sampai akhir DM I itu. Setelah seluruh rangkaian acara selesai, kami pun baru bisa menyimpulkan banyak hal baru. Sebagian teman kami ada pula yang kemudian menyimpulkan bahwa kegiatan itu lebih mirip perpeloncoan. Sanksi yang tak kunjung bosan hadir mungkin jadi alasan utama mereka menarik konklusi itu. Waktu istirahat yang sebentar dan materi pelatihan yang padat juga turut andil membawa mereka menuju kesimpulan kurang tepat tersebut.

Sebaliknya kami yang masih bertahan di sini justru merasa kami tercebur ke ‘sumur’ manfaat dengan keikutsertaan kami di DM I. Bagaimana tidak? Apa yang dijanjikan panitia seperti outbound, games, diskusi, teman baru, dll. kami dapati semua di sana.  Walaupun ada pula surprise yang benar-benar di luar dugaan kami sebelumnya. Namun, itu semua justru menjadi nilai plus dari pelatihan semacam ini. Belum tentu kita menjumpai hal serupa di luar sana.

Terlepas dari plus minus yang tadi sudah disebutkan, tetap saja poin-poin seperti: mendapat saudara sepaham yang bisa saling mengingatkan, ilmu dan pengalaman baru, serta sebagai jawaban atas krisis identitas Islam di kampus adalah contoh “harta karun” yang kami peroleh setelah menggali dengan telaten di event DM I. Itu pulalah yang menjadi segelintir faktor yang membuat kami bertahan di sini.

Manis Pahit Perjalanan Kami

Setelah memutuskan bergabung dan mencoba belajar melalui wajihah KAMMI Madani ini sedikit banyak sudah menyumbang khazanah pengetahuan dan pengalaman bagi kami. Contoh kecil saja, saya pribadi. Diri ini yang semula masih samar-samar pengetahuan tentang segala sesuatu berkaitan memanfaatkan Facebook sebagai alat mencapai banyak keuntungan mulai terbuka dan sadar ternyata FB bukan hanya untuk chatting. Untung dunia dan akhirat Insya Allah bisa juga kita perjuangkan lewat media FB. Pun seni bersilat lidah saat berbicara di forum, bergaul dengan teman, dan banyak hal lain sedikit banyak saya asah di sini. Bukannya sombong, lho..!! ^_^

Tentu apa yang kami dapatkan di sini berbeda jenis dan kadarnya tergantung effort yang kami keluarkan pula. Hukum “Siapa yang menanam, dialah yang akan menuai” tentu berlaku di KAMMI ini. Sehingga tidak heran jika mereka yang baru gabung belakangan belum tentu akan tertinggal dari yang lebih dahulu bergabung. Kalau kata salah satu founding father KAMMI Madani, itu tergantung sejauh apa kemampuan akselerasi kita.

Kembali ke manis dan pahitnya perjuangan di sini. Ibarat sebuah mata uang logam yang memiliki dua sisi, maka sesingkat apapun sebuah perjalanan organisasi, tentu tak lepas dari beberapa tantangan baik internal maupun eksternal. Kalau boleh dipetakan beberapa tantangan di KAMMI Madani menurut kami sejauh ini ialah sebagai berikut.

1. Mayoritas mahasiswa di kampus kami ialah study oriented students.

Secara singkat kenapa study oriented students menjadi tantangan ialah karena mahasiswa model ini akan sulit untuk diajak mengembangkan potensi lain di luar aktivitas rutin belajarnya di kampus.

2. Masih suburnya stigma negatif tentang makna kata “aksi” di kalangan mahasiswa pada umumnya.

Opini yang terlanjur berkembang di masyarakat tentang penyempitan makna kata “aksi” juga patut mendapat sorotan utama. Sebagaimana kita ketahui saat ini khalayak umum cenderung berpikir negatif ketika kata “aksi” disematkan kepada sebuah organisasi mahasiswa. Sehingga, KAMMI Madani sejak awal pun sudah mengklaim akan lebih condong kepada aksi non-jalan walaupun tetap tidak bermaksud meniadakan aksi turun ke jalan sebagai salah satu alternatif penyampaian aspirasi.

3. Kegiatan KAMMI saat ini masih belum bisa menarik perhatian mahasiswa untuk ikut.

Poin 3 di sini juga berkaitan dengan poin 1, yaitu dengan berorientasi kepada belajar bidang studi masing-masing, mereka cenderung enggan mempelajari hal lain yang tidak secara langsung menguntungkan bagi mereka.

4. Perbedaan pendapat mengenai cara pandang individu satu dengan lainnya terhadap suatu hal.

Perbedaan pendapat terhadap suatu perkara tentu bukan hal asing dalam organisasi. Ketika hal ini terjadi, sebaiknya kita membangun komunikasi dengan pihak terkait yang menjadi “seteru” dengan baik-baik.

5. Kurang intensifnya komunikasi antar satu dengan yang lainnya.

Terkadang kesibukan personal masing-masing kader membuat komunikasi menjadi terbengkalai. Perlu ada formula ampuh untuk meminimalisir hal ini.

6. Ada pula kebijakan kampus (tidak semua) yang tidak mendukung mahasiswanya untuk terlibat di   organisasi luar kampus, apalagi dengan label Islam.

7. Kemampuan kader mengcounter opini mahasiswa luar terhadap KAMMI masih rendah.

“Ngapain jauh-jauh ke sana untuk ngaji?”
“Ati-ati lho, ntar kamu ikut aliran sesat, gimana?”
Terkadang kita langsung terdiam membisu mendengar ucapan semacam itu, tanpa upaya memberikan pemahaman yang benar. Mari latih lagi keterampilan komunikasi dengan rekan-rekan di kampus kita….!

8. Manajemen emosi kader yang belum matang.

Mengutip apa yang salah satu peserta sampaikan kemarin, maksud dari “emosi” di sini kurang lebih ialah bagaimana si mahasiswa bisa berpikir dengan jernih untuk tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Lebih lanjut lagi dia bisa menyadari sepenuhnya bahwa umat butuh kita, kita pun membutuhkan media untuk menorehkan sebesar-besarnya manfaat bagi orang banyak. Kemampuan untuk bisa me-manage diri sendiri saat mendapat masalah (?) pribadi sehingga tidak berpengaruh banyak kepada KAMMI juga termasuk dalam definisi yang dimaksud di sini.

Kami dan KAMMI Madani ke Depan

Mengingat cukup banyak plus minus kami peroleh selama berjuang beriringan dengan KAMMI Madani, maka ada beberapa harapan yang sangat kami dambakan kehadirannya seiring bertambah dewasanya usia ini. Beberapa poin di bawah ini adalah masukan yang mungkin patut kita perhatikan demi eksistensi dakwah Islam melalui KAMMI Madani:

1). Jalin lebih erat lagi ukhuwah islamiyah terutama terhadap sesama kader yang sudah bernaung bersama di sini. Kita pun sangat dianjurkan untuk tetap mengagendakan komunikasi dan silaturahim dengan sebanyak mungkin mahasiswa muslim secara umum.

2). Perkuat kaderisasi internal demi adanya generasi pengganti setelah kita. Bukankah salah satu indikator kesuksesan organisasi itu jika pengganti kita lebih baik dari kita sendiri?

3). Kader perlu menguasai cara memberikan penjelasan yang sebenarnya tentang apa sebenarnya KAMMI itu, khususnya KAMMI Madani ini. Ketika pada awalnya sudah paham dan bisa menerima hal itu, maka dia tidak akan merasa “tercebur” lagi saat mengikuti DM I, malah dengan bangga dia akan menyatakan dirinya dengan ikhlas “menceburkan diri” ke KAMMI.

4). Mari sama-sama sukseskan budaya menulis di KAMMI Madani. Kalau kita memang berkomitmen untuk suatu hal, tidak ada yang mustahil. Bukankah penemuan besar itu diawali dari percobaan kecil?

5). Tarbiyah masing-masing kita pun harusnya semakin diperbaiki. Kita tidak akan bisa memberi apa-apa jika tidak memiliki bekal cukup. Sehingga peningkatan kualitas ilmu dan ibadah mutlak jadi syarat utama untuk perbaikan umat di sekeliling kita.

Akhirnya, semoga tulisan kompilasi dari suara hati beberapa kader ini bisa punya andil untuk memperbaiki KAMMI Madani ke depan. Kami Insya Allah akan tetap berusaha memberikan kontribusi kepadamu, wahai KAMMI Madani.

Tulisan ini adalah hasil kombinasi suara para kader KAMMI Madani yang hadir pada agenda “Milad 1 tahun KAMMI Madani dan Kajian Tahun Baru Hijriyah” Ahad, 27 November 2011 di Masjid Raihanul Hamim. Selepas kajian kami mengadakan sharing session, dan kurang lebih hal di atas yang kami diskusikan. Ada beberapa hal tambahan yang merupakan pengembangan dari pribadi penulis sendiri. Jika berminat, ikhwah sekalian bisa mendapatkan catatan original saat kami berdiskusi dengan menghubungi penulis.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization