Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Al-Quran dan Ramadhan

Al-Quran dan Ramadhan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi-Alquran (inet)
Ilustrasi-Alquran (inet)

alquran

dakwatuna.com – “Dan seandainya pepohonan di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta, lalu ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi setelah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Luqman: 27)

Al-Quranul Karim adalah Kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai mukjizat terbesar. Ia merupakan Kalamullah atau Firman Allah. Kitab Mulia yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya ilmu. Ia adalah petunjuk, rahmat, syifa serta penyejuk jiwa. Setiap huruf-hurufnya mendatangkan pahala dan orang yang belajar dan mengajarkannya dianggap sebagai sebaik-baik manusia. Dan kelak atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi para pembacanya, Subhanallah.

Al-Quran dan Ramadhan jelas memiliki keterkaitan yang sangat erat karena permulaan Al-Quran diturunkan di dalamnya, yaitu di malam lailatul qadr. Karena itulah Ramadhan disebut juga sebagai Syahrul Quran atau bulannya Al-Quran. Begitu istimewanya bulan yang penuh barakah ini hingga malaikat Jibril Alaihissalam mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di setiap malam bulan Ramadhan untuk mengajarinya Al-Quran. Begitu pula dengan para sahabat, tabi’in dan orang-orang shalih terdahulu yang mengkhususkan membaca, mempelajari dan mentadaburi Al-Quran di bulan mulia ini. Mereka meninggalkan mengajar dan belajar yang lain dan hanya berkonsentrasi penuh pada Al-Quran.

Lalu bagaimana keadaan kaum muslimin yang berada di bulan Ramadhan saat ini? Alhamdulillah kita melihat semangat luar biasa di kalangan umat yang semakin akrab dengan Al-Quran. Intensitas membaca Al-Quran semakin meningkat dan interaksi dengan Al-Quran juga semakin kuat. Bahkan di kota Gurindam hal ini sudah terasakan sebelumnya. Yaitu sejak digelarnya MTQ tingkat provinsi Kepri yang dihelat di ibukota Tanjung Pinang beberapa saat sebelum Ramadhan menjelang. Antusiasme masyarakat yang begitu besar saat itu semoga mengindikasikan kepedulian sekaligus kecintaan pada Al-Quran. Begitu pula setiap event yang berkaitan dengan Al-Quran, maka akan menjadi magnet tersendiri. Seperti acara hafizh cilik di salah satu stasiun televisi nasional, program tebar Al-Quran , kegiatan khataman nasional oleh Gerakan Nusantara Mengaji serta program lain yang semisal.

Sementara itu setiap individu muslim juga biasanya memiliki target untuk mengkhatamkan Al-Quran di bulan suci ini. Oleh karena itu tak heran bila di rumah-rumah, mesjid, surau bahkan di ruang perkantoran terdengar bacaan Quran dilantunkan. Namun sayangnya demi mengejar target beberapa kali khatam atau minimal satu kali khatam, ada di antara kita yang tergesa-gesa membacanya sehingga tidak memperhatikan hukum tajwid dan kaidah-kaidah yang harus diikuti.

Padahal Allah memerintahkan agar membacanya dengan tartil sebagaimana firmannya “…dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan” (Al Muzzamil ; 4). Ayat tersebut dan beberapa ayat lainnya menjadi dalil yang menunjukkan adanya tata cara atau sifat tertentu dalam membaca Al-Quran yang tentu saja berbeda jika kita membaca puisi, prosa atau koran berbahasa Arab sekalipun. Akan tetapi ia dibaca sesuai yang diajarkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang kemudian dirangkum oleh para ulama dan diistilahkan sebagai ilmu tajwid. Dengan mengikuti tata cara membaca tersebut diharapkan kita akan terhindar dari kesalahan ketika membaca lafazh- lafazh Al-Quran dan berhati-hati terhadap kesalahan yang dapat mengubah makna ayat.

Namun demikian bagi mereka yang sudah mahir tentu tidak masalah jika memiliki target khatam berkali-kali. Karena mereka dapat membaca cepat dengan tetap menjaga dan memperhatikan kaidah-kaidah tajwid. Tetapi yang ideal adalah bacaan yang sedang, artinya tidak terlalu cepat atau lambat yang menurut para ulama ahli Quran masih dikategorikan sebagai bacaan yang tartil. Sedangkan yang masih terbata-bata atau yang sudah lancar namun belum benar makhrajnya atau masih belum sempurna pengucapan huruf hijaiyahnya sebaiknya membaca dengan lambat dan tidak perlu memaksakan segera khatam. Tetap harus semangat membaca, tetapi iringi dengan belajar memperbaiki bacaan di bawah bimbingan seorang guru. Idealnya memang hal ini sudah kita lakukan jauh sebelum Ramadhan tiba.

Belajar memperbaiki bacaan Al-Quran atau tahsin tilawah Quran di era digital saat ini sepertinya mudah. Kita tinggal membuka laman Youtube dan dapat belajar secara online. Tetapi cara ini hendaknya hanya sebagai penunjang. Mengapa demikian? Ya , karena kita membutuhkan guru untuk memperbaiki kesalahan kita. Alhamdulillah di kota Gurindam tempat saya tinggal sudah ada beberapa tempat untuk belajar tahsin ini khusus untuk wanita dewasa, baik formal maupun informal. Yang formal biasanya diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan Quran dan yang informal dilakukan di rumah, surau atau masjid. Saya pribadi saat ini memilih mengikuti kelas tahsin yang informal.

Ternyata peminatnya cukup banyak dan insya Allah istiqamah hadir sesuai jadwal yang telah disepakati. Mereka terdiri dari mahasiswi, ibu-ibu muda dan yang sudah berumur seperti saya. Yang membanggakan, semangat mereka luar biasa. Begitu pula dengan guru pembimbingnya yang sabar tetapi tegas.

Materi utama belajar tahsin ini adalah mempelajari makhrajul huruf dan sifat-sifatnya. Hal ini dikarenakan banyak di antara kita yang sudah lancar membaca Quran tetapi belum memiliki ilmu tajwid. Yaitu mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluar yang sebenarnya (makhraj) dan memberi hak dan mustahak pada sifat yang melekat pada setiap hurufnya Akibatnya tanpa disadari dan disengaja kita bisa saja telah melakukan banyak kesalahan. Baik kesalahan ringan maupun yang fatal yaitu bila sampai mengubah makna ayat.

Dengan demikian tujuan belajar tahsin adalah agar terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Kemudian setelah dapat membaca sesuai ilmu tajwid, barulah tingkatkan dengan mulai menghafal surat-surat pendek yang ada dalam Al-Quran. Jangan pernah merasa sudah tak kuat menghafal karena usia kalau belum mencoba. Karena kita tak pernah tahu seberapa besar potensi kita sebelum mencobanya. Dan mohonlah kepada-Nya agar memberi kemudahan untuk mempelajari dan menghafal Al-Quran.

Sebagai penutup, keutamaan Al-Quran yang telah disebut di awal tulisan dan hadits dari ummul mukminin Aisyah Radhiallahu anha di bawah ini semoga menjadi motivasi bagi kita semua untuk mendekat dan terus berinteraksi dengan Al-Quran. Baik selama Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Karena semakin banyak kita membaca Quran akan semakin banyak pula berkah dan kebaikan yang didapat. Hal ini berlaku bagi yang sudah mahir maupun yang masih terbata-bata tetapi berusaha belajar atau memperbaiki bacaan seperti sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ” Orang yang mahir membaca Al-Quran maka dia bersama-sama malaikat yang mulia dan taat, sedangkan yang membacanya dengan terbata-bata dan merasakan kesulitan baginya dua pahala”

Demikianlah, semoga dengan niat tulus yang semata mengharap ridha-Nya, Al-Quran yang kita baca dengan benar sesuai ilmunya, dapat kita tadaburi dan menguatkan kita dalam mengamalkan kandungannya. Selamat berinteraksi dengan Al-Quran dan terus belajar agar kita senantiasa beriman dan beramal berdasarkan ilmu. Semangat menjadi pembelajar sepanjang hayat. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis. Saat ini tergabung dalam komunitas Gerakan Kepulauan Riau Gemar Menulis. Alhamdulillah beberapa artikel opini dimuat di harian lokal Haluan Kepri dan beberapa cerpen pernah dimuat di Tanjung Pinang Pos.

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization