Topic
Home / Pemuda / Cerpen (halaman 46)

Cerpen

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.

Cinta, Ta’aruf-mu Salah Langkah!

Langit kemerah-merahan yang menyelimuti alam tempat tinggalku mulai merona dengan barisan awan-awannya di medan senja.  Aku yang duduk di bawahnya terusik pada iringan kisah masa laluku yang membuat hatiku sering diserang rasa dag dig dug tidak karuan. Traumatik rasanya. Ya… benar, benar-benar traumatik. Bagaimana tidak, cinta memang perkara fitrah namun kali ini cinta itu dibalut dengan kesalahpahaman manusia dalam mengartikan kata ta’aruf.

Baca selengkapnya »

Bukan Merayakan,Tapi Memperingati

“Bunda…Bunda! Di depan mushalla aku lihat ada tenda, memangnya ada yang mau hajatan, Bunda?” tanya Ade yang baru pulang dari sekolah. “O… itu bukan tenda untuk hajatan, Sayang! Tapi untuk pengajian nanti malam.” jawab Bunda yang sedang menyiangi tanaman hias di halaman. “O, iya. Ade lupa! Nanti malam kan kita akan merayakan hari kelahiran nabi Muhammad SAW. Benar kan, Bunda?”

Baca selengkapnya »

Hanya Malam Ini

Hanya malam ini terasa panjang bagiku, begitu panjangnya hingga tak mampu kututup mataku. Rasanya aku di sini sudah beribu tahun, padahal tak ada sepuluh menit. Desir angin berhembus di luar kamarku terdengar begitu keras, tak terdengar oleh segerombolan orang yang tengah asik mempersiapkan segala sesuatunya untuk esok pagi. Hatiku menentang hari esok.

Baca selengkapnya »

The Journalist: Rise of the Justice

“Ergh…!” Cairan hangat berlinang melewati wajahku, menitik di atas kamera yang sedang kutenteng. Aku meraba keningku tepatnya sebelah kiri di dekat pelipisku, perih menggigit. Aku sempoyongan. Aku butuh pertolongan segera. Percuma aku berdebat dengan mereka sejak tadi dan ternyata ini yang mereka perbuat padaku.

Baca selengkapnya »

Kita pun Akan Menyusul Mereka

Apa dan bagaimanapun caranya, rasa kehilangan itu sama. Sakit dan menyakitkan. Hanya kesadaran bahwa semua berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya yang membuat kita lebih mudah mempertahankan kesabaran dan juga mengikhlaskan. Aku masih duduk di depan komputer, mengedit naskah yang akan kupublish di blogku yang sederhana dan serba seadanya ketika handphone di samping keyboard bergetar.

Baca selengkapnya »

Syifa’

Namanya Syifa’. Itu yang aku dengar dari ibu-ibu pengajian yang mengundangku datang ke masjid ini. Pernah sekali aku bertanya kepada seorang ibu mengenai orang tuanya Syifa’. Ibu itu hanya menjawab "dia itu anak haram Neng, karena cacat gitu jadi ibunya nggak pernah ngurus dia lagi dan meninggalkan dia".

Baca selengkapnya »

Keputusan

Kutembus hujan di kegelapan sebagai protes atas keputusan Ummi yang berencana menikahkan Mbak Liza dengan Januar. Kupacu kencang sepeda motor peninggalan almarhum Abi menuju masjid terjauh. Kalau saja Abi masih ada, beliau pun tidak akan mengizinkan Mbak Liza menikah dengan Januar. Secara fisik memang tidak ada yang salah dengan guru SD itu. Tapi Januar orang awam, dan ia mengajar di sekolah Nashara.

Baca selengkapnya »

Kasiyat Ariyat

Ini tentang aku, kamu dan cinta kita. Jujur, aku mencintaimu pada pandangan pertama. Kata orang, “Pandangan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda.” Hahaha. Kalimat itu tidak berlaku untukku. Faktanya, aku hanya diam. Ya, aku mencintaimu dalam diam. Kata orang itu bodoh. Tapi biarlah, karena aku punya cara sendiri untuk mencintaimu, yaitu dengan diam.

Baca selengkapnya »

Karena Cinta, Ia Kembali Bahagia

Satu bulan sudah, Farid berkutat dengan lingkaran kekecewaan, ada yang hampa dalam hidupnya, hilang arah tanpa tujuan, kini ia hanya menjalankan rutinitas kuliahnya saja, tanpa ruh dan semangat dakwah yang tinggi. Dalam jangka waktu itu, ia pun hilang dalam lingkaran ukhuwahnya, tanpa kabar, ia sengaja menutup dirinya, ada perasaan malu, kecewa, marah, bercampur dalam satu warna hatinya. Meski ajakan untuk kembali ngaji terus menerus dilakukan oleh teman-temannya, tetapi ia kerap menolak dengan berbagai alasan.

Baca selengkapnya »

Bukan Urusan Kita; Cerita Tentang Palestina

Siang yang membakar di kamp pengungsian, seorang anak bertanya kepada ibunya “Bu, kenapa kita tidak pernah menang, dan kenapa mereka begitu kejam?” Lagi-lagi jawaban sang ibu sama. “Sabar!” Tiba-tiba terdengar suara ledakan. Para pengungsi tersentak, sesaat kemudian mereka kembali kepada aktivitasnya masing-masing. Sekumpulan pemuda di kejauhan sana berlarian menggotong seonggok jasad yang tak bernyawa. Dari tempat yang sama, seorang pemuda terseok-seok jalannya akibat peluru yang bersarang di kaki kanannya.

Baca selengkapnya »
Figure
Organization