Seorang pemuda kurus dan berkulit gelap tidak pernah menyangka dalam perjalanannya mengarungi arus, dalam perjalanan perantauannya, bahwa dalam perjalanan tersebut akhirnya ia menemukan cinta. Tentu ini bukan perkara mudah, karena cinta adalah memberi, maka seorang lelaki harus berani berjuang, bukan lelaki namanya bila ia tak berjuang, bukan sang pencinta sejati namanya bila dalam perjuangan cintanya ia tak mampu berjuang untuk yang di cintainya. Bukan lelaki namanya bila berjuang untuk uang panaik (dalam adat Bugis Makassar) saja ia harus perhitungan dan tak mau berkorban, bukan sang pencinta sejati bila ia tak mau berjuang untuk memenuhi takaran mayam (dalam adat Aceh), sebab cinta sejati patut diperjuangkan, cinta yang tulus akan menarik akar kaki dan otakmu untuk berjuang diluar batas kemampuanmu, hingga ikhtiar maksimal dari sang pemuda kurus dan berkulit gelap ini di jawab oleh Yang Maha Cinta, bahwa sekeras dan sekuat apapun manusia berusaha, Allah lah yang menentukan hasilnya.
Baca selengkapnya »Hasan Al-Banna, Figur Rekonsiliatif
"Andai lawan-lawanku seperti Hasan, tentu aku akan menjabat tangan mereka sejak hari pertama. Wahai Ustadz Hasan, saya mendengar kritikmu dan terkagum padamu. Kritikan seperti ini tidak dimiliki oleh orang selain engkau."
Baca selengkapnya »Imam Syahid Hasan Al-Banna Sang Guru Dunia (Bagian ke-2)
Dengan program pendidikan dan dakwah yang dilakukan oleh Hasan Al-Banna melalui organisasi Ikhwanul Muslimin, maka banyak lahir kader-kader Islam yang militan. Mereka memahami Islam secara baik dan benar serta berjuang untuk kejayaan Islam. Mereka berusaha bangkit dari keterpurukan yang melanda selama ini menuju kejayaan dengan izzah Islam yang bercahaya.
Baca selengkapnya »Imam Syahid Hasan Al-Banna “Sang Guru Dunia” (Bagian ke-1)
Satu hal yang sangat mengagumkan berkaitan dengan kedisiplinan dalam mengajar adalah, “ Bila ada ikhwan (saudara) yang menelpon dirinya ketika sedang mengajar di kelas, kemudian petugas memberitahukan padanya. Maka beliau berpesan kepada petugas tersebut : “Katakan kepadanya, saya sedang mengajar dan tidak dapat meninggalkan kelas sebelum selesai jam pelajaran”. Subhannallah, begitulah komitmen Hasan Al-Banna dalam menunaikan tugas mulia ini dalam melahirkan kader bangsa.
Baca selengkapnya »Benarkah Syaikh Hasan al-Banna Seorang Sufi?
Menilai Syaikh Hasan al-Banna hanya dari fase remaja saja, tanpa mau melihat perubahan hidupnya, adalah sikap zalim dan menunjukkan ketidakmampuan dalam menilai sejarah hidup manusia. Apa yang dialami oleh Syaikh Hasan al-Banna juga pernah dialami para tokoh Islam sebelumnya.
Baca selengkapnya »