Topic
Home / Berita / Nasional / Krisis Ekonomi Eropa, Saatnya Indonesia Diversifikasi Ekspor

Krisis Ekonomi Eropa, Saatnya Indonesia Diversifikasi Ekspor

Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS, Ecky Awal Mucharam (Facebook)

dakwatuna.com – Rasa-rasanya sejauh ini baru politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang membicarakan soal strategi perdagangan luar negeri Indonesia di tengah krisis perekonomian yang melanda Eropa.

Ecky Awal Mucharam, anggota Komisi VI DPR RI, memperkirakan krisis itu akan berlangsung lama. Begitu juga dengan upaya pemulihannya. Berdasarkan dengan asumsi seperti ini, menurut Ecky, sudah sepatutnya pemerintah Indonesia terdorong untuk melakukan diversifikasi ekspor dengan mencari negara-negara tujuan ekspor lain di luar negara-negara Eropa dan yang diperkirakan terkena dampak krisis Eropa.

“Dengan laju pertumbuhan hanya 1-2 persen per tahun, Eropa diperkirakan akan butuh waktu 10 tahun untuk pulih dari krisis. Apalagi Eropa juga diharuskan mengetatkan kebijakan fiskal mereka untuk pulih, maka pertumbuhan ekonomi Eropa akan tertekan pada tahun-tahun mendatang sehingga penurunan daya beli tak terelakkan. Karena itu kita harus mencari pasar lain untuk ekspor produk-produk kita,” kata Ecky, Selasa pagi (8/10).

Dalam catatannya, saat ini ekspor non-migas Indonesia ke negara-negara Eropa mencapai 12 persen dari total ekspor non-migas. Ini setara dengan ekspor ke Jepang dan lebih besar dari ekspor ke China dan Amerika Serikat yang sebesar 10 persen. Jepang, Eropa, China dan Amerika Serikat menjadi 4 kawasan tujuan ekspor non-migas terbesar Indonesia yaitu sebesar 45 persen. Diikuti oleh India, Singapura, Malaysia dan Korea.

“Konsentrasinya masih terlalu tinggi, harus ada diversifikasi ke pasar-pasar besar lain yang belum tersentuh seperti Rusia dan Amerika Latin”, kata Ecky lagi.

Menurut Ecky, penurunan daya beli Eropa yang merupakan pasar ekspor terbesar china akan membuat negara tersebut mencari pasar baru sehingga mengancam barang-barang ekspor Indonesia di luar negeri dan dalam negeri. Lambatnya pemulihan Eropa juga dikhawatirkan mengganggu pemulihan Amerika Serikat yang merupakan pasar penting juga bagi Indonesia dan China.

“Melihat kondisi demikian diversifikasi menjadi penting, kawasan yang pertumbuhannya tetap tinggi seperti Asia dan Amerika Latin harus dipertimbangkan,” kata Ecky. (gug/RMOL)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 9.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Muhammad Jadi Nama Paling Populer di Berlin dan Sejumlah Kota di Eropa

Figure
Organization