Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Bila Esok Meninggal

Bila Esok Meninggal

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Meninggal (ilustrasi).  (aktualpost.com)
Meninggal (ilustrasi). (aktualpost.com)

dakwatuna.com – Bila tiba-tiba esok hari kita meninggal, sudahkah kita sudi menyambut kedatangan para utusan Allah itu untuk mencabut nyawa kita? Sudahkan kita siap merasakan dahsyat dan sakitnya sakaratul maut? Sudahkah kita siap menempati dunia baru? Bersama gelap, sunyi, sendiri, binatang tanah dan penantian tak pasti? Saudaraku bila esok hari kita meninggal sudah siapkah kita meninggalkan kesenangan dunia? Keluarga dan kerabat, anak-anak bahkan harta benda yang telah kita kumpulkan hari-hari untuk mengamini nafsu duniawi kita selama ini? Sudahkah kita siapkan sedikit bekal yang paling tidak, dapat menyelamatkan kita dari cambukan dan pukulan para malaikat di alam barzakh nanti?

Bila esok hari tiba-tiba meninggal, apa yang terjadi?

Demi memproyeksikan hakekat pertanyaan di atas, ada baiknya kita mulai khusyu’ mentafakurinya dari sekarang. Hutang, urusan muamalat atau pertikaian sesama yang belum di tuntaskan. Renungkan seolah-olah esok hari kita meninggal dan tak lagi ada kesempatan waktu untuk meminta maaf, memohon ampun, beribadah atau menyiapkan apa-apa lagi.

Tiap-tiap jiwa yang hidup hakikatnya akan mati karena jiwa-jiwa ini memiliki sang empunya dan bila tiba saatnya pasti akan kembali. Hal ini telah Allah dzikirkan sendiri dalam firman-firmanNya.

“Tidaklah suatu jiwa mati kecuali sudah ada kitab ajalnya.” (QS. Ali Imron : 145). Kalam ini telah menjelaskan betapa tiap manusia yang hidup telah ditentukan masa kematiannya oleh Allah dan apabila tiba saatnya maka tidak ada yang dapat berdalih sekalipun kita berlindung di balik benteng kokoh yang tak satupun makhluk dapat menembusnya. Namun ingatlah wejangan-wejangan yang haq itu bahwa di manapun dan kapanpun bila sudah ditetapkan masanya maka dengan mudahnya kematian itu dapat menyeret kita. “Di manapun kalian berada pasti kematian merenggut kalian walaupun dalam benteng yang kokoh.” (QS. An Nisa : 78).

Kematian tidak pernah memandang status sosial, tidak pernah memandang umur, tidak akan memandang ras atau apapun. Kematian hakikatnya dapat mengenai siapa saja yang telah Allah tetapkan, bagi yang kaya raya atau yang jelata, pengemis hingga orang-orang terhormat, laki-laki maupun perempuan semua jiwa pasti dekat dengan kematian. Allah telah memberi masing-masing dari kita jatah waktu untuk mengumpulkan perbekalan, sedangkan jatah umur itu tiap hari terus-menerus berkurang, lalu apa saja yang telah kita lakukan selama ini? Sudahkah kita lakukan sesuatu yang berguna, yang paling tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri?

Kematian itu misteri, kita bahkan tidak akan pernah tau bagaimana cara kita meninggal dan dalam keadaan bagaimanakah diri kita ketika meninggal, bahkan di saat sehat bugar sekalipun kematian itu masih saja dengan sekonyong-konyong dapat menjemput kita. Berkaca dari hal tersebut maka alangkah baiknya kita renungkan dalam-dalam sudah cukupkah perbekalan kita bilamana tiba-tiba kita meninggal? Sudah cukupkah amal ibadah kita sebagai teman satu-satunya nanti kala kita meninggal? Sudah pantaskah diri kita yang sekarang ini memperoleh nikmat kubur? atau bahkan dengan segala dosa yang kita perbuat selama ini kita malah memperoleh siksa kubur? Bila kita memperoleh siksa kubur kepada siapa kita akan memohon pertolongan? Adakah Allah memberikan kita kesempatan kedua untuk kembali ke dunia dan beramal sebanyak-banyaknya? Tidak. Bilamana ada itupun sangat sedikit dan hanya menimpa orang-orang beruntung yang Allah kehendaki saja. Atau bisa saja itu hanyalah cara Allah memberikan hidayah kepada hambaNya yang beruntung itu. Maka hendaknya kita mulai menyiapkan perbekalannya dari sekarang. Bila belum terbiasa paling tidak kita laksanakan kewajiban-kewajiban dahulu, tinggalkan segala hal yang mudharat dan membuang waktu. Memohon ampun pada sang empunya jiwa kita dan mintalah supaya kita meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Selesaikan segala pertikaian antar sesama, tuntaskan urusan muamalat karena sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa kecuali doa manusia terhadap sesamanya. Mari kita mulai untuk melawan permainan dunia ini, jangan mau diperbudak oleh keindahan-keindahan sesaat yang melenakan mata lagi. Raqib Atid tidak pernah tidur dan tak akan lengah mencatat amal perbuatan kita sehari-hari, sementara siksa neraka itu benar adanya telah Allah persiapkan untuk manusia yang ringan timbangan amal baiknya. Kematian datang secara tiba-tiba untuk mengantarkan kita pada pintu gerbang pembalasan sementara kita sendiri tidak tau di manakah kiranya nanti Allah tempatkan kita untuk menerima pembalasan itu? Surga atau neraka?

Sebagai penutup ada baiknya kita kenang lamat-lamat syahdu wejangannya berabad silam ini, “Umatku yang paling cerdas adalah umatku yang paling banyak ingat mati, lalu mempersiapkan dirinya hidup setelah mati.” (HR Ath Thabrani). (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pelajar SMAN 1 Bandar yang kini aktif menulis di sejumlah media masa dan situs web, beberapa karyanya termasuk artikel dan puisi pernah muncul di tabloid pendidikan. Siswi kelas tiga ini juga gemar menebar kebajikan melalui film pendek, menulis skenario dan terlibat dalam pembuatan perfilman di sekolahnya.

Lihat Juga

Gaza Eksekusi Mati 3 Orang Mata-Mata Israel

Figure
Organization