Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kriteria Manusia Beruntung Menurut Al-Quran

Kriteria Manusia Beruntung Menurut Al-Quran

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
llustrasi. (bestonlinequranlearning.com)
llustrasi. (bestonlinequranlearning.com)

dakwatuna.com – “Sesungguhnya keberuntungan itu tidak diukur dari apa yang kita dapatkan, melainkan dari nilai manfaat yang ada pada diri kita. Sehingga dapat berguna bagi orang banyak.”

Beruntung lah mereka. Itulah selintas pikiran saya ketika melihat orang yang keluar dari rumah megah bertingkat, berpakaian rapih wah dan masuk mobil mewah. Hidup mereka serba cukup, semua keinginannya terpenuhi, anak-anaknya sekolah di luar negeri, setiap liburannya jalan-jalan jauh dari tempat domisilinya. Namun benarkah orang beruntung golongan mereka?

Bisa jadi iya, kalau orangnya sholeh beriman dan bertaqwa. Namun bagi mereka yang saat ini dalam kekurangan dalam materi belum tentu dikatakan tidak beruntung. Untung dan belum beruntung merupakan dua sisi yang berlawanan. Satu sisi merupakan harapan dan sisi lain merupakan ancaman. Wajar jika ketidakberuntungan membuat kegelisahan banyak orang. Bagi seorang Muslim ketidakberuntungan tersebut merupakan ujian kehidupan. Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya  akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan  buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’un”. (Al-Baqaroh: 155-156).

Pandangan Al-Quran:

Naluriah memang, jika kita mengakui kelebihan mereka merupakan keberuntungan. Sebagai umat Islam yang menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup perlu mengkaji secara mendalam ungkapan di atas. Kebenaran akan keberuntungan dan keburukan di atas perlu kita kaji kembali.

Al-Quran yang bersifat universal dan menyeluruh tidak melewatkan bahasan tersebut. Sebelas ayat pertama dalam Surat Al-Mu’minun menyatakan, ada enam orang yang bisa dinyatakan sebagai orang beruntung.

Orang beruntung menurut ayat tersebut;

Pertama: orang yang khusyu’ dalam sholatnya. Orang yang khusyu’ dapat menggugurkan dosa serta mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Namun bukanlah hal mudah untuk mendapatkan kekhusyu’an dalam sholat. Arti khusyu’ secara umum adalah memahami makna setiap lantunan doa dalam sholat, menghilangkan berbagai urusan dunia dan menghadirkan jiwa seolah-olah sedang berkomunikasi dengan Allah SWT.  Namun saya memahami khusyu’ itu bukan hanya dari takbir hingga salam, tapi dari salam hingga takbir, di balik. Artinya kalau sholat dapat mencegah perbuatan jahat keji dan munkar, maka bukti dari khusyu’ itu adalah orang itu terjaga dari perbuatan keji dan munkar mulai selesai dari salam sampai takbir ke waktu sholat berikutnya. Semoga bisa dipahami.

Kedua: menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Diam itu emas. Namun diam disini adalah diam dari hal-hal yang tidak berguna, termasuk berbicara. Tetapi bila diam dari perbuatan dan perkataan yang baik merupakan kematian bagi seseorang.  Jadi orang beruntung itu adalah orang yang senantiasa menjaga lisan dan anggota tubuhnya dari kejahatan dan kemungkaran.

Ketiga: Menunaikan Zakat. Zakat adalah kewajiban bagi seorang muslim yang bernyawa. Ada zakat fitrah dan maal (harta). Adanya kesadaran dan kemampuan dalam mengeluarkan zakat memberi nilai manfaat yang sangat banyak. Selain membersihkan diri dan harta juga dapat membantu mereka yang kekurangan.

Keempat: menjaga kemaluan. Menjaga kemaluan adalah menjaga diri. Orang yang dapat menjaga kemaluannya dari kemaksiatan adalah orang yang beruntung menurut Al-Quran. Maka sangat dianjurkan untuk senantiasa menjaga diri dari dosa yang ditimbulkan dari kemaluan.

Kelima: Menjaga amanah dan janji. Mendapatkan kepercayaan dari orang itu sulit, namun menjaga amanah dan kepercayaan itu jauh lebih sulit. Menyia-nyiakan amanah adalah khianat, dan khianat adalah perbuatan dosa. Begitu juga janji, janji adalah hutang. Kalau memberikan janji kepada seseorang, ya harus di tunaikan sampai kapanpun.

Keenam: menjaga sholat. Sholat adalah kunci amal ibadah. Jika sholatnya baik maka baik pula segala amal ibadahnya, dan jika sholatnya rusak maka rusak pulalah semua amalnya. Selain itu nabi Muhammad mengatakan bahwa, sholat adalah tiang agama, bagi siapa yang meninggalkan sholat berarti sengaja merubuhkan agama dalam dirinya.

Demikianlah kriteria manusia beruntung dalam pandangan Al-Quran. Keberuntungan yang sesungguhnya. Jika kita masuk kedalam kriteria di atas maka masuklah kita sebagai orang yang beruntung, yang balasannya Allah janjikan syurga Firdaus. Dan kalau belum maka mari kita berusaha untuk masuk kedalam kategori tersebut. Wallahu’alam. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Lahir di Pasaman bulan November 1984. Pendidikan terakhir UIN Bandung. Sekarang mengajar di SMP IT Darul hikmah Pasaman Barat Simatera Barat. Punya hobi menulis, membaca, traveling.

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization