Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Meski Lelah Namun Tetap Bersyukur

Meski Lelah Namun Tetap Bersyukur

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

ibu-dan-anakdakwatuna.com – Saat adzan subuh mulai berkumandang ku lihat sosok perempuan tangguh yang saat itu membangunkanku untuk segera mengambil air wudhu dan melakukan salat. Ya, itu ibuku. Seorang ibu rumah tangga pada umumnya.

Murtiningsih, perempuan yang sudah tidak lagi muda itu membangunkanku dengan penuh perhatian dengan memegang kakiku sambil berbisik “Ayo Bangun.” Lantas aku pun terbangun dan segera melangkakhkan kakiku menuju kamar mandi. Setelah selesai salat, aku melihatnya dari tempatku salat ternyata ibuku juga di dalam ruangan yang sama melaksanakan salat.

Aku memandang ibuku sedang mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Entah aku tidak mengetahui apa yang sedang dipintanya kepada Sang Pencipta, namun selama aku memperhatikannya ada raut wajah yang sangat tegar dalam doanya.

Ibuku adalah sosok yang sangat luar biasa bagiku. Setiap hari ia selalu membuatkan makanan (bekal) untuk dibawa ke kantor, ke sekolah, serta ke kampus oleh suami dan anak-anaknya. Aku tau, ibu pasti lelah dan mengantuk karena sebelum adzan subuh beliau sudah bangun terlebih dahulu untuk menyiapkan menu masakan apa yang harus dibuatnya hari itu.

Saat memasak, kulihat ada cucuran keringat yang mengalir dari leher ke bajunya. Namun, ibuku selalu menunjukkan bahwa kegiatan seperti itu merupakan tanggung jawabnya. Ada rasa sesak dalam dadaku, sangat sedih melihatnya mempersiapkan segala keperluan suami dan anak-anaknya di saat langit belum menunjukkan sinarnya.

Langit semakin terang, matahari pun sudah bergerak menuju timur. Aku sudah bersiap-siap berangkat menuju kampusku. Ia sudah berdiri di depan pagar rumah untuk sekedar melihatku mengendarai motor hingga menghilang dari penglihatannya. Sebelum berangkat ada pesan yang selalu menjadi ciri khas ibu, yaitu “Baca doa, hati-hati di jalan ya nak.” Pesan itu selalu aku ingat dalam perjalanan menuju kampusku. Terkadang, air mataku pun tumpah karena merasakan betapa perhatiannya ibu yang begitu besar padaku.

Sore itu setelah sampai rumah, aku mematikan mesin motorku dan bergegas masuk ke dalam rumah. Namun, ternyata aku melihat ibuku sedang membersihkan rumah seorang diri. Ya, karena memang tidak ada orang di rumah selain ibuku. Menyapu, mengepel, mencuci piring, memasak, mencuci baju, hingga menyapu halaman adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukannya tanpa lelah, tanpa mengeluh sedikit pun.

Ketika aku melepaskan sepatu dan tasku, ibuku memandangku sambil menebar senyum lebar kepadaku. Senyum itu ku lihat senyum yang begitu ikhlas ia tebarkan. Sepertinya tak ingin ada yang tau betapa lelah dirinya yang setiap hari melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga.

Setiap kali aku ingin membantunya ia menolaknya. Ibuku selalu berkata bahwa aku harus fokus terhadap pelajaran dan kuliahku hingga mencapai cita-citaku. Bagaimana mungkin aku sebagai anaknya membiarkan ibuku mengerjakan itu sendiri. Namun, lagi-lagi ia berkata bahwa itu merupakan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. Yang ia inginkan hanya satu bahwa ia ingin melihat anak-anaknya fokus untuk sukses suatu saat nanti. Perkataan lain yang selalu ia ucapkan adalah bersyukur bisa memiliki keluarga kecil yang menjadi bagian terindah dalam hidupnya.

Bahkan saat makan pun, terkadang ia makan paling terakhir di antara ayahku dan adik-adikku.  Lantas aku pun bertanya mengapa ibuku demikian, lalu ia pun menjawab bahwa ia ingin melihat keluarga kecilnya itu makan terlebih dahulu karena telah melakukan aktivitas di luar sedangkan ia hanya di rumah.

Mendengar jawaban itu pun sontak membuat air mataku hampir tumpah. Sedih amat sedih sangat luar biasanya ibuku yang benar-benar menyayangiku, ayahku, serta adik-adikku tanpa syarat. Apa pun yang ia lakukan untukku akan ku lakukan untuknya juga. Bagiku, ia adalah sosok perempuan yang ku jadikan alasan pertama saat aku sukses nanti. Aku pun selalu mendoakan ibuku agar tangan kasihnya yang selalu memberikan belaian serta kasih sayang kepadaku agar  mendapat berbagai ribu kebaikan yang selalu mengiringi setiap langkahnya. Aku sangat menyayangimu lebih dari apapun, Ibu. (dakwatuna.com/hdn)

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Teknik Grafika Penerbitan Prodi Penerbitan (Jurnalistik). Saat ini semester 4.

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization