Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Dari Niat, Menuju Surga atau Neraka?

Dari Niat, Menuju Surga atau Neraka?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (babarusyda.blogspot.com)
Ilustrasi. (babarusyda.blogspot.com)

dakwatuna.com – Seorang manusia hanyalah hidup sementara dalam dunia. Sebab kehidupan yang hakiki adalah kehidupan di akhirat. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dunia ini adalah ladang untuk menanam amalan kita. Dari tanaman amalan tersebut maka akan kita tuai buahnya bernama surga ataupun neraka. Kenapa amalan dapat mengantarkan kepada neraka? Ingatlah saudaraku bahwa Allah tidak akan pernah ingkar janji untuk memberikan balasan pahala atau adzabnya. Ada pahala tentu ada juga dosa, ada surga tentu ada juga neraka. Semua akan dibalas nyata olehNya, tanpa ada istilah janji dan ancaman palsu. Jika kita sudah mengetahui bahwa balasan itu semuanya nyata adanya, lalu bagaimana dengan amalan kita? Sudahkah amalan kita nyata adanya? Nyata dari niat yang tulus dan ikhlas kepadaNya?  Atau semuanya hanya kepura-puraan yang dibalut dengan kata-kata islami?

Sedekah karena ingin disebut dermawan. Sholat malam karena ingin disebut ahli tahajud. Tilawah quran karena ingin disebut qori yang merdu. Bersikukuh dalam amanah karena ingin disebut berjasa dan penuh tanggung jawab. Belajar Bahasa arab karena ingin disebut ustadz. Selfie sambil mengajar anak karena ingin disebut orang tua sholeh. Cerita hikmah tentang amalan sendiri agar disebut hatinya lembut. Sering beri nasihat setiap hari agar disebut bahwa ia sudah mengamalkan apa yang dinasehatkannya. Semua ibadahnya penuh dengan kepura-puraan. Tak ada hati yang nyantel sama yang maha kuasa. Bagaimana Allah mau membalas seluruh amalan yang numpuk ini? kalau kita melakukannya dengan penuh kepura-puraan?

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman: ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata: ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya: ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab: ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman: ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”(HR Muslim No 1905)

Surga NerakaNya NYATA. Izin rahmat Allahnya NYATA. SyafaatNya NYATA. Lalu bagaimana dengan amalan kita? Apakah nyata atau pura-pura dengan Allah? Lalu apa yang harus kita lakukan? Ya beramal lah dengan penuh keihklasan hanya mengharap ridho Allah SWT, dan dengan penuh kesungguhan mengikuti ajaran RasulNya. Yang sudah rutin banyak ibadah dan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah, Ingat ! bukan ibadahnya yang harus dikurangi atau bahkan diberhentikan, namun niatnya lah yang harus diperbaiki. Murnikan ketaatan kita, cukup Allah tak ada yang lain.

Saudaraku yang dirahmati Allah, Sesungguhnya tulisan ini adalah cambuk bagi kita semua terutama penulis. Oleh karena itu, mari kita saling mendoakan agar kita semua tidak tergelincir dalam niat dan tidak termanjakan dengan amalan yang penuh dengan kepura-puraan.

“Sesungguhnya kami turunkan kepadamu kitab (al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya, dengan Ikhlas beragama hanya untuk Allah Semata (QS Az Zumar:2 ). (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa yang sedang menekuni dispilin ilmu Ekonomi Islam di Fakultas Ekonomi & Bisnis,Universitas Brawijaya,Malang,Indonesia

Lihat Juga

Habits

Figure
Organization