Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Iman Butuh Pengorbanan

Iman Butuh Pengorbanan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (wallpaperscraft.com)
Ilustrasi. (wallpaperscraft.com)

dakwatuna.com – Hijrah membawa pesan bahwa untuk menyempurnakan dan mempertahankan iman kadang kala dibutuhkan pengorbanan yang sangat besar. Pengorbanan dengan keragaman bentuknya, seperti; pengorbanan pikiran, tenaga, waktu, harta, bahkan jiwa. Ketika Rasulullah hendak berangkat hijrah beliau berbicara kepada kota Mekah, sebagaimana dituliskan dalam Sunan Imam Tirmidzi dan Musnad Imam Ahmad yang berbunyi:

عن أبي هريرة قال وقف النبي صلى الله عليه وسلم على الحزورةفقال علمت أنك خير أرض الله وأحب الأرض إلى الله ولولا أن أهلك أخرجوني منك ما خرجت

“Wahai kota Mekkah, Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah sebaik2 bumi Allah, engkau adalah bumi yang paling dicintai Allah. Kalau bukan Pendudukmu

yang mengusirku darimu, maka aku tidak akan meninggalkanmu”.

Meninggalkan kampung halaman bukan hal sederhana. Banyak orang tua yang sudah sepuh memilih tetap tinggal di rumahnya sendiri di kampung halamannya, walaupun sang anak menawarkan rumah yang lebih besar, lebih lengkap fasilitasnya, dan lebih nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Orang tua tetap lebih memilih tinggal di rumahnya sendiri yang lebih sederhana, mungkin masih berdinding bilik dan berlantai tanah.

Mekkah yang ditinggalkan Rasulullah saat melaksanakan perintah hijrah, bukan hanya kampung halaman Rasul saja. Mekkah adalah kampung halaman yang sangat beliau cintai, bahkan bumi yang paling dicintai Allah. Mekkah sangat dekat di hati Rasul dan mulia di sisi Allah. Di antara pengorbanan Rasulullah saat hijrah adalah meninggalkan kampung halaman yang sangat ia cintai dan dicintai Allah.

Berbeda dengan pengorbanan Sahabat Suhaib ar-Rumi yang ikut hijrah bersama Rasulullah. Ketika Suhaib akan berangkat hijrah, ia dihadang oleh sekelompok Kafir Quraisy. Mereka berkata, “Wahai Suhaib, engkau datang ke kota Mekkah dalam keadaan miskin dan tak punya apa-apa. Saat ini kau sudah hidup kaya raya. Apakah setelah engkau memiliki banyak harta di kota Mekkah ini kemudian kau akan pergi begitu saja? Tidak bisa begitu wahai Suhaib!” Lalu Suhaib bertanya kepada mereka, “apakah jika aku meninggalkan seluruh hartaku di sini, kalian akan mengizinkanku untuk hijrah?” Kafir Quraisy menjawab, “tentu saja kau boleh ikut hijrah, jika kau tinggalkan hartamu di sini”. Kemudian dengan tegasnya Suhaib merespons jawaban mereka, “Kalau begitu, aku akan menyerahkan seluruh hartaku kepada kalian semua”. Suhaib pun berangkat hijrah bersama Rasulullah dengan mengorbankan seluruh hartanya. Berita tentang Suhaib ini kemudian sampai kepada Rasul, dan Rasul berkata; “Telah beruntung Suhaib. Suhaib mendapat keuntungan yang sangat besar (dengan memilih hijrah dan meninggalkan hartanya)”.

Demikianlah wahai saudaraku, terkadang iman menuntut kita mengorbankan waktu bersama keluarga. Iman mengurangi waktu istirahat malam kita dan mengurangi biaya belanja keluarga kita. Iman menguras pikiran kita untuk menghadang hujatan orang-orang yang membencinya. Iman kadang membuat kita tidak hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga, tetapi menuntut kita memikirkan tetangga kita, lingkungan kompleks perumahan kita, rekan-rekan kerja di kantor kita, bahkan mungkir memikirkan orang-orang yang tidak memikirkan kita. Tidak usah gusar dan khawatir, semua pengorbanan itu tidak seujung kuku pengorbanan Rasul dan para sahabat, saat mempertahankan iman dalam dada mereka. Pengorbanan kita sama sekali tak sebanding dengan yang sudah mereka korbankan untuk nikmat iman yang akhirnya tumbuh dalam jiwa kita sekarang. Tak perlu khawatir semua ini akan kita dapatkan hasil panennya di sisi Allah, bahkan ganjaran yang telah disiapkan jauh lebih besar dari yang kita kerjakan, lebih besar dari yang kita duga. Dengan demikian bersyukurlah atas nikmat kesempatan dengan janji yang Allah akan penuhi untuk kita, sebagaimana dijelaskan di akhir surat Al Muzzammil ayat ke-20.

وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ

إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Semoga di tahun 1438 H ini Allah anugerahkan kita hidup yang lebih berkah, lebih produktif dalam dakwah, lebih banyak ketaatan kepada Allah, lebih ikhlas dalam berjuang, dan lebih banyak manfaat untuk orang-orang di sekitar kita, serta lebih dekat lagi kepada Allah. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dosen STIU Al-Hikmah

Lihat Juga

Keimanan Adalah Keberpihakan

Figure
Organization