Topic
Home / Berita / Analisa / Dalam Ranah Politik, Peran Wanita Masih Sangat Minim

Dalam Ranah Politik, Peran Wanita Masih Sangat Minim

Kanselir Jerman, Angela Merkel. (aa.com.tr/ar)

dakwatuna.com – Ankara. Tidak dipungkiri, bahwa jumlah Kaum Wanita mencapai setengah dari penduduk bumi. Namun, keterwakilan mereka dalam bidang politik ternyata masih sangat jauh daripada yang semestinya. Dalam PBB contohnya, dari 198 anggota, hanya ada 10 negara yang menunjuk wakilnya dari kalangan wanita. Sedangkan dari sekian banyak jumlah negara di dunia, hanya ada tujuh negara yang pemerintahannya dipimpin oleh wanita.

10 negara yang dimaksud adalah Mauritius, Kepulauan Marshall, Chili, Estonia, Kroasia, Korea Selatan, Lituania, Malta, Nepal, dan Liberia.

Sedangkan negara-negara dengan wanita sebagai kepala negaranya adalah Jerman, Inggris, Thailand, Norwegia, Bangladesh, Skotlandia, dan Polandia.

Wanita 65 Tahun Berkuasa

Ratu Inggris, Elizabeth II, telah memasuki 65 tahun berkuasa. Ratu Elizabeth II telah melampaui masa berkuasa sang nenek, Ratu Victoria, sekaligus menjadikan Ratu Elizabeth II sebagai penguasa wanita terpanjang dalam sejarah Inggris.

Ratu Elizabeth naik tahta sejak ayahnya, Raja George VI, meninggal dunia pada tahun 1952. Pada saat itu Ratu Eliizabet berusia 25 tahun, dan sepanjang masa pemerintahannya, telah terjadi pergantian Perdana Menteri sebanyak 14 kali. Yaitu diawali dari Winston Churchill hingga Theresa May saat ini.

Dua Kekuatan Wanita di Eropa, Merkel dan May

Angela Merkel menjabat sebagai Kanselir sejak tahun 2005, yaitu di Jerman, sebuah negara yang termasuk salah satu kekuatan ekonomi di dunia. Sejalan dengan hal itu, Angela Merkel, yang belakangan dijuluki sebagai “Iron Lady” dari Jerman, juga menjelma jadi salah satu politisi paling berpengaruh di dunia.

Selain itu, Merkel juga menjadi wanita ketiga dengan masa jabatan terpanjang sebagai Kanselir di Jerman sejak Perang Dunia II. Yaitu setelah Helmut Kohl (16 tahun), dan Konrad Adenauer (14 tahun).

Sedangkan di Inggris, ada sosok Theresa May yang menjabat sebagai Perdana Menteri pada bulan Juli 2016, dan menjadi wanita kedua setelah Margaret Thatcher yang menduduki jabatan tersebut. May sendiri berhasil menjadi Perdana Menteri setelah PM sebelumnya, David Cameron, mengundurkan diri akibat referendum. Belakangan, referendum tersebut menghasilkan keputusan yang mendukung Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.

Tampaknya, May bukanlah sosok asing dalam perpolitikan Inggris. Karena sebelumnya, ia telah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri sejak tahun 2010. Praktis, May menjadi sosok yang paling lama menduduki jabatan tersebut di Inggris.

Karena kekakuan dan ketegasannya, banyak orang yang menyamakan sosok May dengan sosok Margaret Thatcher. Bahkan media masa di Inggris ramai-ramai menjulukinya dengan “The Iron Lady” baru.

Setengah Menteri di Kanada Adalah Wanita

Sejak Justin Trudeau dilantik menjadi Perdana Menteri Kanada pada tahun 2015 lalu, sejarah mencatatnya sebagai politisi pertama yang membagi rata kursi kabinet kepada laki-laki dan wanita. Saat ditanya alasan keputusannya, Justin menjawab, “Karena saat ini kita hidup di tahun 2015.”

Sejak saat itu, di Kanada terdapat 15 menteri dari kalangan wanita, dari jumlah keseluruhan ada 30 kementerian.

Rwanda, No. 1 Dunia Terkait Jumlah Wanita di Parlemen

Berdasarkan laporan UN Women, hanya sekitar 22,8% wanita di seluruh dunia yang duduk di kursi parlemen. Sedangkan proporsi wanita di parlemen 38 negara, hanya 10% saja.

Rwanda kemudian dinobatkan sebagai negara dengan keterwakilan wanita di parlemen terbanyak di dunia, yaitu berkisar di angka 63,8%. Setelah itu, disusul oleh Bolivia dengan proporsi 53,1%, dan Kuba dengan 48,9%.

Peran wanita dalam berpolitik ternyata diperparah dengan kenyataan bahwa ada beberapa negara yang tidak terdapat wanita satu pun di parlemennya. Negara-negara tersebut adalah, Haiti, Mikronesia, Qatar, Tonga, Vanuatu, Yaman, dan Somalia. (whc/aa.tr/dakwatuna)

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Ketua Parlemen Turki: Dollar Satu-satunya Sekutu AS

Figure
Organization