Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Surat  untuk Aleppo

Surat  untuk Aleppo

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Aleppo
Serangan brutal di Aleppo menyebabkan 40 warga tewas dan lebih dari 300 warga mengalami luka-luka. (sindonews.com)

dakwatuna.com – Aleppo, Apa kabarmu. Semoga kau tetap tegar dengan seluruh peristiwa yang terjadi. Lidahku kelu menyaksikanmu. Tangis dari seluruh penduduk bumi seakan-akan bermuara di lorong-lorong kotamu.

Aleppo, kekasihku. Kau menjenguk hatiku pada dingin subuh yang tiba-tiba. Dengan serangkai debu, darah dan air mata. Menyatu dan berkumpul. Di barak pengungsian, di puing reruntuhan, di selasar Balai kota.

Aleppo, kekasihku. Kau mengajarkanku tentang pucuk dari seluruh ketegaran, simpul dari sejuta keberanian, dan lautan terdalam dari apa yang manusia sebut; kemanusiaan.

Oh, Aleppo. Dukamu mengiris kalbu. Menjadikanku seperti ditampar bertubi-tubi. Dalam wajah lugu dan jeritan pilu bayi-bayi.

Lalu, ke manakah manusia-manusia di bumi? Yang menguarkan kata-kata berbuih tentang cinta dan hak asasi? Aku hanya mendengar bisik-bisik. Dalam keputusasaan, dalam ketakutan, dalam ketakberdayaan.

Kisahmu serupa cerita. Tak nyata. Tak ada. Tak percaya. Tapi ada.

Oh, Aleppo. Kau yang menjadi saksi perjalanan Khalilullah. Kau yang menjadi saksi terbit dan tenggelamnya keagungan.

Oh, Aleppo. Kau juga menjadi saksi ketegaran manusia-manusia pengikut Bilal dan Sumayyah. Hanya katakan ahad ahad ahad. Tak mau tunduk di depan manusia. Tak mau bersujud di wajah Bashar Assad

Perihal tentangmu, memang tentang keyakinan yang mengagumkan. Tiada ragu. Bertaruh jiwa. Hingga pupusnya.

Aleppo Aleppo. Suatu hari aku bermimpi. Duduk di cafe di gerbang Souq al-‘Atmah. Sambil kunikmati minuman hangat. Atau berjalan di lorong Khan al-Shouneh. Sambil menggoda para pedagang hingga mereka bersukacita menampakkan giginya.

Tapi ingin juga kukunjungi Queiq River pada purnama. Menyapa rembulan dan melantunkan lagu rindu dan perjalanan kafilah-kafilah. Atau berleha-leha di Bab al-Faraj. Sambil menyesap pelan-pelan es krim. Menunggu ‘Isya tiba.

Aduhai. Betapa indahnya menggelar tikar bersama kerabat. Sambil menghabiskan Hummus, Baba Ghanous dan Za’atar. Dan kami habiskan malam dengan cerita tentang cuaca, musim buah dan kedamaian.

Duhai, Aleppo. Tegarlah. Kuatlah. Cinta dan air mataku telah aku kirimkan kepadamu. Berjuta-juta. Pada rembang senja yang merayap. Pada malam menjelang pagi. Pada hening yang berlapis-lapis.

Aleppo, kekasihku. Pagi dan sore aku bacakan doa rabithah yang indah. Kusisipkan doa tentangmu dan negeri Syam. Dalam tangis dalam gugu dalam bisu. Dibalut sayap kekhusyukan kuterbangkan seribu harap kedamaian pada Tuhan.

Pintaku tak juga mewah. Menangkanlah kebenaran dan risalah Tuhan. Damaikanlah Aleppo kami yang tercinta. Segerakanlah janji Tuhan. Rezim zhalim segera tumbang.

Dari saudaramu dalam cinta dan iman. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Anggota Keluarga Alumni KAMMI.

Lihat Juga

Surat Terbuka untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump

Figure
Organization