Tilawah dan Ramadhan

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Pasti kita semua sudah tahu sabda Rasulullah SAW ini: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” Karena itu Rasulullah SAW memperbolehkan kita untuk iri kepada mereka. “Tidak boleh iri kecuali kepada dua orang, yaitu orang yang dianugerahi Al-Qur’an oleh Allah, lalu ia membacanya ketika menunaikan shalat di waktu malam dan siang hari; dan orang yang diberi harta lalu ia menyedekahkannya di waktu malam dan siang hari.”

Tentu saja rasa iri yang dimaksud Rasulullah SAW bukan dalam bentuk ekspresi negatif, tapi meniru apa yang dilakukan oleh manusia-manusia terbaik itu: belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. Bahkan Rasulullah SAW sangat menghargai orang yang berusaha mengikuti jejak orang-orang terbaik itu meski belum sempurna dalam membaca Al-Qur’an. Kata Rasulullah SAW, “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia pandai membacanya, beserta para malaikat pembawa catatan amal, yang suci dan berbakti. Dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan gagap dan ia kesulitan dalam membacanya, maka ia mendapatkan dua pahala.”

Rasulullah SAW juga menimbang seseorang dari kedekatannya dengan Al-Qur’an. Beliau membuat perumpamaan, “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah atrujah, baunya harum dan rasanya enak. Dan perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti buah kurma, ia tidak beraroma tapi rasanya manis. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti bunga wangi-wangian, baunya wangi tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti buah hanzalah, ia tidak beraroma dan rasanya pahit.”

Dikali yang lain Rasulullah SAW menegaskan bahwa, “Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya tidak ada sedikit pun Al-Qur’an, maka ia bagaikan rumah yang rusak.” Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita untuk senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an baik sendiri maupun bersama-sama. Rasulullah SAW bersabda, “Jika suatu kaum berkumpul di dalam satu rumah Allah dan membaca Al-Qur’an serta mempelajarinya secara bersama-sama, niscaya turun ketenangan kepada mereka. Mereka dilingkupi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk-Nya yang ada di sisi-Nya.”

Tidak hanya di dunia bekas interaksi kita dengan Al-Qur’an kita rasakan. Rasulullah SAW bersabda, “Pada hari Kiamat akan didatangkan Al-Qur’an dan para ahlinya yang ketika di dunia mengamalkannya. Mereka didahului oleh surat Al-Baqarah dan Ali Imran, keduanya membela orang-orang yang membaca dan mengamalkannya.”

Dan, surga tingkat apa yang akan kita tinggali di akhirat nanti pun ditentukan oleh banyak sedikitnya hafalan Al-Qur’an kita. Rasulullah berkata, “Ketika di surga dikatakan kepada orang-orang yang hafal Al-Qur’an, ‘Bacalah, naiklah dalam derajat surga dan bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membacanya di dunia, sesungguhnya kedudukanmu adalah di akhir ayat yang engkau baca.”

Karena itu Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita untuk menjaga hafalan Al-Qur’an. “Selalu jagalah Al-Qur’an ini, demi Zat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, sungguh Al-Qur’an itu lebih mudah lepas daripada unta yang ada dalam ikatannya.” Rasulullah SAW menegaskan bahwa, “Sesungguhnya orang yang hafal Al-Qur’an bagaikan pemilik unta yang terikat. Jika ia selalu menjaganya, maka ia memegangnya. Sedangkan jika membiarkannya, maka unta tersebut akan lepas dan kabur.”

Pahala Tilawah di Bulan Ramadhan

Di bulan Ramadhan ini kita diminta oleh Rasulullah SAW untuk berpuasa dengan ihtisaban seperti dalam sabdanya, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuhi keimanan dan ihtisaban, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Ihtisaban maksudnya penuh perhitungan. Berhitung seperti seorang pedagang mengkalkulasi berapa keuntungan yang ingin didapat dari dagangannya. Kenapa Rasulullah SAW meminta kita berhitung dalam berpuasa di bulan Ramadhan? Karena Ramadhan bulan mega bonus!

Kita tentu sudah tahu bahwa membaca Al-Qur’an satu huruf akan diberi pahala oleh Allah SWT 10 point. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu kebaikan sebanding dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Laam Miimadalah satu huruf, tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan miim satu huruf.”

Tapi, khusus di bulan Ramadhan pahalanya dilipatgandakan oleh Allah menjadi 70 kali lipat. Setidaknya hal itu di surat pada hadits cukup panjang ini. “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Barangsiapa (pada bulan itu) memberikan buka  kepada seorang yang berpuasa, maka itu menjadi maghfirah (pengampunan) atas dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa (itu) sedikit pun.”

Kemudian para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami memiliki makanan untuk diberikan sebagai buka orang yang berpuasa.” Rasulullah SAW berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan buka dari sebutir kurma, atau satu teguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan), dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi, Al Hakim, Ibnu Khuzaimah, dan Al-Ash-habani dalam At Targhib. Namun, didhaifkan oleh Al-Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib dan Dhiya Al-Maqdisi di Sunan Al-Hakim. Al-Albani dalam Silsilah Adh-Dhaifah mengkategorikan ini hadits munkar.

Jika kita tidak bisa menggunakan kelipatan pahala 70 kali atas tilawah yang kita kerjakan di bulan Ramadhan, mungkin kita bisa menggunakan hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim ini: “Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.”Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan, “Orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna. Orang yang meniatkan sebuah kebaikan lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.”

Jadi, ketika membaca ayat pertama surat Al-Baqarah yang terdiri dari 3 huruf, yaitu alif lam mim, kita punya potensi mendapat puasa antara 3 x 10 = 30 sampai 3 x 700 = 2.100.

Menurut penelitian Imam an-Nasafi yang dicatatkan dalam kitab Majmu Al-Ulum Wa Mathliu An-Nujum dan dikutip Imam Ibn Arabi dalam mukaddimah Al-Futuhuat Al-Ilahiyah, Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, dan 1.027.000 huruf. Jadi, jika berhasil mengkhatamkan tilawah Al-Qur’an sekali saja, kita akan dapat pahala sebesar 1.027.000 x 700 = 718.900.000.

Rasulullah SAW memberi batas bawah bagi seorang muslim dalam hal tilawah adalah minimal khatam Al-Qur’an sekali dalam sebulan. Tapi, muslim yang cerdas tentu tidak merasa cukup Cuma khatam sekali di bulan Ramadhan. Kalau cuma sekali ya rugi karena tidak beda dengan bulan-bulan yang lain. Jadi, harus bisa khatam lebih dari dua kali.

Terlebih lagi ketika Lailatul Qadar. Jangan sampai tidak tilawah di malam itu. Allah SWT menyatakan bahwa nilai Lailatul Qadar lebih baik daripada 1.000 bulan atau setara dengan 354.000 kali malam biasa. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada Lailatul Qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.”

Berapa pahala yang bisa kita peroleh jika membaca 1 juz Al-Quran pada saat Lailatul Qadar? Jika kita asumsikan jumlah huruf dalam setiap juz sama, maka angkanya kira-kira 1.027.000 : 30 = 34.233 huruf. Jumlah potensi pahala yang bisa kita dapat di malam itu adalah 34.233 x 700 x  354.000 = 8.482.937.400.000. Subhanallah, angkanya triliunan!

Surat Al-Qadr turun karena suatu saat Rasulullah SAW menceritakan kepada para sahabat tentang seseorang dari Bani Israil yang berjuang fii sabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus. Laki-laki itu selalu beribadah pada malam hari hingga pagi dan di siang harinya berjihad memerangi musuh.

Para sahabat kagum sekaligus iri kepada lelaki itu. Allah memberi kesempatan kepada lelaki itu selama 1.000 bulan untuk konsisten beribadah dan berjihad. Sementara, para sahabat banyak yang masuk Islam pada umur tidak muda lagi. Sementara potensi usia hidup umat Nabi Muhammad SAW hanya 60 tahun. Jadi, para sahabat merasa tidak mungkin menyamai ibadah yang dilakukan oleh lelaki dari Bani Israil yang diceritakan Rasulullah SAW.

Allah Maha Adil. Allah SWT memberikan Lailatul Qadar kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jika kita beribadah saat Lailatul Qadar, Allah SWT menggandakan nilainya menjadi 354.000 kali lipat. Tilawah satu juz dapat pahala 8.482.937.400.000. Kalau 3 juz, 25.448.812.200.000! Maka merugilah orang yang tidak memperbanyak tilawah saat Lailatul Qadar.

Mochamad Bugi lahir di Jakarta, 15 Mei 1970. Setelah lulus dari SMA Negeri 8 Jakarta, ia pernah mengecap pendidikan di Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Jakarta, di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Indonesia, dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dirosah Islamiyah Al-Hikmah. Sempat belajar bahasa Arab selama musim panas di Universitas Ummul Qura', Mekkah, Arab Saudi. Bapak empat orang anak ini pernah menjadi redaktur Majalah Wanita UMMI sebelum menjadi jabat sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Politik dan Dakwah SAKSI. Ia juga ikut membidani penerbitan Tabloid Depok Post, Pasarmuslim Free Magazine, Buletin Nida'ul Anwar, dan Majalah Profetik. Jauh sebelumnya ketika masih duduk di bangku SMA, ia menjadi redaktur Buletin Al-Ikhwan. Bugi, yang ikut membidani lahirnya grup pecinta alam Gibraltar Outbound Adventure ini, ikut mengkonsep pendirian Majelis Pesantren dan Ma'had Dakwah Indonesia (MAPADI) dan tercatat sebagai salah seorang pengurus. Ia juga Sekretaris Yayasan Rumah Tafsir Al-Husna, yayasan yang dipimpin oleh Ustadz Amir Faishol Fath.
Konten Terkait
Disqus Comments Loading...