Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Menjadi Guru yang Dirindukan

Menjadi Guru yang Dirindukan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Guru SMP (tribunnews.com)
Guru SMP (tribunnews.com)

dakwatuna.com – Guru, digugu dan ditiru, begitu kata pepatah lama. Profesi guru berada di posisi terdepan dalam mendidik generasi masa depan bangsa, bagaimana kompetensi dan karakter masyarakat di masa depan merupakan hasil dari bagaimana seorang guru mendidik di masa sekarang. Guru kencing berdiri murid kencing berlari, pepatah tersebut menggambarkan bahwa bagaimana karakter seorang guru akan sangat berpengaruh kepada karakter muridnya .

Di balik tumpukan draft kurikulum yang terus berganti, sarana sekolah yang mayoritas belum memadai, dan kesejahteraan yang belum merata, sosok guru menjadi peran sentral kemajuan pendidikan di negeri ini. Tidak hanya berdiri setiap hari di depan peserta didik memberikan pengajaran atau menyelesaikan berbagai tuntutan administrasi yang tidak sedikit,  seorang guru juga dituntut menjadi teladan kehidupan bagi murid. Apakah kita telah menjadi guru yang benar-benar menjalankan amanah tersebut dengan baik?

Berdasarkan standar nasional pendidikan sosok guru dituntut memiliki kompetensi sosial, profesional, pedagogik, dan kepribadian. Sudah banyak berbagai uraian panjang tentang kompetensi-kompetensi tersebut, berbagai pelatihan dan kebijakan pun diadakan untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi tersebut, namun masalah kompetensi guru masih dianggap sebagai pekerjaan rumah sistem pendidikan Indonesia yang tak kunjung terselesaikan.

Di samping kompetensi-kompetensi tersebut, sebenarnya ada satu hal cukup sederhana dan sarat makna namun sering kali terlupa oleh kita, yaitu sebagai seorang guru apakah kita telah menjadi guru yang dirindukan oleh anak didik kita? Apakah kehadiran kita di kelas benar-benar menjadi hal yang ditunggu, atau hadir tidak hadirnya kita dianggap suatu hal yang biasa saja, atau bahkan ketidakhadiran kita justru disyukuri oleh anak didik? Pernahkah kita merenungkan hal tersebut?

Sudahkah kita menjadi sosok yang setiap hari dinanti oleh anak didik di kelas dan menjadi sumber semangat bagi mereka dalam belajar? Atau jangan-jangan selama ini kita sebagai guru hanya menjadi sosok yang menambah keengganan anak didik belajar di kelas atau pertemuan dengan kita justru hal yang menyebabkan mereka membolos dari sekolah. Sudah sejauh apakah kita introspeksi diri terkait hal ini?

Dari berbagai kompetensi yang diwajibkan dimiliki oleh seorang guru, kenyamanan siswa belajar dengan kita adalah salah satu hal yang juga penting kita bangun.  Guru bukanlah seorang diktator yang mengajar dengan aturan bahwa dirinya pasti benar kemudian mengabaikan bagaimana seorang murid bisa nyaman belajar, dan terus menjejali berbagai materi dengan cara yang monoton apalagi tidak bermakna sehingga siswa lambat laun  justru kehilangan selera belajarnya.

Indikator kenyamanan belajar tersebut bisa terukur dari sejauh apa respons anak didik kepada kita. Disapa ketika bertemu, ditanya ketika hari kemarin kita tidak masuk, ditarik untuk masuk kelasnya jika kelasnya kosong tak ada yang mengajar dan ditawarkan untuk dibawakan buku kita ketika mau masuk kelas, bahkan sampai memberikan kejutan dan kado ketika kita ulang tahun bisa jadi ukuran bahwa kehadiran kita dirindu oleh anak didik.

Ketika mendapat kesan guru yang dirindukan tentu akan berdampak positif terhadap semangat dan motivasi mengajar serta mendidik, perasaan terharu karena sebegitu perhatian anak didik kepada kehadiran kita akan menjadi penyemangat ketika rasa jenuh atau capai melanda. Selain itu, respons yang baik dari anak didik juga akan terus mendorong kita untuk selalu berusaha mengembangkan berbagai metode pembelajaran di setiap pertemuan. Begitu juga bagi siswa, perjumpaan yang selalu dinantikan akan membuat siswa mengikuti pelajaran kita setulus hati, merasa enjoy dan tidak terbebani dengan rumus-rumus atau hafalan berbagai pelajaran. Dengan begitu tidak ada lagi guru yang stres menghadapi peserta didik yang dianggap susah diatur mengikuti pelajaran. Juga tak ada siswa yang merasa terpaksa di ruang kelas dengan hanya kelihatan menghadirkan raganya namun jiwanya ke mana-mana. Jika hal tersebut dapat terwujud tentu akan meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Lalu bagaimana kiat menjadi guru yang dirindukan tersebut? Dalam kegiatan pembelajaran di kelas tentu kita harus semaksimal mungkin menyajikan pembelajaran yang memang sesuai dengan gaya belajar siswa, berusaha selalu memaksimalkan potensi yang dia miliki, selain itu biasakan juga menuliskan catatan motivasi di hasil PR atau latihannya, memberi pujian atas sebuah kebaikan yang ada dalam dirinya, memberikan nasihat secara santun, menghindari kalimat menghakimi ketika ada kesalahan atau sesuatu yang kurang baik, memberikan perhatian di secara personal seperti bertanya ketika siswa tidak masuk, bahkan mengunjungi rumahnya jika sudah lama tidak masuk karena suatu hal.

Jika kita telah menjadi sosok yang dirindukan anak didik, maka proses mengajar dan mendidik pun terasa lebih harmonis lebih dari sebuah rutinitas menggugurkan kewajiban pertemuan di kelas semata. Tidak hanya pelajaran yang disampaikan diterima dengan penuh antusias, tapi hal-hal positif berkaitan pembentukan karakter pun akan  diteladani oleh mereka. Semoga kita semua bisa menjadi sosok guru yang dirindukan dan membawa perubahan baik dari segi akademis maupun karakter anak-anak-anak didik kita. Amin. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lulusan jurusan pendidikan matematika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, setelah lulus kemudian mengikuti program sekolah guru Indonesia Dompet Dhuafa, selama tiga bulan bersama 18 mahasiswa SGI lainnya mendapat pembinaan. Selepas masa pembinaan mendapat amanah untuk mendampingi sekolah-sekolah di pelosok Indonesia selama satu tahun dan mendapat amanah mendampingi SDN 012 Tubbi Kec. Tutar Kab. Polewali Mandar Sulbar.

Lihat Juga

Program Polisi Pi Ajar Sekolah, Pengabdian Polisi Jadi Guru SD dan TK

Figure
Organization