Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Cara Rasulullah Mencegah Anak Muda Berzina

Cara Rasulullah Mencegah Anak Muda Berzina

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina! ” Ujar seorang pemuda yang baru saja datang menghampiri Rasulullah.

Mendengar pernyataan pemuda tersebut, orang-orang yang ada di sekitarnya menghampiri dan memaki, “Celaka engkau, celaka engkau!”

Rasulullah saw mendekati pemuda itu dan duduk di sampingnya. Kemudian terjadilah dialog yang panjang antara Rasulullah saw dengan pemuda itu.

Rasulullah: “Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?”

Pemuda: “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.”

Rasulullah :  “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?”

Pemuda: “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.”

Rasulullah:  “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudari-saudari mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan bapakmu?”

Pemuda: “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.”

Rasulullah:  “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan bapak mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan ibumu?”

Pemuda: “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.”

Rasulullah: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan ibu mereka.”

Kemudian Rasulullah saw memegang dada pemuda itu seraya berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya!” Setelah peristiwa itu, pemuda tadi menjadi orang yang arif. (HR. Ahmad)

Fase anak muda (remaja) adalah fase dimana seseorang beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Jiwa mereka bergejolak, ingin mencari hal berbeda, dan organ-organ seksual dan reproduksi pun mulai berfungsi dengan baik.

Secara emosi, remaja mengalami puncak emosionalitasnya. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, kadang mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung.

Dari dialog di atas kita bisa lihat bagaimana cara Rasulullah menyikapi gejolak emosi anak muda. Rasulullah saw merupakan pendidik yang menguasai semua aspek psikis objek dakwahnya. Mendengar pertanyaan sang pemuda, beliau tidak marah seperti yang dilakukan para sahabat. Bahkan, beliau memperkenankan pemuda tadi duduk di dekatnya. Ini merupakan langkah awal yang baik dalam memecahkan masalah pemuda tersebut.

Berkomunikasi dengan anak remaja (pemuda) bukanlah hal yang mudah.  Orang tua harus membangun hubungan yang nyaman terlebih dahulu sebelum memulai komunikasi. Langkah inilah yang pertama kali dilakukan Rasulullah. Sebelum memulai dialog, Rasulullah mengajak pemuda tersebut untuk duduk di sampingnya agar suasana menjadi “cair” dan “tidak berjarak”.  Dengan duduk berdekatan, Rasulullah ingin memperlihatkan bahwa beliau mampu menjadi sahabat yang menyenangkan. Dan beliau siap menjadi pendengar yang baik dan menerima anak muda itu apa adanya. Inilah kunci yang harus dimiliki orang tua untuk bisa berkomunikasi dengan anak remaja.

Selanjutnya pendekatan yang dilakukan Rasullullah kepada anak muda tersebut adalah dengan metode dialog. Anak muda biasanya tidak suka didikte dan dihakimi. Masa remaja adalah masa pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan secara fungsional. Remaja secara intelektual mulai dapat berfikir logis dan memiliki fungsi analitis yang lebih matang ketimbang usia kanak-kanak. Dengan dialog diharapkan, pemuda itu mampu menganalisis masalahnya dengan baik dan menemukan solusi dari permasalahannya.

Rasulullah saw melakukan diskusi dengan sistem tanya jawab. Cara seperti ini merupakan solusi pendidikan yang paling cemerlang karena jawaban akan langsung keluar dari mulut anak muda itu sendiri. Ketika Rasulullah saw bertanya: “Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?” Jawaban pemuda tersebut: “Sekali-kali tidak! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan tuan.” Anak muda tersebut tidak ingin jika zina terjadi pada ibunya. Rasullullah kemudian menegaskan: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka.”

Rasulullah menggunakan banyak pertanyaan. Banyaknya dalil merupakan salah satu kiat pendidikan yang memperkuat hujjah dan alasan. Juga supaya pesan yang ingin disampaikan bisa diterima kepada pendengar dengan baik.

Dalam hal ini, kalimat tanya yang digunakan Rasulullah adalah kalimat tanya retoris. Kalimat tanya retoris tidak memerlukan jawaban, karena jawabannya sudah diketahui oleh penanya maupun pihak yang ditanya.  Pertanyaan retoris yang digunakan Rasulullah bertujuan untuk menggugah hati dan memberi kesadaran pemuda itu.

Setelah pemuda tersebut diajak dialog dari hati ke hati, Rasulullah kemudian mendoakan agar Allah mengampuni dosa dan mensucikan hatinya dan memelihara kemaluannya.

Subhanallah, demikian mempesona akhlak Rasulullah. Dengan cara bijaksana dan sabar ia sampaikan kebenaran.  Dengan hatinya ia sampaikan seruan dan ajakan kepada anak muda. Maka seruan itu sampai pula ke hati. Tidak ada sekat dan hijab yang dapat menghalangi kuatnya kata-kata yang disampaikan dari hati.

“Maka disebabkan rahmat Allah atasmu, kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkan mereka dan mohonkanlah ampun bagi mereka…”(QS 3:159). (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga dengan empat orang anak. Lulusan Fakultas Sastra UI.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization