Topic
Home / Berita / Internasional / Eropa / Harmonisasi Peradaban Islam-Barat Songsong Era Baru

Harmonisasi Peradaban Islam-Barat Songsong Era Baru

Konferensi Internasional, Leiden

Ilustrasi - Peta Leiden (Google Maps)

dakwatuna.com – Leiden. Kesalahpahaman dalam memahami hubungan antara Islam dan Barat yang telah terjadi sekarang perlu diklarifikasi. Harmonisasi dua peradaban besar ini adalah solusi alternatif dalam menciptakan era baru yang damai.

Demikian latar belakang konferensi internasional bertema Harmonizing Islam and Western Civilizations towards a New Era, yang akan berlangsung di Leiden, Kamis (20/10/2011).

Tujuan konferensi internasional ini, menurut Ketua Panitia Pelaksana Deden Permana dalam keterangan pers kepada detikcom, adalah untuk mengeksplorasi nilai-nilai keunggulan peradaban Islam dan Barat untuk membangun sebuah era peradaban baru.

Selain itu juga untuk mengamati cara-cara mengharmonisasikan dua peradaban besar, yaitu Islam dan Barat, dalam rangka mengurangi kesenjangan sosial antara masyarakat Barat dan Muslim, serta membahas upaya untuk mengurangi korban akibat kontraksi nilai-nilai budaya yang berbeda.

Pembicara antara lain Prof. Maurits S. Berger (Institute for Religious Studies, Leiden University), Prof. Mona Siddiqui (Centre for the Study of Islam, University of Glasgow), Dr. Arif Havas Oegroseno (Dubes RI untuk UE, Belgia dan Luksemburg), Dr. Murad Wilfried Hofmann (mantan Dubes Jerman untuk Marokko), Dr. Laura Mijares (Universidad Complutense de Madrid), dan Dr. Hidayat Nur Wahid.

Selain itu Sheikh Ahmad Amir Ali (European Academy for Islamic Studies), Prof. Olivier Roy (pakar politik Prancis dan Islam), Magdi Cristiano Allaam (wartawan Italia), George Galloway (Stop the War Coalition), Hamza Roberto Piccardo (European Muslim Network), M. Anis Matta, Mustafa Kamal, dan Dr. Zulkieflimansyah.

Geert Wilders diundang untuk berbicara dalam konferensi yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh DPP PKS bekerjasama dengan PIP-PKS Belanda ini, namun menurut panitia pelaksana sampai hari ini belum ada konfirmasi dari tokoh anti-Islam dan Ketua Fraksi PVV di parlemen Belanda tersebut.

Politisasi

Menyebut Barat dan Islam bersama-sama dalam satu kalimat, pada banyak orang tampaknya menghasilkan kesan negatif. Pasca era Perang Dingin, kedua entitas sekilas telah memunculkan kontradiksi vis-a-vis (saling berhadapan satu sama lain, red).

Sementara citra Islam dan Muslim di Barat telah dikaitkan dengan radikalisme, fundamentalisme, dan intoleransi, Barat juga menjadi pusat tuduhan di Dunia Muslim sebagai ‘jahat’, yang bertanggung jawab atas eksploitasi dan menciptakan kekacauan dengan kesengsaraan.

Kesalahpahaman luarbiasa besar ini telah diperparah oleh politisasi ketakutan publik yang dilakukan oleh tokoh populer, kelompok dan media massa tertentu demi meningkatkan keuntungan elektoral atau dukungan politik di kedua pihak.

Istilah-istilah pejoratif (berkonotasi negatif, red) seperti Eurabianisasi, Islamifikasi atau Balkanisasi Eropa telah difabrikasi untuk mengompori ketakutan dan was-was atas kehadiran muslim di Eropa, sementara dampak kerusakan dari peradaban Barat masih terus diberitakan secara luas di tingkat akar rumput untuk memelihara dan menyebarkan kebencian di dunia Muslim.

Jika pandangan-pandangan saling bertentangan ini dibiarkan tak terjembatani, maka masing-masing dapat memuncak dalam tindakan teror mengerikan seperti contohnya 9/11 yang terkutuk atau Pembantaian (Breivik) di Norwegia.

Klarifikasi

Secara historis, interaksi antara Islam dan Eropa bukanlah hal baru. Sejak era Umayyah Al- Andalusia dan Abbasiyah (abad 8-14) kebangkitan peradaban Islam telah memainkan peran penting dalam proses menafsirkan ulang karya-karya para filsuf Eropa kuno dan kemudian mentransformasikan karya-karya mereka ke dalam metode ilmiah, yang kemudian menjadi pilar utama dari peradaban Barat modern.

Rhazes, Avicenna (Ibnu Sina), dan Averroes (Ibnu Rusyd) adalah di antara ilmuwan terkemuka yang juga populer di dunia ilmiah modern Barat dan tentu saja nama lain dari cendekiawan Muslim yang dikenal di Barat, yang karya-karyanya tidak hanya berpengaruh tetapi juga berperan dalam membantu kelahiran awal Renaissance Eropa.

Oleh karena itu, kesalahpahaman dalam memahami hubungan antara Islam dan Barat yang telah terjadi sekarang perlu diklarifikasi. Selain itu, dalam mencari solusi untuk masalah yang melilit dunia saat ini, seperti penurunan ekonomi Barat dan besarnya isu-isu sosial, harmonisasi dari dua peradaban besar, yaitu Islam dan Barat, dengan keunggulan masing-masing, adalah solusi alternatif dalam menciptakan era baru yang damai.

Patahkan

Dengan demikian, penting untuk mempertanyakan keabsahan hipotesis Huntington (1993) dalam karya terkenal tentang “benturan peradaban”, sehingga dapat mematahkan kecenderungan konflik, kelanjutan dari ketidakadilan, sikap the winner-takes-all atau cara berpikir zero-sum game, seraya mengusulkan iklim baru pemahaman dan kerjasama. Dalam konteks pergeseran global dan semangat kerjasama, hubungan Islam-Barat menemukan makna baru.

Hubungan historis yang panjang antara Islam dan Barat, dalam hal ini diwakili oleh Eropa, perlu ditinjau kembali sedemikian rupa, sehingga kedua belah pihak dapat mencerminkan dan memproyeksikan kerjasama baru dan bertanggung jawab, yang saling menguntungkan satu sama lain, terutama dengan penekanan untuk berbagi nilai-nilai sangat baik dalam peradaban masing- masing dan menemukan landasan bersama untuk membangun era jauh lebih baik dan sejahtera.

Dengan menyadari pentingnya menciptakan ruang umum yang damai dan nyaman untuk semua orang, PKS sebagai bagian dari Komunitas Muslim yang memainkan peran politik dan sosial dalam sistem politik Indonesia, berbagi tanggung jawab untuk meningkatkan semangat dialog dan untuk mengembangkan saling pengertian dan kemauan untuk saling mendukung.

“Dan konferensi internasional ini adalah wujud nyata dari perhatian tulus dan tanggung jawab tersebut,” pungkas Deden.
(es/es/Eddi Santosa/dtc)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 9.33 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization