
dakwatuna.com – Jakarta. Pemerintah akan terus melakukan pendekatan dengan mengundang perwakilan dari kelompok masyarakat Islam untuk menyamakan kriteria dan cara pandang dalam menentukan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha.
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali mengatakan kelompok-kelompok minoritas juga memiliki kriteria dalam menentukan jadwal hari-hari besar itu. “Adapun yang membedakan mereka adalah kriteria dan cara pandang. Ada yang pakai pasang surutnya air laut, ada yang langsung melihat hilal,” kata Suryadharma usai Sidang Itsbat penetapan awal Syawal 1431 H di Kantor Kemenag, Rabu (8/9).
Suryadharma meyakini ada keinginan dari kelompok-kelopok untuk duduk bersama sekaligus menyamakan persepsi. Secara perlahan persamaan harus dicapai, karena Kementeria Agama akan memfasilitasi semua secara intensif setelah Lebaran ini. Diharapkan, semakin menipis perbedaan di antara ormas Islam.
Sayangnya, masih ada beberapa kelompok yang tidak hadir dalam Sidang Itsbat. Menag berseloroh mengatakan karena mereka ada yang sudah Lebaran.
Sementara itu, Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag Nasaruddin Umar menyatakan saat ini kelompok yang berbeda sudah berkurang. Tahun lalu ada tujuh kelompok yang berbeda, sedangkan tahun ini berkurang tinggal dua kelompok.
Namun, menurut Nasaruddin, kelompok yang terlebih dahulu melaksanakan 1 Syawal 1431 H ini melakukan kegiatan tidak mengganggu masyakat. ”Mereka melakukannya di tengah perkebunan luas. Jadi, tidak kelihatan oleh publik. Mereka tidak menggunakan takbir dengan sound system,” ujarnya.
Nasaruddin juga menjelaskan bahwa dari pertemuan Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama pada 2 September 2010, kelompok mayoritas masih menjalankan puasa. ”Mereka hari ini melaksanakan 1 Syawal, tetapi mayoritas ada yang puasa dan sekaligus menunda Lebaran, menunggu bersama-sama dengan kita,” ujarnya. (Az/dry/bip)
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: