Topic
Home / Berita / Analisa / Apa Maunya Israel?

Apa Maunya Israel?

Israel menginvasi Gaza
Israel menginvasi Gaza

dakwatuna.com – Para elit Israel sesungguhnya sedang bingung menentukan solusi politik dengan Palestina. Karenanya, mereka terpecah-pecah dalam partai-partai. Setiap partai juga terpecah lagi. Ketika PM Israel yang merupakan ketua Partai Likud menuntut perundingan langsung dengan Israel, maka wakilnya Mosa Yaalon menegaskan secara resmi bahwa tidak ada harapan perundingan permanen dalam jangka waktu dekat. Ada consensus di kalangan Israel bahwa perundingan apapun tidak akan menghasilkan apa-apa. Pemikiran ini dianut oleh Mosa Arnes dari Partai Likud yang tidak memiliki pandangan soal Tepi Barat kecuali harus masuk ke wilayah Israel dan tidak menolak disatukannya warga Tepi Barat ke Israel.

Sementara sikap Partai Buruh pimpinan Ehud Barak, justru tidak memiliki gambaran solusi politik. Partai ini hanya menjadi kelompok menteri tanpa ada yang mengatur. Mereka ingin konflik dengan Palestina hanya masalah perbatasan dan tidak berubah menjadi konflik agama ideologis yang tidak berpihak kepada kepentingan Israel.  pendapat terakhir ini dianut sebagian elit partai Kadema. Pada saat ketua Kadema Tsepi Livni mendukung berdirinya negara Palestina tanpa senjata, tanpa Al-Quds, tanpa wilayah lembah, tanpa kembalinya pengungsi Palestina, tanpa kedaulatan penuh, dan pemukiman yahudi tetap menjadi bagian dari negara Israel, justru orang kedua di partai yang sama Shaol Movaz mengusulkan Otoritas Palestina didirikan di 50% wilayah Tepi Barat di fase pertama. Setelah loyalitas Palestina terbukti, keamanan dijaga dan berhasil dalam tugas yang dibebankan Israel, maka pengaruhnya akan diperluas.

Barangkali elit Israel yang paling berani soal ideology Israel adalah Avidgor Lieberman, ketua partai Israel Betena. Ia menyampaikan rencana politiknya tanpa berkoordinasi dengan partai lainnya. Bahkan tanpa diajukan ke pemerintah. Ia lebih paham dari lainnya soal bahwa tidak ada consensus di Israel soal solui politik. Karenanya, ia mengusulkan agar Gaza dibuang dan dilupakan dari tanggungjawab Israel secara hukum sebagai wilayah jajahan dan dilepaskan dari Palestina. Sementara, Al-Quds dia mengusulkan agar di luar pembahasan. Untuk wilayah lain di Tepi Barat, Lieberman mengaku bahwa itu adalah tanah nenek moyang Israel. Ia siap secara politik bertukar tanah dan warga dengan entitas Palestina. Namun mereka harus disatukan dengan Israel yang mesti murni yahudi. Selain itu, Libermen tidak peduli.

Usulan Lieberman ini membuat elit-elit Israel tidak berdaya menjawab pertanyaan: apa sebenarnya maunya Israel? Apa rencana perdamaian yang disepakati oleh Israel? Tanah Palestina yang mana yang dijajah yang bisa dilepaskan oleh Israel secara suka rela kepada Palestina? Ini sejumlah pertanyaan di mana kebanyakan yahudi di Israel menghindar untuk menjawabnya? Sementara lisan riil mereka (hukum tak tertulis) mengatakan, Israel ingin semua wilayah Palestina dengan pengakuan internasional dan didukung orang Palestina, Israel ingin keamanan dan stabilitas dengan syarat tugas itu dilakukan oleh aparat keamanan Palestina, Israel ingin perdamaian dengan dunia Arab yang diupayakan oleh orang Palestina, Israel ingin menyepakati perundingan tanpa syarat selama-lamanya. (Dr. Fayez Abu Shamalah/bn-bsyr/ip)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 7.50 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Palestina Tolak Rekonsiliasi Tanpa Kemerdekaan

Figure
Organization