Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pemanfaatan Lahan Di Bawah Fly Over Debar

Pemanfaatan Lahan Di Bawah Fly Over Debar

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Tri Joyo Adi)

dakwatuna.com – Pukul 20.45, lalu lalang kendaraan di bawah fly over Depok Baru atau yang akrab disebut Debar masih terlihat ramai. Semakin malam semakin ramai. Pasar yang terletak tepat di bawah fly over itu mulai menampakkan aktivitas malamnya. Pedagang hilir mudik, bahu membahu menggelar dagangannya. Merupakan suatu pemandangan yang biasa ketika datang ke suatu pasar tradisional.

Dengan mengendarai sepeda motor berwarna merah putih, aku mengunjungi pasar tradisional Depok Baru ini. Letaknya yang dekat dengan Stasiun Depok Baru, membuat pasar ini menjadi pusat kegiatan transaksi jual beli kebutuhan pokok masyarakat sekitar. Dari mulai pagi hingga larut malam pasar ini selalu hidup dan ramai dikunjungi pembeli.

Motorku mulai memasuki area pasar, bau khas pasar tradisional mulai tercium dari jarak sekitar 10 meter dari tempatku berhenti. Aku berhenti sejenak untuk mencari tempat menitipkan sepeda motor. Mataku mencari-cari, barangkali ada ruang kosong di antara lapak para pedagang yang ada, namun tidak kutemukan juga. Hingga pencariannku terhenti ketika melihat di sebelah kanan jalan ada tempat parkir motor yang masih lapang dan letaknya unik dan strategis.

Aku tertarik untuk parkir di tempat itu. Tempatnya terletak di tengah jalan, di bawah fly over Depok Baru, tempat berputar arahnya angkutan kota dan kendaraan pribadi. Jarak parkiran ini sekitar 15 meter dari Pasar Debar.

Saat memasuki parkiran, aku disambut ramah oleh beberapa pekerjanya. Ada seorang laki-laki yang menghampiriku, “Mau diinepin neng?” tanyanya sambil tersenyum ramah.

Sambil melepas helm dan masker aku membalas dengan senyuman ramahnya dan berkata “Tidak bang, hanya titip motor sebentar saja.”

Tertarik dengan lokasi parkiran yang berada tepat di bawah fly over, rasa ingin tahu lebih dalam mengenai tempat parkir inipun muncul. Kuhampiri pekerja yang tadi menyambutku dengan ramah. Kemudian kumulai membuka pembicaraan, bertanya hal mengenai parkiran motor yang untuk pertama kalinya aku gunakan jasanya.

Sebut saja Bang Dani salah satu penjaga yang dengan senyum ramahnya tadi menghampiriku. Pria berusia 29 tahun ini baru 2 bulan bekerja di parkiran bawah fly over ini. Dengan tubuh tinggi disertai kumis tipis di wajah Bang Dani menjawab dan bercerita segala hal yang aku tanyakan. Tampak ia adalah sosok yang ramah. Terlihat dari senyuman ramah yang tak pernah lupa ia sisipkan ketika berbicara.

Bang Dani bercerita penitipan motor ini dikelola oleh karang taruna daerah Kelurahan Beji. Setiap harinya boss pemilik parkiran motor itu selalu mengontrol kinerja dan kondi anak buah dan tempat usahanya itu. Berbeda halnya dengan penitipan motor yang lainnya yang rata-rata dimiliki oleh perorangan atau priadi.

Parkir motor ini setiap harinya buka pada pukul 06.30. Bang Dani bersama sembilan orang rekan kerja lainnya setiap Senin sampai dengan Jumat bekerja secara bergantian. Untuk hari senin sampai dengan jumat penitipan motor yang belum ada namanya ini menurunkan sekitar 10 orang pegawai untuk bekerja menjaga motor-motor yang dititipkan.

Pekerjaan menjaga penitipan motor seperti ini termasuk pekerjaan yang cukup menguras tenaga karena tidak hanya sekadar menjaga namun pekerjanya harus memiliki tenaga besar untuk memindahkan satu motor dengan motor lain agar keluar masuknya motor yang dititipkan bisa berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu tak heran apabila mayoritas pekerja di tempat itu adalah kaum laki-laki

Walaupun tempatnya yang cukup terbuka dan langsung bersandingan dengan jalan raya, namun sama seperti penitipan motor lainnya di sini pun pelanggan dapat menginapkan motor dengan biaya Rp12.000,- per malam. Namun apabila hanya untuk menitipkan motor dengan waktu yang tidak terlalu lama dikenakan biaya Rp2.000 per satu unit motor. Biaya penitipan dipengaruhi dari waktu penitipan motor.

Kemudian rasa penasaran dalam diriku muncul, apa kabar dengan pembayaran yang diterima Bang Dani dan pekerja lainnya? Apabila dilihat banyaknya pegawai dengan penghasilan usaha penitipan motor yang tidak menentu apakah bisa mencukupi? Ketika kutanya perihal itu Bang Dani menjawab dengan wajah sumringah, “Ya kalau dibilang cukup, yaa cukup ga cukup dah”, dengan cengiran menelan getir kenyataan.

Ya, penghasilan yang didapat dari usaha penitipan motor ini masih belum menentu oleh karenanya hal itu memengaruhi penghasilan bagi para pekerjanya pula.

Penitipan motor di bawah fly over Debar ini dapat dibilang keberadaannya sudah cukup lama, Bang Dani kurang tau tepatnya kapan, namun yang pasti semenjak adanya fly over Debar maka terciptalah pula parkiran motor ini.

Bang Dani juga merasa pemanfaatan lahan kosong di bawah fly over menjadi sebuah tempat usaha penitipan motor dapat dibilang cukup baik, dari pada digunakan untuk keperluan yang tidak jelas, seperti anak nongkrong yang nantinya akan merusakan keindahan lingkungan.

Untuk pertama kalinya aku melihat usaha parkiran motor di bawah fly over, kemudian terlintas di benakku harus ada hukum yang jelas untuk mengatur pemanfaatan lahan umum seperti itu. Agar dikemudian hari tidak terjadi kesalahpahaman.

Walaupun, apabila dilihat usaha parkiran tersebut merupakan cara yang cukup baik dalam pemanfaatan lahan kosong, namun apabila tidak dikomunikasikan dengan baik bisa jadi di kemudian hari dapat berakibat buruk dengan cara dibuatkan peraturan yang jelas dari pemerintah setempat.

Setelah hampir satu jam berbincang dengan Bang Dani aku pamit undur diri, melihat jam sudah menunjukkan waktu yang semakin larut kuputuskan untuk kembali pulang dan tak lupa memberikan biaya parkir ke Bang Dani. (sb/dakwatuna.com)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Fadly Amran: Pasar Digital Kubu Gadang Tarik Minat Kunjungan Wisatawan

Figure
Organization