Topic
Home / Narasi Islam / Khutbah / Khutbah Jum'at / Khutbah Jum’at: Berkarya Untuk Bangsa

Khutbah Jum’at: Berkarya Untuk Bangsa

dakwatuna.com – Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi ladzi kholaqos samawati wal ardho waja’ala dhulumati wannuri watabaraka ladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala wahuwal ‘azizul ghofur waasyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarikalau lahul mulku walahul hamdu wakulla syaiin ‘indahu biaajalin muqoddar waasyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuluhu ablagho man wa’adho wa ashdaqo man wa’ada wa anshoha man basysyaro wa anzdaro wa ahsanu man amala, washallallahu ‘alaihi wa’ala alihi wa ashhabihi ajma’in, amma ba’du

Ma’a syiral muslimin rahimakumullah,

Salah satu arti dan makna kehidupan seseorang adalah “apa yang dapat ia berikan kepada orang lain”, dan bagaimana agar pemberian itu bernilai ikhlas sehingga menjadi amal shaleh yang akan diterima di sisi Allah SWT.

Ajaran Islam sangatlah mensuport kepada kaum muslimin dan memberinya apresiasi yang tinggi kepada setiap muslim yang benar-benar beriman dan membuktikan imannya dalam bentuk kerja nyata yang bermanfaat untuk kemaslahatan ummat manusia.

Maka hampir pasti setiap ada kalimat iman didalam Al-Qur’an senantiasa di gandeng dengan kalimat amal shaleh. Karena dengan iman dan amal shaleh itulah derajat dan kemulyaan manusia akan dapat diperolehnya, yaitu derajat Muttaqin.

Sungguh begitu berat untuk mencapai derajat muttaqin tersebut sehingga predikat muttaqin ibarat “Tropi ” yang senantiasa diperebutkan oleh setiap muslim.

Adalah hak seluruh kaum muslimin dari suku apapun dan dari bangsa manapun untuk memperolehnya.

Inilah bukti bahwa Islam itu benar-benar rahmat bagi seluruh alam semesta, maka adanya pluralitas atau keragaman dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari berbagai suku bangsa adalah sebagai sebuah realita untuk membuktikan dan mengaplikasikan ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin, risalah Islam datang dari Allah di sampaikan kepada seluruh ummat manusia melalui tugas suci para Nabi dan Rasul-Nya, sedang Nabi Muhammad di suruh menyampaikan risalah ini pada seluruh ummat manusia , masyarakat yang pluralis yang terdiri dari berbagai suku dan bangsa.

“Dan Kami tidaklah mengutus engkau (Muhammad) kecuali untuk seluruh manusia dengan membawa berita gembira dan peringatan, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” Saba:28

Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.

Untuk mendapatkan nilai “taqwa” maka sangatlah di tentukan oleh kualitas dan produktifitas amal, kualitas itu tentu mencakup makna kikhlasan dan keteladanan kepada Rasulullah saw, serta manfaat dari amal perbuatannya bagi diri dan orang lain. Karenanya Allah SWT memberikan prestasi manusia atas keberhasilannya dengan dasar kualitas kerjanya, bukan semata-mata kuantitasnya.

“Maha suci Allah yang di tangan-Nya seluruh kerajaan dan Dia berkuasa tas segala sesuatu. Allah yang telah menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa diantara kamu yang paling baik kualitas amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” Al-Muluk :1-2

Demikian pula Rasulullah saw menjelaskan bahwa orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat keberadaannya untuk orang lain.

رَسُولَ اللَّهِ , أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ وَأَيُّ الأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا , وَمَنَ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ , وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ مَلأَ اللَّهُ قَلْبَهُ رَجَاءً يَوْمَ الْقِيَامَةِ .

“Rasulullah saw ditanya tentang siapa orang yang paling dicintai Allah? dan perbuatan-perbuatan apa yang paling dicintai Allah? Nabi saw menjawab : “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain, dan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah ; memasukkan kegembiraan pada seorang muslim, menghilangkan kesusahannya, melunasi hutangnya, mengusir kelaparannya, bersama menyelesaikan sebuah hajat saudaraku muslim lebih aku sukai dari pada sebulan ber i’tikaf di masjid Nabawi, siapa orang yang dapat mengendalikan amarahnya maka Allah akan menutupi keburukannya, siapa yang mampu meledakkan emosi namun ia mampu mengendalikan emosinya, maka Allah akan memenuhi harapan hatinya di hari kiamat dan orang yang bersamanya.” Al-Hadist

Kalau surat Al Muluk diatas menekankan pada kualitas dengan spirit fertikal, sedangkan hadist Nabi menjelaskan kuantitasnya dengan spirit horisontal, artinya kualitas amal perbuatan yang diinginkan oleh Allah adalah amal perbuatan yang bermanfaat bagi seluruh ummat manusia.

Jadi semakin banyak manfaat yang diperoleh orang lain atas karya kita, atas amal kita semakin besar pula kebaikan dan makna kesalihan amal kita di mata Allah SWT. maka di manapun kita beramal jadikan niat amal itu sebagai ibadah kita kepada Allah, karena sesunguhnya dimana kita hidup maka di situlah tempat pengabdian kita kepada-Nya, di situ pula Allah memberi amanah dan tanggung jawab kepada kita. Sebagai anak bangsa Indonesia maka yang lahir dan di besarkan di negeri ini marilah kita buktikan kecintaan kita dengan beramal dan berkarya untuk manfaat dan kemaslahatan diri kita, keluarga, masyarakat bangsa dan Negara kita

“Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. At-Taubah:105

Hadirin Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.

Ajaran Islam menganjurkan kepada ummatnya untuk bekerja dalam semua skill dan lapangan dan dimana saja, apapun kedudukan kita, prinsipnya selama pekerjaan itu halal, bermanfaat dan tidak membawa madharat bagi kehidupan, maka kesemuanya memungkinkan untuk menjadi amal shaleh

Jadi di manapun kita bekerja apapun profesinya di situlah kita beramal shaleh, di situlah berda’wah dan di situ pula beribadah karena sesungguhnya di manapun kita berada, di situlah bumi Allah SWT. Dan sah-sah saja melalui profesi apapun yang telah kita pilih di situlah kita senantiasa berusaha untuk meraih pahala sebesar-besarnya serta keridhoan dari Allah SWT. sesuai dengan janji Allah yang akan menilai dan memberi pahala sekecil apapun amal kita.

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang dia kerjakan” Al-An’am:132

Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah

Sebagai anak bangsa saya yakin bahwa kita semua ingin, bangsa ini segera berubah menjadi bangsa yang terbaik, bangsa yang makmur, adil dan sejahtera lahir dan batin, meski kita menyadari bahwa kesemua itu tidak mudah mencapainya.

Bahkan sudah cukup lama kemerdekaan negeri ini kita peroleh, namun cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur nyatanya belum terwujud sampai sekarang, bahkan salah satu agenda di era reformasi untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme sampai hari ini masih menjadi agenda bangsa yang tak kunjung terselesaikan.

Maka sangatlah ironis jika kita hanya gencar mengkritik pemerintah sementara kita hanya duduk berpangku tangan tidak mengerjakan apapun, dan tidak memberi solusi ataupun pemecahannya, bisa jadi ternyata kita adalah bagian dari problema itu sendiri.

Untuk itu, marilah kita buka hati, fikiran dan wawasan, satukan kekuatan dan energi, singsingkan lengan baju untuk bersama membuktikan bahwa kita bisa bekerja berkarya memajukan negeri kita sebagaimana bangsa-bangsa lain. Kita songsong masa depan Indonesia yang lebih baik dari hari ini. Marilah kita beramal sesuai dengan profesi, kedudukan, tanggung jawab dan kemampuan kita masing-masing .

Sungguh berat tanggung jawab kita ketika kita mengatakan “Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam” sementara realita ummatnya senantiasa terpuruk dan tertinggal dari bangsa bangsa lain.

“Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: “berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya kami-pun berbuat pula. Dan tunggulah (akibat perbuatanmu ) sesungguhnya kami-pun menunggu pula.” Hud:121-122

Demikianlah ajaran Islam mendorong semangat kepada ummatnya untuk kompetisi di tengah-tengah ummat yang lain untuk bekerja keras meraih prestasi, kemajuan dan kemenangan dalam kehidupannya.

jika kita umat Islam tidak menunjukkan kerja dan prestasinya, maka bersiap-siaplah kita untuk menjadi budak orang atau bangsa lain didalam negeri sendiri, karena sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mau merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri.

Semoga kita tidak menjadi “ayam yang mati diatas lumbung” akan tetapi jadilah “gajah yang mati meninggalkan gading”, di negeri tercinta ini barakallu li walakum ….

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (27 votes, average: 9.30 out of 5)
Loading...

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization