Topic
Home / Berita / Opini / Manusia “Cuek” Di Akhir Kapitalisme

Manusia “Cuek” Di Akhir Kapitalisme

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Kita sama tahu, kapitalisme sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Kaki dan tangannya masuk menyentuh sendi kongkret perekonomian. Setiap hari manusia yang mengaku modern mengkonsumsinya. Produk-produk diciptakan agar dinikmati dan ditukar uang dan barang.

Manusia seperti dilanda kegilaan zaman dalam mengkonsumsi barang. Berapa banyak pertukaran uang terjadi sungguh tak terbayangkan. Mobilitas tinggi terjadi setiap hari dalam bentuk pekerjaan rutin. Menghadirkan manusia “doyan” kerja sehingga tidak jarang, terampas kesempatan anak mendapatkan kasih sayang ibu dan bapaknya.

Sayang kapitalisme selalu gagal menjawab persoalan kemanusiaan. Bagaimana tidak, paham kapital memuja kepentingan modal bagaikan Tuhan. Ketika faktanya, sekarang kapitalisme mulai runtuh di Wall Street dan berbagai belahan negara Eropa. Kita baru tersadarkan, paham ini bukan sebuah solusi bagi kemaslahatan hidup manusia.

Keruntuhan kapitalisme dan berbagai bentuk variannya memaksa fenomena baru yang mengerikan. Kemiskinan, begitu banyak orang menyebutnya. Suatu bentuk gejala yang melahirkan dampak negatif baru seperti kejahatan, sikap cuek dan tingginya nilai individualisme. Sehingga wajar jika Ali Bin Abi Thalib RA berkata “ jika kemiskinan itu manusia, aku akan membunuhnya.

Agaknya kemiskinan juga yang membawa manusia China tidak peduli derita sesama. Kemiskinan menghapus sensitivitas, sehingga seorang Yue yue dipaksa tergeletak lemah tak berdaya. Darah mengucur setelah sebuah mobil menabraknya. Puluhan orang melihat tanpa mau menolongnya. Nurani hari itu, resmi terkubur.

Kejadian tragis yue yue, refleksi kita bersama. Betapa individualisme mengakar kuat. Habis mengikis “sense of belong” yang jadi fitrah manusia. Hati dipaksa terusik melihat manusia modern bergerak mundur. Rasional lumpuh dan membakar sendi kepedulian sosial. Akhir zaman macam apakah ini?

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (15 votes, average: 8.87 out of 5)
Loading...

Tentang

Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan peneliti Insure. Tinggal di Jakarta.

Lihat Juga

Surat Cinta untuk Perempuan

Figure
Organization