Topic
Home / Narasi Islam / Sejarah (halaman 4)

Sejarah

Motif Perang Salib

Merupakan sebab utama terjadinya Perang Salib, hal ini dibuktikan dengan ikut campurnya Gereja Roma untuk memobilisasi masyarakat eropa untuk berjihad melawan orang-orang arab di tanah Syam. Pada tahun 488 H/1095, M Paus Urban II berpidato di hadapan Pasukan Eropa, diantara pidatonya yang terkenal adalah " Sesungguhnya perang ini adalah keinginan Tuhan", tak lama setelah itu, pasukan Eropa di bawah naungan panji-panji salib berangkat menuju Jerussalem. Tujuan perang ini adalah membebaskan Baitul Maqdis dari tangan Muslimin dan menyebarkan agama nasrani di tanah Syam.

Baca selengkapnya »

Pahlawan Islam yang Terzhalimi

Barbarossa adalah mujahid Islam yang melindungi wilayah Islam dari jalur laut. Yang mana setiap ada kapal dari pihak musuh yang lewat meraka harus membayar pajaknya untuk diserahkan kepada pemerintahan Islam. Barbarossa pernah mengalahkan ribuan kapal perang milik musuh dengan ijin dari Allah swt, padahal saat itu pasukan perang musuh dipimpin oleh seorang jendral perang angkatan laut eropa yang legendaris, dan pasukan kapal Barbarossa sangat itu berjumlah ratusan saja.

Baca selengkapnya »

Thariq bin Ziyad Tidak Pernah Perintahkan untuk Membakar Kapal

Di antara Syubhat sejarah yang sering kita dengar terkait proses pembebasan Andalus adalah perintah Thariq bin Ziyad kepada pasukannya untuk membakar kapal mereka dan perkataan beliau yang sangat masyhur dan tidak asing bagi kita “Laut di belakang kalian dan musuh di depan kalian". Menurut syaikh Jihad At-Turbani riwayat ini tidak pernah ada dalam buku-buku induk sejarah yang dikarang oleh para sejarawan muslim, namun kutipan ini ditemukan di beberapa buku karangan para orientalis yag memang sengaja ingin menghancurkan dan merusak agama Islam dari dalam.

Baca selengkapnya »

Perjalanan Para Pejuang Ketauhidan

Pada awalnya, ketika mereka berdatangan ke pohon tersebut, tidak satupun dari mereka yang mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh masing-masing dari mereka. Hingga akhirnya seorang dari mereka buka mulut dan ternyata motif dari pengasingan diri tersebut adalah sama. Karena memiliki prinsip ketauhidan yang sama, akhirnya mereka bersepakat untuk membuat tempat ibadah di sana yang mereka gunakan untuk beribadah hanya kepada Allah dengan iman dan tauhid yang bersih dan jernih.

Baca selengkapnya »

Muhammad bin Wasi’, Murabbi yang Rabbani

Di antara tokoh ulama dan murabbi terbaik pada masa tabiin adalah Muhammad bin Wasi’. Nama lengkap beliau Muhammad bin Wasi’ bin Jabir bin Akhnas, imam rabbani, sang teladan, Abu Bakar al-Azdi al-Bashri. Muhammad bin Wasi’ adalah seorang imam rabbani, perawi hadis yang terpercaya, panutan dan tokoh ulama tabiin dari Bashrah, integritas ilmu dan keshalihannya sudah diakui oleh ulama di zamannya maupun generasi setelahnya.

Baca selengkapnya »

Shalahuddin Al-Ayyubi, Panglima yang Agung

Sepanjang hidupnya, beliau acapkali menyandang sebuah peti yang ditutup rapat. Orang-orang menyangka peti itu berisi permata atau benda berharga lain. Namun, kala Shalahuddin telah wafat petinya dibuka dan ternyata hanya berisi helaian kain kafan, segumpal darah dan secarik surat wasiat. Dalam suratnya Shalahuddin berpesan, “Kafankanlah aku dengan kain kafan yang pernah dibasahi air zam-zam ini, yang pernah mengunjungi Ka'bah yang mulia dan makam Rasulullah. Tanah ini adalah sisa-sisa perang. Buatlah kepalan untuk alas kepalaku di dalam kubur.”

Baca selengkapnya »

Belajar Dakwah dari Perang Padri

Ketika membaca rekam jejak dakwah para nabi, Nabi Nuh sabar berdakwah selama 950 tahun lamanya, walaupun hasil jerih payah itu hanya segelintir orang yang sudi mengikutinya. Sebagian riwayat mengatakan hanya 10 orang, dalam riwayat lain mengatakan 25 dan 80 orang. Wali Songo dengan pendekatan kultural malah membuat rakyat Jawa berbondong-bondong menyambut seruan dakwah. Untung saja Tuanku Imam Bonjol belajar dari masa lalu, jurang antara agama dan adat semakin dangkal.

Baca selengkapnya »

Abu Hurairah Digugat?

Menggugat krebilitas Abu Hurairah sebagai perawi yang tsiqah maka secara tidak langsung juga menolak sekitar seribuan hadis yang terdapat dalam kitab Sahih Bukhari. Pilihan yang cukup berat, bukan? Maka dari itu, tulisan ini hanya berupa perangsang untuk memicu adrenalin pembaca untuk melakukan kajian yang lebih kritis dan serius. Harapannya, dari kajian yang serius itu dapat meletakkan Abu Hurairah pada posisi yang tepat dan benar.

Baca selengkapnya »

Belajar dari Kisah Nabi Musa dan Khidir

Masalah kepemimpinan lebih besar cakupannya daripada masalah kekuasaan, sebagaimana pengaruh lebih luas jangkauannya daripada kekuasaan formal. Seorang pemimpin tidak harus menduduki jabatan tertentu untuk membuktikan kemampuannya dalam mengarahkan orang-orang yang berada di bawah pengaruhnya untuk mencapai tujuan bersama. Sementara, seorang penguasa belum tentu mampu mengendalikan para pengikut yang dikuasainya secara formal. Kepemimpinan berkaitan dengan kualitas diri. Bahkan, seorang Nabi seperti Musa mengalami suatu proses pembelajaran yang panjang sebelum sampai pada puncak kesadaran akan pentingnya mencerna dan menerapkan nilai-nilai kepemimpinan yang luhur.

Baca selengkapnya »
Figure
Organization