Topic
Home / Berita / Menag: Umat Islam Harus Hidup Seimbang

Menag: Umat Islam Harus Hidup Seimbang

dakwatuna.com – Padang Arafah. Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sambutannya pada hari wukuf di Padang Arafah, Kamis, antara lain menyerukan agar umat Islam hendaknya tidak hanya mengejar kehidupan duniawi saja, tetapi menjalankan kehidupan yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat.

Ia juga berpesan kepada jemaah haji Indonesia, sepulang menunaikan ibadah haji nanti untuk meningkatkan kualitas ibadah sehingga mencerminkan sikap seorang haji mabrur.

“Tingkatkan terus amal dan perilaku, didik keluarga dan anak-anak serta banyak-banyak berzakat, berwakaf dan bersedekah,” kata Menag mengingatkan.

Dalam kesempatan itu Menag juga menyampaikan penghargaan kepada tuan rumah, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, yang telah memfasilitasi dan memberikan berbagai kemudahan sehingga jemaah haji Indonesia dapat menjalankan rukun kelima Islam itu dengan khusuk.

Pada bagian lain Suryadharma Ali mengemukakan bahwa di hari wukuf ini jutaan umat Islam datang dari berbagai penjuru dunia untuk melaksanakan ritual puncak ibadah haji, sekaligus menunjukkan solidaritas satu dan lainnya.

Dalam kesempatan itu Menag juga menyampaikan salam dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada seluruh jemaah haji Indonesia, dan Presiden berdoa agar seluruh jemaah haji Indonesia kembali ke tanah air dengan sehat-walafiat dan menjadi haji mabrur.

Sementara itu, Imam Besar Mesjid Istiqlal Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yakub dalam khotbah wukufnya antara lain mengemukakan, syarat mabrurnya ibadah haji ialah jika dikerjakan sesuai dengan kehendak Allah, (lillahitaallah), membayar biaya haji dari penghasilan yang halal dan mengikuti manasik haji sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Menurut Kyai Ali Mustafa, pengorbanan orang yang naik haji pada zaman dulu jauh lebih berat dari apa yang dilakukan jemaah calon haji saat ini. Mereka berdatangan dari tempat-tempat yang jauh dan sesampainya di Tanah Suci, mereka berjalan kaki ke Arafah.

“Jika naik unta, sampai di Padang Arafah untanya menjadi semakin kurus karena beratnya medan,” katanya.

Memberikan contoh lain, Kyai Mustafa menyebutkan seorang mucikari dengan bangga menyatakan bahwa setelah melakukan ibadah haji “anak asuhannya” bertambah banyak. “Itu sih bukan rezeki, tetapi laknat,” katanya.

Contoh mengenai jemaah melakukan hal-hal berlebihan dan tidak mengikuti tuntunan Rasul, menurut Kyai Mustafa, misalnya saat melontar jamrah, ada jemaah yang melontar dengan batu besar agar setannya mati atau ada juga yang melemparkan sepatu untuk melampiaskan rasa kesalnya.

“Itu tidak benar,” katanya dan menambahkan, melontar jamrah hanyalah untuk menamsilkan saat Nabi Ibrahim digoda setan agar membangkang dari perintah untuk Allah untuk menyembelih putranya, Ismail.

Ada pula orang yang bangga bila menunaikan ibadah haji atau umrah berkali-kali, padahal, kata Kyai Mustafa, Nabi Muhammad walaupun memperoleh kesempatan berkali-kali, hanya sekali naik haji selama hidupnya.

Kyai Mustafa menambahkan, tuntutan mengenai ibadah haji juga banyak setannya, kadang-kadang orang yang belum mampu didorong atau terpaksa melakukannya, padahal menunaikan ibadah haji tidak wajib, kecuali bagi yang mampu.

Sementara Amirul haj Indonesia Bahrul Hayat mengemukakan, kehadiran sekitar tiga juta jemaah calon haji dari seluruh penjuru dunia di Arafah memiliki makna yang strategis bagi terwujudnya tata dunia baru yang adil dan damai.

Melalui ibadah haji, lanjutnya, umat Islam menunjukkan kepada dunia mengenai kebesarannya. “Wajar hal itu diikuti dengan hak dan kewajiban yang besar pula,” katanya.

Seluruh jemaah calon haji termasuk jemaah Indonesia akan meninggalkan Padang Arafah menuju Muzdalifah (berjarak sekitar lima kilometer) Kamis lepas Magrib untuk melakukan mabit (mengumpulkan batu kerikil untuk melontar jamrah) di Muzdalifah.

Sambil menanti keberangkatan ke Muzdalifah, jemaah berada di tenda masing-masing sambil berzikir, berdoa atau sekadar beristirahat.

Di Muzdalifah jemaah akan melakukan salat qashar dan jamak (Magrib dan Isa) masing-masing dua rakaat, berzikir dan berdoa dan kemudian bergeser ke Mina untuk menuju jamarat (jembatan tempat pelontaran jamrah).

Ada tiga jamarat yakni Aqabah, Ula dan Wustha yang berjarak satu dan lainnya paling jauh 190 meter.

Bagi yang mengikuti ritual Nafar Awal, akan melontar 49 batu, pada hari pertama melontar jamrah Aqabah dengan tujuh batu, dan dua hari berikutnya melempar ketiga jamrah (7x3x2).

Sementara yang mengikuti Nafar Sani, melontar 70 jamrah (tujuh melontar jamrah Aqabah pada hari pertama, diikuti melontar ketiga jamrah selama tiga hari masing-masing tujuh batu (7x3x3).

Hadir dalam acara yang berlangsung di tenda tersebut selain Menag, Pelaksana Dubes RI di Arab Saudi Sukanto, Konjen RI di Jeddah Gatot S Mansyur, Amirul Bahrul Hayat, pimpinan Komisi VIII DPR dan wakil-wakil DPD serta pejabat BPK. (ant)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization