Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Apa Tema Ramadhan Kita?

Apa Tema Ramadhan Kita?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Selamat Menyambut Ramadhan (masedys.blog.uns.ac.id)
Ilustrasi (masedys.blog.uns.ac.id)

dakwatuna.com – Bulan mulia harus dipersiapkan dengan baik kedatangannya. Layaknya tamu agung yang datang setelah pergi sebelas bulan lamanya. Mari persiapkan dan sambut meriah kedatangannya. Marhaban ya Ramadhan.

Menarik ingin saya sampaikan salah satu persiapan menyambut tamu agung ini. Tema. Apa tema Ramadhan kita kali ini? Boleh jadi sama atau boleh jadi berbeda dengan Ramadhan tahun lalu, yang jelas kita harus pasang target Ramadhan kali ini lebih baik dari sebelumnya. Namun jangan puas dulu, tidakkah kita sedih dengan mereka yang tak merasakan kehadiran Ramadhan kecuali secara tiba-tiba? Lantas tema apa yang dia persiapkan? Bisa jadi Ramadhan baginya hanya bertema puasa, tidak makan dan tidak minum di siang hari.

Sungguh malang bukan? Padahal Ramadhan selalu datang dengan janji ketakwaan bagi siapa saja yang lulus darinya. Berlimpah-ruah keutamaan dan segala rahmat ampunan Allah di bulan ini. Lalu tidakkah kita haus untuk meneguk segala luapan nikmat itu? Atau boleh kita berkata, minimal satu dua teguk dari telaga keutamaan Ramadhan kita ambil. Jangan sampai sia-sia, tertinggal, dan tak dapat apa-apa kecuali seperti yang disabdakan Baginda Nabi saw: “Betapa banyak orang yang puasa tidak mendapatkan sedikitpun dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga”.

Olehnya, mari kita susun tema Ramadhan kita. Ukir dan pajang besar-besar di hadapan ruh dan pikiran kita setidaknya selama satu bulan Ramadhan. Semoga ia jadi motivasi dan pengingat kita agar tak tertinggal jatah keutamaan Ramadhan.

Seperti apa tema Ramadhan itu? Tak asing pastinya, kita sering mendengar Ramadhan tak disebut Ramadhan. Di antaranya Syahrus Shiyam (bulan puasa), Syahrul Quran (bulan Al-Quran), Syahrus Shobr (bulan kesabaran), Syahrul Maghfirah (bulan ampunan), Syahrul Qiyam (bulan qiyamullail/tahajjud), Syahrut Taubah (bulan taubat), Syahrus Shodaqah (bulan bersedekah), dan masih banyak lagi.

Ternyata Ramadhan sejatinya begitu penuh dengan ketaatan, begitu padat dengan ibadah. Maka cobalah untuk menjadikan salah satu di antaranya unggulan selama bulan Ramadhan. Contoh kita bisa jadikan taubat sebagai ibadah unggulan kita selama Ramadhan. Tiada hari tanpa istighfar, dalam sehari kita targetkan minimal seribu kali istighfar. Taubat kita lebih dahsyat dari hari-hari di luar Ramadhan, semakin hari semakin sering kita mengadu memelas ampunan kepada Allah. Hingga hari-hari Ramadhan kita penuh dengan kalimat istighfar dan taubat. Subhanallah, indah betul. Maka “Bulan Taubat dan Istighfar” adalah tema Ramadhan kita.

Atau Allah beri kita kelebihan harta. Targetkan tiada hari tanpa sedekah, nominalnya melebihi sedekah kita di hari-hari biasa. Semakin kita lalui hari di bulan Ramadhan, semakin asyik kita bersedekah. Maka “Bulan Bersedekah” adalah tema Ramadhan kita.

Tak boleh semalampun lewat tanpa shalat tahajjud minimal empat rakaat. Di sepuluh malam terakhir tak ada lagi waktu malam untuk tidur kecuali sedikit. Maka “Bulan Tahajjud” adalah tema Ramadhan kita.

Sungguh indah kita lalui hari-hari Ramadhan dengan tema Ramadhan. Jadikan ia amal unggulan kita di Ramadhan tahun ini, sesuai kapasitas dan kemampuan kita, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu..” (At-Taghabun: 16)

Tapi ingat, ada orang yang selepas Ramadhan, ia menjadi betul-betul kaya bergelimang pahala dan fadhilah. Siapa mereka? Orang-orang yang menjadikan segala jenis ibadah menjadi unggulannya di bulan Ramadhan. Allah swt ridha terhadap mereka dan tanpa ragu memberian gelar takwa sesuai janjiNya. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Mari tentukan tema Ramadhan kita dan raih gelar takwa insya Allah. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 4.00 out of 5)
Loading...
Mahasiswa LIPIA Jakarta. Lahir di Makassar tahun 1994, menyelesaikan pendidikan jenjang SMP dan SMA di Pesantren Terpadu Al-Kahfi Bogor. Anak ketiga dari empat bersaudara. Aktif di kegiatan dakwah kampus. Ketua Ikatan Silaturrahim Alumni Pesantren Terpadu Al-Kahfi (KASAHF.org).

Lihat Juga

Sambut Ramadhan dengan Belajar Quran Bersama BisaQuran

Figure
Organization