Topic
Home / Berita / Al-Aqsha Terancam Runtuh

Al-Aqsha Terancam Runtuh

galian al-Aqshadakwatuna.com – Amman, Wakil ketua komisi pembangunan Masjid Al-Aqsha dan Kubbah Shakhra, Raivi Najem menyebutkan, tindakan Zionis terhadap Masjid Al-Aqsha ibarat balon yang siap diletuskan kapan saja bagi warga Al-Quds, kaum muslimin dan Arab. Termasuk di dalamnya taktik yang selalu berubah untuk sampai pada strategi yang baku yaitu menjadikan Al-Quds sebagai ibukota bagi Yahudi, tak terbagi dengan Arab, membangun haikal dan mengeluarkan warga Arab yang merupakan penduduk mayoritas Al-Quds saat ini. Semua ini terangkum dalam rancangan Zionis terhadap Al-Quds hingga tahun 2020. Mereka menargetkan, penduduk Arab saat itu, tak lebih dari 15 % saja.

Dalam wawancaranya dengan harian Al-Gad Selasa (13/10) Najem mengatakan, pemerintah Israel akan terus melakukan rencananya mengagali Al-Aqsha hingga masjid tersebut rubuh. Baik dengan galian ataupun dengan gempa bumi buatan. Saat itu tiba, mereka akan menyingkirkan semua bangunan lalu membuat kota yahudi di atasnya, sesuai dengan apa yang mereka sebarkan gambar-gambarnya di banyak kesempatan.

Terkait dengan perundingan dalam masalah Al-Quds, Najem mengatakan, mereka berunding di atas bayang-bayang. Perundingan yang sia-sia tak pernah disetujui Israel. Mereka hanya menjadikan perundingan tersebut sebagai jeda waktu untuk mendatangkan imigran yahudi dari seluruh dunia. Negara Israel tidak bisa hidup dengan tenang dalam perdamaian hakiki. Walaupun perdamaian tersebut sebenarnya menguntungkan mereka. Akan tetapi tabiat mereka memang seperti itu.

Sementara itu, Najem yang juga mantan menteri Palestina mengatakan, kalau seandainya penyerbuan terhadap Al-Aqsha terus berlangsung, dipastikan akan terjadi intifadhah baru, yang tak diketahui ujungnya. Hal ini jelas akan mempengaruhi taktik sementara mereka dalam waktu dekat. Tetapi tidak akan merubah dari target tujuan akhirnya.

Saat ini, pihak Arab Palestina berunding dengan Israel untuk membicarakan 2500 kilometer tanah di Tepi Barat. Israel diminta untuk kembali ke perbatasan tahun 67 dan menarik seluruh permukimanya dari sana. Hal inipun ternyata ditolaknya.

Sementara itu, galian di bawah Masjid Al-Aqsha dan sekitarnya terus mereka lakukan. Galian ini akan merubuhkan sejumlan bangunan bersejarah di Al-Quds. Untuk mempercepat tujuanya, Israel menggunakan zat kimia guna menghancurkan tiang-tiang yang berada di bawah Al-Aqsha.

Pemerintah Israel terus melakukan pembenahan dalam proyek yahudisasi Al-Quds, terutama di wilayah timurnya. Seperti membangun gedung parkir setinggi 7 lantai yang dapat menampung ribuan mobil. Sementara di pintu Al-Asbath, menuju Kota Lama, mereka akan memasang portal untuk menghalangi warga masuk ke areal tersebut. Selain membangun jembatan layang dari Jabal Zaitun melalui gerbang Al-Rahmah tembus hingga Al-Quds Barat di Silwan. Mereka pun sedang membangun terowongan mobil dari gerbang Hebron menuju tembok ratapan di dinding Al-Buraq. Pembangunan ini jelas mengancam sejumlah wilayah bersejarah di Kota Lama.

Di sisi lain, ungkap Najem serbuan bertubi-tubi terhadap Masjid Al-Aqsha, kerja sama antara pemerintah Israel dan kelompok radikal Zionis, tidak lagi dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, tapi secara terang-terangan diketahui masyakat banyak.

Penggalian yang mereka lakukan secara marathon, belum juga menemukan Haikal yang mereka klaim berada di dalamnya. Walau sudah terbukti tidak ada bukti otentik berupa “Bekas Kerajaan David” yang mereka klaim sebagai Haikal Sulaiman, namun pemerintah Israel tak berhenti melakukan penggalian tersebut. Karena tujuannya ingin menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah milik ummat Islam, termasuk di dalmnya kiblat pertama ummat, Masjid Al-Aqsha.

Jauh sebelumnya, penasehat direktur UNESCO PBB, Prof. Lomer meminta Zionis untuk menghentikan kegiatanya, karena akan menghancurkan bangunan bersejarah al-Quds.

Luas Al-Quds di bagian timur dan barat tahun 1948, awal penjajahan Israel, mencapai 800 Km persegi. Namun kini setelah mengalami perubahan dan pembangunan oleh Yahudi luasnya hanya tinggal 500 KM lagi yang menampung 55 perkampungan Arab. Sesuatu yang tidak pantas dan tak diakui dunia internasional.

“Kalau al-Quds tidak bisa mempersatukan dunia Arab dan Islam, lalu apa lagi yang dapat mempersatukan mereka ??, ungkap Najem. Ia menyerukan warga Al-Quds memperjuangkan tanah miliknya secara nyata, baik spirit, materi ataupun politiknya. (ip/asy)

Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (35 votes, average: 9.51 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Rekonsiliasi Tidak Gratis, Israel Jamin Keamanan Arab Terhadap Ancaman Iran

Figure
Organization