Topic
Home / Pemuda / Puisi dan Syair (halaman 77)

Puisi dan Syair

Wahai Mataku

Wahai mataku, Sungguh ku bahagia memilikimu, Kau telah menemaniku semenjak kulahir di dunia, Kini seiring bertambahnya usiaku, Pandanganmu juga tak sekuat dahulu, Tapi kehebatanmu tak lekang karena waktu, Pesonamu tak tergerogoti pertambahan usiaku, Tak pernah berubah, Tak pernah lelah, Menemaniku menjalani hari.

Baca selengkapnya »

Tahun-Tahun kan Berlalu

Tahun-tahun kan berlalu sepintas jumpa kita tak abadi. Bersama merangkai mimpi tuk tunjukkan jalan bakti, Bagi Sang Pencipta yang terus memberi. Tahun-tahun kan berlalu sembari kita urai mimpi, Yang tergambar jelas dalam bayang-bayang nyata, Lewat amal ikhlas lahirkan karya sukses.

Baca selengkapnya »

Mutiara Di Antara Debu

Segumpal debu tak kan pernah berubah menjadi mutiara, Meski berada dalam satu cawan, Tapi Mutiara adalah mutiara, Meskipun tertanam di antara debu. Ku cinta dia, meski terlambat, Ku sayang dia, ku sadar sebelum waktu berakhir, Dia hadir dalam ragaku, menyatu denganku, Cintanya hadir dalam setiap detikku, Cintanya hadir bagai asupan gizi, Tenangku adalah bersamanya.

Baca selengkapnya »

Aku Lupa Akhirat

dakwatuna.com Ku rogoh kantongku dalam-dalam Untuk mencari sekeping receh Di depanku peminta-minta menunggu “terima kasih”, ucapnya setelah ku serahkan recehku Aku melihat tas idamanku Ku lihat harganya Hampir separuh dari uang gajiku Tak mengapa, asal hatiku puas Adzan telah berkumandang Ku abaikan panggilanNya Sinetron telah menarik perhatianku Tanpa sadar, waktu …

Baca selengkapnya »

Ujian Tanda Cinta

Ujian ini hanya sebuah tanda cinta, Tanda cinta dari Sang Maha Pencinta, Jika ku hitung, Maka ujian ini hanya setitik, Sedang nikmat melimpah ruah. Sedetik ragu melintas, Seolah Sang Pencinta menampar keras, Apa ini di sebut cinta?? Hati seolah karam dalam nestapa ujian.

Baca selengkapnya »

Pesan Kematian

Wahai kawan, kali ini aku ingin kabarkan pesan, Pesan yang tak banyak diperbincangkan, Pesan yang lebih sering ditinggalkan, Pesan tentang kematian. Aku melangkah masuk ke ruang itu, Berdiri, ku hamparkan sajadah merah, Aku tak tahu, ternyata sang utusan telah menunggu, Menunggu waktu, agar perhitungan menjadi tepat tanpa cela.

Baca selengkapnya »

Adalah Kita Manusia Biasa

Adalah saya manusia biasa, Sudah pasti banyak cela dan dusta, Adalah saya hanya manusia biasa, Kehadirannya mampu torehkan tawa, lebih sering luka. Terlebih saya, manusia yang sangat biasa, Tanduk-tindak saya sering kali miskin makna, Maksud hati menebar bunga, apa daya duri menusuk Anda, Maksud hati kembangkan senyum, salah arti malah menyinggung.

Baca selengkapnya »
Figure
Organization