Topic
Home / Berita / Opini / Bumi Flat atau Bulat?

Bumi Flat atau Bulat?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com –  Lagi ramai soal bumi itu flat. Obrolan yang nampak sudah meningkat, minimal berganti genre dari genre poligami, anugerah yang tak berujung.

Sebelum Idul Fitri. Saya download semua video soal bantahan bumi itu bulat. Lumayan jadi hiburan buat anak-anak saat tragedi Brexit.

Tapi saya cukup tahu diri. Tidak bersilang soal bumi itu flat atau bulat. Jadikan pendapat yang baru sebagai khazanah, jika mampu mempertanggungjawabkannya. Toch yang namanya sains. Masih relatif dan terbuka untuk didiskusikan.

Saya cukup mengambil pendapat Syaikh Al-Qaradhawi. Saat beliau hadir menjadi tamu khusus di muktamar Upaya Penyatuan Taqwim Hijriah baru-baru ini di Istambul.

Beliau mengatakan,
يا بني الأمة مختلفة على كل شىء، فهل نترك كل هذا ونتفق على بدايات الشهور هذا عبث حينما نتنهي من كل مشكلاتنا سيكون لدينا من الوقت ما يكفي لمناقشة الامر وسيكون هذا أكثر عملية وأقرب إلى الحقيقة والتنفيذ العملي دون التورط في هذا «العبث»

“Wahai anakku. Umat Islam itu berselisih dalam segala hal. Apakah kita biarkan, umat dalam kondisi carut marut dan kita bisa bersepakat dalam masalah penentuan awal bulan Hijriah? Ini namanya main-main.”

“Nah. Ketika kita berhasil mengakhiri segala problematika umat, maka kita akan memiliki waktu yang cukup untuk mendiskusikan masalah penentuan awal bulan. Selain tentunya, akan lebih implementatif dan direalisasikan dalam kerja nyata, tanpa menghabiskan energi untuk hal main-main ini.”

Beliau mengulang-ulang kata “al-‘abats”. Jika melihat karya-karya beliau. Kita akan paham apa yang beliau maksud dengan kata “main-main.”

Yaitu adalah ketika umat menyerahkan diri dikangkangi rezim diktator, korup, bengis. Mecipta teror dan horor. Mengeksploitasi kekayaan umat untuk asing. Membunuhi rakyatnya. Menangkap. Membungkam demokratisasi.

Wajarkah umat yang berada di bawah penguasa zhalim seperti ini dan tak mampu menolak uang suap, bisa satu pendapat dalam penentuan tahun hijriyah?

Syaikh Al-Qaradhawi mengajak umat untuk lebih “ta’aqqul”, memprioritaskan nalar dan akal untuk hal-hal penting dan genting.

Yang genting saat ini masalah kepemimpinan di kalangan umat. Seperti dikatakan George Orwell, “Rakyat yang memilih manusia bejat, rusak, korup, rakus, pengkhianat. Mereka tidak masuk kategori korban. Tapi bagian dari tim kejahatan.”

Orang Barat sudah mencapai bulan. Sedangkan kita masih berselisih soal muncul dan terbenamnya. Lalu sekarang akan membahas bumi datar dan bukat. Di tengah kondisi umat, yang tak bisa menyelesaikan tragedi macet dan masih buang sampah sembarangan.

Sikap saya. Tidak akan menolak 100%. Tidak akan membenarkan 100%. (nandang/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization