Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pak Maksum, “Tulang Belulang” yang Keliling Dunia Demi Melihat Putranya Mondok

Pak Maksum, “Tulang Belulang” yang Keliling Dunia Demi Melihat Putranya Mondok

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Muhammad Maksum dan motornya. (Rahmatullah Andre)
Muhammad Maksum dan motornya. (Rahmatullah Andre)

dakwatuna.com – Melihat seorang anak menjadi penghafal  Al-Qur’an adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang orang tua, khususnya seperti yang dirasakan Bapak Muhammad Maksum. Pak Maksum, sapaan akrabnya belum lama ini mendapatkan kabar dari pengasuh Pusat Pendidikan Anak Sholeh (PPAS) Hidayatullah Blitar, Jawa Timur, bahwasannya putranya yang bernama Rohmatullah mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan belajar di Ma’had Tahfizdul Qur’an Darul Hijrah, Surabaya. Sekolah tingkat Menengah Pertama (SMP) ini merupakan sekolah yang tidak sekedar menerima siswa baru, melainkan berbagai seleksi akan ditempuh oleh siswa baru dan harus memiliki hafalan Al-Qur’an terlebih dahulu. Kabar gembira ini langsung dirasakan oleh Pak Maksum, karena anaknya Rohmatullah yang semenjak duduk di Sekolah Dasar Integral Yaa Bunayya, Blitar sudah belajar dan menerima hafalan  Al-Qur’an sebelumnya yang akhirnya mudah diterima di Ma’had Darul Hijrah.

Ketinggalan Kereta

Pagi harinnya Rohmatullah harus segera berangkat di Surabaya. Tiba di pagi hari, Rohmatullah yang sudah didampingi oleh pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah Blitar, Khairul Umam menanti kehadiran Pak Maksum di Stasiun Kota Blitar. Tepat pukul 07.00 WIB Kereta Api Penataran Jurusan Surabaya tiba, hanya berkisar 5 menit Kereta Api berhenti dan harus berangkat, tapi Pak Maksum belum terlihat di area Stasiun, akhirnya Khairul umam bergegas dengan Rohmatullah untuk menaiki Kereta Api. Tak lama kemudian Pak Maksum tiba, setiba di Stasiun dia mondar-mandir mencari anaknya, di setiap penjuru stasiun dia cari, akhirnya dia bertanya kepada salah satu petugas stasiun.

“Permisi Pak, Kereta Api jurusan Surabaya apakah sudah berangkat?” tanya Orang Tua Rohmatullah tersebut.

“Sudah pak, barusan” jawab salah petugas keamanan Stasiun Blitar.

Dia melihat jam yang ternyata sudah melewati batas pemberangkatan, tak pikir panjang pak Maksum memberanikan diri berangkat dari Blitar ke Surabaya dengan sepeda bututnya yang tidak ada lampu depan, ritingnya putus, roda duannya sudah tak layak pakai, tidak ada plat nomor, kedua remnya tidak berfungsi, helm tidak ada dan joknya berupa tumpukan karpet bekas yang diikat karet ban.

“Saya merasa ini adalah sebuah keharusan untuk mensupport anak saya, ini adalah rasa syukur saya, tetapi dengan kemampuan apa harus ke sana, fisik saya sudah tidak mengikuti, kendaraan saya seperti ini, belum tau jalan, tapi saya serahkan semua kepada  Allah, pasti saya akan diberi kemudahan sampai di sana” kata lelaki kelahiran Blitar 1963 ini.

Mulailah pak Maksum berangkat dari Blitar menuju Surabaya, berbagai hambatan dan kesulitan dia rasakan, mulai macetnya lalu lintas, tenggak tenggok meliyat arah, tanya kemana-kemari dia lakoni demi putrannya yang berhasil melanjutkan sekolah di Ma’had Tahfizdul Qur’an Darul Hijrah, Surabaya. Dalam perjalanannya tiba-tiba sepeda motornya mogok tengah jalan, daya baterai HP-nya pula habis, tapi semua itu dia nikmatin dengan hati gembira.

Tulang Keliling Dunia Dibuntutin Polisi

Sesampai di Kota Sidoarjo, Pak Maksum diperhatikan sebagian polisi, karena melihat kendaraan yang tak layak dipakai itu, beberapa polisi mengikutinnya.

Kelelahan dalam perjalanan menuju Surabaya dia lalui dari Blitar, Malang, Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya yang yang menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh jam, sesampai di Surabaya Gubeng dia merasakan kebingunan kemana dia harus mencari lagi dan dia juga lupa nama lengkap Ma’had Tahfizdul Qur’an Darul Hijrah, akhirnya dia mulai kelelahan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tentunnya tidak akan diam melihat hambahnya berusaha dalam menuju kebaikan, akhirnya bertemulah Pak Maksum dengan orangtua dan beberapa pemuda baik. Mereka langsung berusaha membantu Pak Maksum. Ada yang memperbaiki motornya, men-charge HP-nya, mencarikan makan-minum, membuka internet untuk mencari tujuannya, memberikan uang, dan mengantarnya ke Darul Hijrah.

Akhirnya sesampai di tempat tujuan, bapak tua berbaju taqwa, bersongkok putih, dan bersandal jepit ini merasakan kelelahan, makhlum Pak Maksum sudah menginjak usia 52 tahun, tapi tekad dan mujahadah ini dia lakukan untuk memastikan putranya berangkat sampai tujuan dengan keadaan selamat dalam belajar menghafal Al-Qur’an di Surabaya. Sebelum dia menginjakkan kaki di kampus Darul Hijrah, beberapa orang berpakaian polisi menghampirinnya.

“Pak, Ngapain bapak disini ?” tanya salah satu dari polisi tersebut.

“Menenggok anak saya yang masuk di sekolah barunnya.” jawab ayah dari 5 anak ini.

“Kalau bapak berkendara tolong dijaga peraturannya, jangan asal ngegas saja, jangan diulang lagi ya” tanya kembali polisi yang mengikutinya saat berada di wilayah Sidoarjo.

Dia menjelaskan bahwasanya sepeda motor yang dia miliki memang kendaran yang harus saya beli untuk kebutuhan yang sebelumnya hanya memiliki sepeda buntut tua, sepeda motor ini dibeli dengan harga 800 ribu. Tapi anehnya, motor yang sebelumnya masih ada riting menyala, tiba-tiba konslet, lampu putus, dan akhirnya dia servis berulang-ulang kali, apa adannya namanya juga sepeda lama akan cepat terasa hasilnya, salah satunya mudah rewel.

“Berkali-kali saya service motornya, sampai ganti lampu baru, tapi kok setelah diservice malah tambah rusak, akhirnya saya putus semua kabel dan lampunya sampai terlihat tulang belulangnya,” ujar lelaki yang tinggal di Desa Kuningan, Kec. Kanigoro, Kab. Blitar.

“Tulang keliling dunia, motor jelek luar biasa, apalagi memakai motor sehat sangat luar biasannya,” imbuhnya.

Hidup Sederhana

Hidup sebagai manusia tidak mampu dalam segi financial tidak membuat Pak Maksum putus asa dalam menghantarkan putranya kejenjang pendidkan yang baik dalam menuntut ilmu, meskipun pekerjaanya hanya seorang pencari barang bekas (Pemulung) dia bertekad bahwasannya anak-anaknya harus bisa mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.

Serupa dengan putranya, Rohmatullah pantang menyerah, semangat mencari ilmu terlihat dari cara hidupnya semenjak bersekolah di SD Integral Yaa Bunayya, Blitar. Khairul umam.S.Pd.I., M.Pd.I selaku Kepala Sekolah nya menggambarkan bahwasannya Rohmatullah anaknya tidak pernah gengsi dengan teman-temannya yang rata-rata kehidupannya lebih baik dari secara finansial. Sehariannya Rohmatullah tinggal di Pusat Pendidikan Anak Sholeh (PPAS) Hidayatullah Blitar, Khairul Umam mengatakan anaknya sangat aktif mengikuti kegiatan, tiap pagi bersih-bersih kampus, sekolah, mengaji dan menghafal Al-Qur’an.

“Orangnya jujur, prestasi akademiknya bagus, hafalannya juga lancar, bapak ibunya seorang pemulung tapi semangat belajar diacungi jempol,” ujar lelaki asal Sumenep, Madura ini.

Pesantren Tahfizdul Qur’an Darul Hijrah, Surabaya ini didirikan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jawa Timur yang sudah dikenal banyak masyarakat dari penjuru Nusantara dalam mencetak kader penghafal Al-Qur’an. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lihat Juga

Meneguhkan Pesantren Tanpa Rokok

Figure
Organization