Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Revitalisasi Peradaban Masjid

Revitalisasi Peradaban Masjid

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Masjidil Haram di malam hari (assunnahfm.com)
Masjidil Haram di malam hari (assunnahfm.com)

dakwatuna.com – Peradaban madani merupakan capaian tertinggi struktur sosial dalam masyarakat. Wujud dari peradaban diindikasikan dengan adanya komponen aksiologis, ideologis, sosiologis, dan ekoteknologis. Peradaban madani dapat terbentuk ketika keempat komponen tersebut ada dan saling menyokong satu sama lainnya untuk mencapai struktur sosial yang koheren. Contoh nyata peradaban madani yang pernah muncul di permukaan bumi ini adalah peradaban masyarakat Madinah ketika zaman Rasulullah SAW.

Sudah banyak kisah tentang Madinah beserta para penduduknya yang diceritakan dalam buku-buku Sirah oleh para ulama. Kisah-kisah yang jamak diketahui bahwa Madinah merupakan kota berperadaban madani dengan Masjid Nabawi sebagai pusat dari segala aktivitas kemasyarakatan nya. Konstitusi hukum pertama yang terlahir di dunia, Piagam Madinah, juga diawali dari Masjid Nabawi. Masjid Nabawi saat itu merupakan pusat peradaban kota Madinah. Karena keberadaannya menjadi objek khusus di setiap episentrum hati masyarakat Madinah, khususnya umat Islam. Bahkan instruksi Nabi Muhammad SAW untuk merobohkan Masjid Dhirar yang didirikan orang-orang munafik dilaksanakan dengan baik oleh para sahabat saat itu. Ini menjadi bukti tegas bahwa Masjid Nabawi saat itu tidak tergantikan karena memiliki keistimewaan tersendiri bagi para sahabat dan masyarakat Madinah pada umumnya.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah masjid-masjid saat ini di Indonesia memiliki posisi dan peran besar seperti halnya Masjid Nabawi di zaman Rasulullah SAW? Apakah potensi besar yang dimiliki masjid dapat dibuktikan kembali seperti halnya Masjid Nabawi di Madinah 14 abad silam? Bagaimana memanfaatkan secara optimal potensi besar yang dimiliki oleh sebuah institusi bernama masjid sehingga dapat memiliki posisi khusus di hati masyarakat dan berperan besar dalam upaya memecahkan segala permasalahan di sekitarnya? Tiga pertanyaan besar ini adalah sebuah refleksi atas keresahan yang dirasakan pada zaman ini bahwa mayoritas keberadaan masjid saat ini sama sekali berbeda dengan Masjid Nabawi di zaman Rasulullah SAW.

Para Wali Sanga dalam sejarah Indonesia memiliki peran besar dalam masyarakat, baik perlawanan terhadap penjajahan dan pengaruh dalam struktur sosial politik kemasyarakatan. Salah satu hasil dakwah Wali Sanga di Indonesia adalah pembangunan masjid raya di setiap pusat pemerintahan daerah. Bahkan tidak sedikit pembangunan masjid raya disiasati agar dekat dengan alun-alun kota sehingga menjadikan masjid raya sebagai ruang publik yang terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat. Cara ini cukup efektif untuk menghimpun seluruh lapisan masyarakat untuk diberdayakan secara penuh dan menyeluruh. Dampak yang dihasilkan pada akhirnya menjadikan masjid raya sebagai pusat kegiatan dakwah Islam dan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid. Sampai saat ini pun dapat ditemukan dengan mudah di setiap daerah keberadaan masjid raya menjadi ikon tersendiri bagi masyarakat sebagai pusat kegiatan dakwah Islam dan pemberdayaan masyarakat.

Lalu, bagaimana posisi dan peran masjid-masjid lain yang notabene tidak menjadi ikon di hati masyarakat? Dalam hal ini masjid-masjid dengan ukuran bangunan yang tidak sebesar masjid raya. Becermin kepada realita sejarah perjuangan Wali Sanga di masa lalu, seyogianya para stakeholder masjid dapat meneladani perjuangan mereka dalam upaya memakmurkan masjid. Setidaknya ada beberapa hal yang seharusnya menjadi perhatian para stakeholder untuk menjadikan masjid yang menjadi tanggungjawab mereka sebagai episentrum di hati masyarakat.

Pertama, melakukan survei dan analisis kondisi masyarakat sekitar masjid. Survei dan analisis ini dilakukan agar dapat ter petakan dengan jelas permasalahan yang dialami oleh masyarakat sekitar. Akan lebih baik jika dalam setiap pembangunan masjid dilakukan dahulu survei dan analisis ini sebelum dilakukan pembangunan. Diharapkan ketika pembangunan masjid dilakukan masyarakat menyambutnya dengan sukacita dan ikut serta dalam pembangunan. Hal ini dikarenakan tidak hanya bangunan utama masjid saja yang didirikan, tetapi juga infrastruktur lain yang dapat membantu permasalahan masyarakat. Pada intinya survei dan analisis ini dilakukan agar dapat ditindaklanjuti untuk mengoptimalkan peran masjid dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Survei dan analisis ini telah dilakukan sebelum pembangunan Masjid Jogokariyan sehingga menjadikannya episentrum di hati masyarakat Yogyakarta.

Kedua, inovasi program syiar dan pelayanan ke umatan dengan memberdayakan masyarakat sekitar sebagai penggeraknya. Hal ini telah dilakukan oleh Masjid Salman ITB dengan unit-unit nya yang terintegrasi di bawah naungan YPM Salman ITB. Posisi Masjid Salman ITB sebagai masjid kampus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pengurus YPM Salman ITB untuk menggerakkan unit-unit nya dengan memberdayakan para mahasiswa. Unit-unit tersebut menyokong program syiar dan pelayanan ke umatan Masjid Salman ITB dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Alhasil, Masjid Salman ITB menjadi satu-satunya masjid kampus di wilayah Bandung Raya yang terkenal di kalangan masyarakat. Tidak seperti masjid-masjid kampus lainnya di wilayah Bandung Raya.

Ketiga, optimalisasi pemanfaatan ruang publik di dalam atau sekitar lahan masjid agar masyarakat tertarik untuk berkegiatan di sekitar masjid. Semisal membangun sarana olahraga atau Taman keluarga yang diperuntukkan untuk pemanfaatan publik. Bisa juga dibangun gedung-gedung serbaguna tambahan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Pemanfaatan ruang-ruang publik tersebut dapat juga dijadikan sebagai pemasukan anggaran masjid. Disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Selain itu lapangan pekerjaan menjadi bertambah. Masjid pada akhirnya menjadi salah satu objek kunjungan masyarakat. Dampaknya masjid akan semakin ramai ketika waktu sholat tiba. Strategi ini telah dilakukan oleh Walikota Bandung, Ridwan Kamil, dalam merenovasi alun-alun Bandung yang lokasinya bersebelahan dengan Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat. Beliau pernah mengatakan bahwa untuk meramaikan masjid diperlukan strategi pemanfaatan ruang publik sehingga pemberdayaan masyarakat dapat berjalan dengan baik yang dilaksanakan oleh pengurus masjid.

Ketiga hal diatas merupakan strategi untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki institusi bernama masjid. Harapan besarnya adalah fungsi dan peran masjid dapat dikembalikan seperti sedia kala, yaitu sebagai pusat kegiatan masyarakat. Impian untuk menjadikan masjid-masjid di Indonesia seperti Masjid Nabawi pada zaman Rasulullah SAW pun dapat terealisasikan. Bukan hanya sekadar utopia belaka. Revitalisasi peradaban masjid harus ditingkatkan secara sistematis untuk mewujudkan peradaban madani di tanah Nusantara. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Lahir di Medan, 8 Maret 1996. Saat ini tinggal di Kota Bandung. Pernah menempuh pendidikan di Yayasan Ummul Quro Bogor, Ma'had Husnul Khotimah Kuningan dan Insan Cendekia Serpong. Memiliki minat dalam sains dan energi serta selalu berusaha mengungkapkan kebenaran ilmiah dengan cahaya ilmu yang berada di Al-Qur'an. Berbagai perlombaan dan prestasi telah diraih olehnya dan Insha Allah dapat menorehkan prestasi yang lebih membanggakan. Dalam hidup berusaha untuk dapat menjadi yang terbaik dintara yang lain dalam ketaqwaan kepada Allah. Semoga Allah memudahkan sekaligus meridhoi apa-apa yang dilakukan olehnya dan ia pun ridho atas apa yang Allah SWT tentukan untuknya. Saat ini sedang berusaha menggeluti dunia tulis menulis dengan baik dan selalu menjadi mujahid yang haus akan ilmu dan hikmah. Penulis merupakan salah satu mahasiswa dan aktivis dakwah kampus di Institut Teknologi Bandung ??? ???? ?? ????? ??? ? ???? ??

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization