Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Pesan Seorang Ayah

Pesan Seorang Ayah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (cerpendakwah.wordpress.com)
Ilustrasi. (cerpendakwah.wordpress.com)

dakwatuna.com – “Pendidikan hendak membuat hidupmu lebih berharga, Nak! Selama mau belajar, ayah siap membiayai sekolahmu. Mulai sekarang kita berkompetisi, kamu berjuang mencari ilmu, ayah berjuang untuk biayanya. Ingat! Jangan ada yang menyerah di antara kita.” Ujar Ayah dengan raut wajah seperti menyimpan sejuta harapan kepada anaknya yang hendak merantau esok pagi.

Layung-layung menghiasi sore yang cerah.  Aku dan ayah duduk di sebuah ranjang kecil menghadap ke arah pesawahan. Ranjang dari bambu warna kuning menjadi saksi perjanjian antara aku dan ayah. Aku yang sejak tadi menunggu ayah membajak sawah kerena musim panen telah berakhir terdiam sejenak mendengarkan pesan-pesannya. Ku perhatikan raut wajahnya yang kusam. Percikan lumpur yang memenuhi wajahnya membuktikan bahwa ia seorang laki-laki pekerja keras.

Hembusan angin pesawahan membuatku tak ingin melewatkan sore itu, terlebih lagi esok hari aku akan pergi  untuk menuntut ilmu. Sedih rasanya meninggalkan tanah kelahiran yang sangat indah. Tapi, cara itulah yang harus aku lakukan demi keluargaku. Ayah ingin anaknya memperoleh pendidikan yang sangat tinggi.

Aku adalah anak pertama dan memiliki satu adik perempuan. Ayahku seorang petani yang juga seorang penambang emas tradisional di desa. Ibuku seorang pengurus rumah tangga. Ayahku orang yang sangat penyayang, ia selalu menegaskan bahwa sholat lima waktu dan mengaji tidak boleh ditinggalkan. Selain itu, ayah selalu menasehatiku pentingnya sebuah pendidikan. Ia ingin anaknya berpendidikan tinggi tak seperti dirinya yang hanya lulusan SD. Bukan karena tidak mau, ayah terpaksa putus sekolah karena biaya.

Langit di atas pesawahan semakin meredup, hembusan angin semakin dingin, aku dan ayah yang sedang duduk di atas ranjang bambu segera pulang karena hari semakin sore. Melihat raut wajahnya seperti memompa semangat dalam jiwa. Wajahnya terlihat menua seperti memberikan isyarat bahwa aku harus bersungguh-sungguh. Ayah berharap anak sulungnya mendapatkan ilmu yang tinggi sehingga kehidupannya lebih baik. Aku yakin semua ayah yang ada di dunia ini ingin anaknya lebih baik daripadanya.

Ayah, laki-laki paruh baya yang sangat menginspirasi hidupku adalah seorang pekerja keras dan taat beribadah. Menurutnya hidup akan berhasil jika bersungguh-sunguh dan disertai doa. Meskipun ayah tidak berpendidikan tinggi, hidupnya penuh dengan rasa syukur. Ayah selalu berpesan kepadaku bahwa pendidikan itu sangat penting. Dengan pendidikan semuanya akan mudah, dengan pendidikan segalanya akan lebih berharga, dengan pendidikan hidup akan lebih bermakna. Karena itu selagi mampu ayah ingin anaknya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin sehingga kehidupan anaknya tak akan sesulit dirinya. Sungguh luar biasa pengorbanan seorang ayah untuk anaknya. (dakwatuna.com/hdn)

 

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa jurusan jurnalistik semester 4 di Politeknik Negeri Jakarta.

Lihat Juga

Doa Terbaik untuk Ayahanda Harvino, Co-pilot Pesawat Lion Air dan Ayah bagi 10 Anak Yatim

Figure
Organization