C. Konsepsi Syiah tentang Sahabat Pendahuluan Para Sahabat -dalam pandangan Ahli Sunnah- merupakan strata pertama dari umat terbaik. Hal itu berdasarkan Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Amran bin Hashin Ra, bahwa Rasul berkata: “Sebaik-baik masa adalah masaku, lalu yang datang setelah itu, lalu setelah itu”. Amran berkata: “Aku tidak ingat …
Baca selengkapnya »Konsepsi Pendukung dalam Syiah; Dari Klasik hingga Kontemporer (Bagian ke-2): Konsepsi Syiah tentang As-Sunnah
Al-jarh wa at-ta'dīl versi Syiah Dua Belas Imam dengan jelas sangat terpengaruh oleh doktrin Imamah. Hal ini menguatkan asumsi awal penulis bahwa doktrin Imamah-lah yang sejatinya memiliki peran cukup signifikan dalam mendesain seluruh ajaran Syiah, bahkan mendesain cabang dan bidang ilmu yang berkembang di lingkungan Syiah Dua Belas Imam.
Baca selengkapnya »Imamah: Konsep Utama Syiah, dari Tradisional Hingga Kontemporer (Bagian ke-2)
Secara bahasa Imamah, menurut Ibnu Mandzur, berarti “Yang berada di depan” atau ketua (pemimpin/presiden)[1]. Sementara menurut Raghib al-Asfahani, Imam itu termasuk lafal mufrad (singular) artinya "Yang diikuti" apapun bentuknya, baik manusia (yang dapat diikuti perkataannya maupun perbuatannya), buku atau yang lainnya.
Baca selengkapnya »Mampukah Sunni dan Syiah Berdamai?
Sekiranya kedua golongan Ahli Sunnah dan Syiah saling bersikap ta’ashub (fanatik), maka akan menghasilkan konflik dalaman. Setiap golongan merasa benar. Akhirnya bukan menambahkan perbaikan malah mengeruhkan perbedaan, sehingga terlupa agenda peningkatan status sosial umat. Sepatutnya, setiap aliran menghentikan perbincangan yang menjurus kepada pengkafiran karena dikhawatirkan timbul konflik dalam agama.
Baca selengkapnya »Berapakah Pecahan Golongan Syiah?
Ada tiga jenis syiah di atas yang paling terkenal, terbesar dan memiliki bilangan banyak ialah golongan Syiah Imam Dua Belas atau Imamiyyah/Ja'fariyyah (اثنا عشرية) yang merangkumi 90% penduduk di Iran dan sebagian besar penduduk Iraq dan Libanon.
Baca selengkapnya »Mengenal Asal Usul Syiah
Syiah menurut etimologi bahasa arab bermakna pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun menurut terminologi syariat, syiah bermakna mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Talib lebih utama dari seluruh sahabat dan lebih berhak untuk menjadi khalifah kaum muslimin sepeninggal Rasulullah saw.
Baca selengkapnya »Konsepsi Syiah Dua Belas Imam, dari Tradisional Hingga Kontemporer
Pemikiran politik Syiah Dua Belas Imam ini sebenarnya tidak paten. Akan tetapi berkembang secara metamorfosa. Karena pada mulanya, mereka meyakini bahwa bumi tidak mungkin dan tidak boleh kosong dari Imam yang maksum. Karena merekalah yang akan berperan sebagai hujjah (argumen) atas klaim kebenaran Allah, serta menjadi duta-Nya dalam menyampaikan wahyu kepada umat manusia pasca-meninggalnya Rasulullah[1]. Karena itu, mereka berkeyakinan bahwa para Imam dibekali dengan ilmu ladunni serta mendapatkan wahyu dari Allah melewati ilham.
Baca selengkapnya »Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Syiah Dua Belas Imam (Bagian ke-3)
Dengan meninggalnya Utsman, maka Islam terbagi menjadi dua kelompok: Kelompok Ali dan kelompok Muawiyah. Al-hizbu (kelompok) dalam bahasa Arab disebut Syiah, dengan demikian kelompok Ali berhadapan dengan kelompok Muawiyah. Namun setelah Muawiyah naik tahta khilafah, yang bukan sekadar pemimpin dari sebuah kelompok, maka istilah Syiah pada akhirnya hanya dipakai untuk menunjukkan pengikut Ali. Pemakaian term ini juga untuk membedakan dengan kelompok khawarij, yang merupakan lawan politiknya.
Baca selengkapnya »Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Syiah Dua Belas Imam (Bagian ke-1)
Hampir seluruh ulama Syiah berpendapat bahwa Syiah muncul di zaman Rasul. Menurut Muhammad Husain az-Zain al-Amily[1] dan Makruf al-Husaini[2], Rasul adalah penebar benih pertama tasyayyu' (kesyi'ahan) serta penyemainya melalui perintah-perintah yang selalu ditaati. Rasul pula yang telah memberi kabar gembira bahwa Ali dan pengikutnya telah mendapatkan ridha dari Allah, akan masuk surga, dan berada di samping kiri dan kanan Nabi serta demikian pula Ahli Baitnya.
Baca selengkapnya »Pengertian Syiah (Bagian ke-3): Kesimpulan, Analisa, dan Komentar
Jika apa yang dimaksudkan dengan Syiah adalah mereka yang memiliki kecenderungan, dukungan, atau anggapan bahwa Imam Ali dan Ahli Bait lebih utama dalam memegang tampuk kepemimpinan pasca-Nabi Saw, seperti yang diungkap oleh Imam Asy'ari, Ibnu Hazm, Ibnu Khaldun, dari kalangan Ahli Sunnah, maupun Al-Qummi, an-Naubakhti serta Mufid, dari kalangan Syiah, maka kita dapat jumpai sejumlah Sahabat yang tidak terorganisir seperti Salman al-Farisi, al-Miqdad, Abu Dzar al-Ghifari, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin al-Awwam dan lain-lain, termasuk di dalamnya beberapa anggota dari Bani Hasyim yang memiliki kecenderungan, angan-angan dan pandangan bahwa Imam Ali adalah Sahabat yang paling layak untuk menjadi khalifah pasca-wafatnya Nabi Saw.
Baca selengkapnya »