Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Orang Tua Kedua

Orang Tua Kedua

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Klinik Fotografi Kompas / Djuara Hutabarat)
Ilustrasi. (Klinik Fotografi Kompas / Djuara Hutabarat)

dakwatuna.com – Saat itu umurku 8 tahun. Hidup bersama dengan Kakek dan Nenekku. Bapak dan Ibuku sibuk dengan pekerjaannya. Mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan yang aku perlukan.

Aku tinggal bersama dengan Kakek dan Nenekku yang sangat menyayangiku. Walaupun hanya Kakek dan Nenek yang menemaniku di saat Bapak dan Ibuku sedang bekerja, namun aku tidak sama sekali merasa sepi bahkan kurang kasih sayang. Karena Kakek dan Nenekku yang selalu ada untukku, membuatku merasa memiliki orangtua yang sesungguhnya.

Bapak dan Ibuku sibuk bekerja. Aku pun di rumah tidak mempunyai teman. Temanku hanya pada saat aku di sekolah saja. Maka dari itu aku pun tidak merasakan kasih sayang yang seharusnya aku dapatkan dari kedua orangtuaku, tetapi ada Kakek dan Nenek yang menyayangiku maka aku tidak merasakan kesepian karena tidak adanya kedua orangtuaku. Aku sangat bersyukur dengan keadaan yang aku alami karena masih banyak orang yang sayang kepadaku.

Kakek dan Nenek bagiku sebagai sosok yang sangat berjasa dan sangat berarti dalam hidupku. Kakek dan Nenek tidak pernah mengeluh dalam mengasuh diriku. Setiap hari dengan penuh kasih sayang mereka selalu menemaniku. Kakek dan Nenek tidak pernah memperlihatkan kesedihannya di depanku, hanya saja raut muka yang sudah tidak muda lagi, namun selalu tersenyum kepadaku.

Kini Kakek telah meninggalkanku untuk selamanya. Tidak ada lagi sosok pengganti Bapak yang menemaniku. Kakek pergi meninggalkanku saat umurku 8 tahun. Ada penyesalan di dalam hati ketika Kakek terkulai lemah di rumah sakit, namun saat itu aku tidak ada di sampingnya hingga ajal menjemputnya. Sedangkan, Kakek selalu ada saat aku sedang membutuhkannya.

Teringat saat aku menjenguk Kakek di rumah sakit, saat itulah aku terakhir kali memeluk dirinya. Berharap Kakek akan sembuh dari penyakitnya dan bisa pulang ke rumah dengan keadaan sehat, tetapi Yang Maha Kuasa berkehendak lain. Saat ini hanya tutur doa yang dapat aku lakukan. Iringan doaku menjadi ketenangan baginya di sana.

Hingga saat itu, Neneklah yang mengurus diriku sendiri. Sampai sekarang, di umurku yang ke-19, Neneklah yang dengan sabar dan penuh kasih sayang merawat diriku. Pada akhirnya kondisi Nenekku saat ini mulai menurun, Nenekku jadi lebih sering sakit. Kini aku telah dewasa, saatnya dirikulah yang merawat Nenek dengan penuh kasih sayang, perhatian dan kesabaran.

Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang aku lalui bersama Nenek yang begitu besar kasih sayang yang diberikan, begitu ikhlas perhatian dan cinta yang ditujukan untuk diriku. Aku akan meluangkan waktu dan mencurahkan semua perhatianku untuk Nenek sampai ajal menjemputnya. Terima kasih atas semua yang engkau berikan kepadaku Nenek. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Jakarta, Desember 1996. Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) Jurusan Teknik Grafika Penerbitan dengan Program Studi Penerbitan (Jurnalistik).

Lihat Juga

Anies Ceritakan Pengalaman Kakeknya Saat Bawa Surat Kedaulatan

Figure
Organization