Topic
Home / Berita / Internasional / Afrika / Antisipasi Intervensi Asing atas Mesir, Ikhwanul Muslimin Tegaskan tak Incar Kekuasaan

Antisipasi Intervensi Asing atas Mesir, Ikhwanul Muslimin Tegaskan tak Incar Kekuasaan

Foto tanggal 30 April 2011. Anggota Ikhwanul Muslimin, gerakan terbaik di Mesir. Baris depan dari kanan ke kiri: Issam al-Aryan, Mohammed al-Mursi, Mahmud Hussein, Sekjen Ikhwanul Muslimin, Saad Al-Qatatni, dalam sebuah konferensi pers di Kairo. (Getty Images)

dakwatuna.com – Kairo. Menanggapi laporan tentang kesepakatan rahasia dengan penguasa militer sementara, Ikhwanul Muslim membantah bahwa mereka mengincar kekuasaan pascarevolusi Mesir.

“Ikhwanul Muslimin tidak akan turun untuk kandidat presiden,” ujar pemimpin Ikhwanul Muslimin, Mohammed Badie, dalam sebuah rapat umum di Qena, Mesir, 6 September lalu.

Ia mengatakan langkah itu tak lepas dari kekhawatiran bahwa Mesir akan diserang kekutan asing, seperti halnya Afghanistan, dengan dalih bahwa Ikhwanul Muslimin menjadi pemegang kendali kekuasaan.

Mesir dijadwalkan mengelar pemilu parlemen pada November. Pemilu raya itu diharapkan diikuti dengan pemilihan suarau untuk memilih presiden baru pada awal tahun depan. “Presiden Mesir nanti akan menjadi pelayan bangsa,” ujar Badie.

Ikhwanul Muslimin kembali muncul sebagai grup paling kuat setelah tergulingnya Hosni Mubarak dalam revolusi pada Februari.

Situasi ini dipandang sebagai peringatan oleh Amerika Serikat dan sekutu terpentingnya, Israel. Mereka takut Ikhwanul Muslimin akan berakhir sebagai pemegang kekuasaan pada pemilu.

Kelompok itu pun berulang kali membantah menginginkan kekuasaan di Mesir pasca-Mubarak.

Untuk menekan ketakutan, partai politik Ikhwanul Muslimin yang baru terbentuk mengatakan hanya akan bertarung untuk setengah kursi dari parlemen pada pemilu November mendatang.

Ikhwanul Muslimin juga membantah laporan media mengenai kesepakatan rahasia dengan junta berkuasa. “Itu murni kebohongan dan imajinasi yang dipromosikan grup lawan,” ujar jurubicara Ikhwanul, Mahmoud Ghozlan.

Ghozlan berkata justru Ikhwanul-lah grup pertama yang turun ke jalan untuk menekan junta militer penguasa sementara segera memenuhi tuntutan revolusi. Ia hanya menyebut pertemuan antara pemimpin Ikhwanul dengan junta pada hari-hari setela Mubarak terguling.

“Jika manajemen negara di masa transisi dilakukan dengan baik oleh SCAF, Ikhwanul akan mendukung seperti kekuatan bangsa yang lain,” ujar Gozhlan mengutip pernyataan Badie saat pertemuan tersebut.

“Dan bila SCAF menyalahgunakan kekuasaan lagi atau lambat beraksi, maka grup tidak akan menoleransi dan tak akan segan bersuara.”

Grup juga menyeru untuk elemen bangsa lain ikut membantu kesuksean transisi pemerintahan di Mesir dan mengajak grup-grup revolusionis untuk memberi waktu kepada pemerintahan mencapai tujuan revolusi. (Ajeng Ritzki Pitakasari/Onislam/AP/RoL)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (3 votes, average: 9.67 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization