Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mencontoh Nabi dalam Berpolitik

Mencontoh Nabi dalam Berpolitik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (dakwatuna.com / hdn)
Ilustrasi. (dakwatuna.com / hdn)

dakwatuna.com –  Saya tercengang. Jika benar di Kota Bekasi akan dibangun gereja terbesar di Asia. Apa pertanggungan jawab para pejabat Muslim dan para ulama setempat? 

Apa respon generasi umat masa depan, jika kita tak berbuat nyata untuk sekadar mencegahnya? Di mana dakwah amar makruf nahyi munkar berada dalam percaturan politik?

Politik adalah siasat. Tidak ada kasih sayang dalam dunia politik. Jika anda salah atau terpeleset. Bersiaplah dirontokkan. Bersiaplah kita dibusukkan.

Ijtihad Politik tidak boleh melanggar hal-hal yang sudah tsawabit dalam agama. Strategi asal menang, lalu mengabaikan fiqh prediksi dan fiqh kalkulasi. Cermin politik minus siasat.

Hal ini dipahami Baginda Rasul. Menolak tawaran apapun, jika sudah menyangkut akidah. Tak ada tawar menawar dalam masalah prinsip.

Sejak di awal munculnya, dakwah Islam on target dihancurkan. Dulu oleh musyrik Quraisy. Kini koalisi musyrik, salibis, zionis, aliran sesat seakan bersepakat.

Segala cara ditempuh. Mulai dari rayuan diplomasi. Berganti intimidasi. Lanjut dengan isolasi. Hingga berujung pada tawaran asimilasi. Yaitu tawaran damai dalam beribadah.

Mereka bersedia menyembah Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW selama satu tahun. Dengan syarat, tahun berikutnya beliau dan kaum Muslimin menyembah Tuhan yang mereka sembah.

Jawabannya langsung dibimbing wahyu. Allah menurunkan surat Al-Kafirun. Sebagai jawaban tegas, lugas, dan tuntas. Tak ada tawar menawar. Titik.

Lalu siasat Rasul selanjutnya adalah hijrah. Menghijrahkan diri. Menanggalkan jabatan politis, jika fungsi nahyi mungkar tidak lagi digubris.

Lalu Rasul melakukan proses kalkulasi mawaazin al-quwa (menimbang kekuatan). Membentuk koalisi strategis. Lalu memenej peperangan (idaarah al-ma’aarik).

Baru setelah itu, menentukan stop and go (attawaqquf wattaqaddum). Hasilnya? Hanya perlu 2 tahun, kaum Quraisy merasakan lecutan siasat Rasul di perang Badar.

Selanjutnya, mereka tunduk dan menyerah ke dalam zona dakwah. Bayangkan. Kurang dari 10 tahun sahaja! Sedangkan kita? Malah kita bingung, siapa yang mempengaruhi siapa. (nandang/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization