Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Surga untuk Ibu

Surga untuk Ibu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (addinie.wordpress.com)
Ilustrasi. (addinie.wordpress.com)

dakwatuna.com – ­­­­­Aku sering melupakan betapa mulianya pekerjaan seorang Ibu dan kurang menghargainya. Ibu membawaku dalam perutnya selama sembilan bulan tanpa keluh, merawatku tanpa pamrih hingga sekarang dan mencintaiku tanpa syarat.

Sejauh kakiku melangkah, aku selalu tahu tempat kembali untuk pulang. Bagiku tempat kembali untuk pulang adalah Ibu. Hangat pelukan Ibu tak akan sebanding dengan hangatnya api unggun. Walaupun ibu hanya seorang ibu rumah tangga, ia mampu menjadi pengasuh bagi anak-anaknya, guru dalam mendidik ataupun menjadi seorang dokter di kala anak-anaknya jatuh sakit. Bertemu dengannya bagiku­­ adalah obat, penawar rasa sakit atas kerasnya dunia. Dengan hatinya ia “menyihir” perut anak-anaknya, walau hanya dengan tahu dan tempe.

Ibu mampu membuat rumah penuh dengan kehangatan dan kesederhanaan, membimbing semua anaknya untuk dapat menghadapi dunia. Ia menjadi selimut yang menghangatkan dinginnya malam, menjadi payung saat tidak ada tempat untuk berteduh. Cinta ibu telah masuk ke setiap hirup udara anak-anaknya. Walau kini usianya tak semuda dulu, tetapi ia masih rela meneteskan keringat untuk anaknya. Ingatkah Bu? Dulu di saat aku sakit engkau sangat khawatir sampai meneteskan air matamu, betapa dalamku rasakan khawatirmu membekas di dadaku.

Memandang wajahnya membuatku berpikir bagaimana jika suatu hari aku hidup tanpa dirinya, karena bagiku Ibu adalah harta yang paling berharga, ia mampu menciptakan mimpi bagi anaknya dan menggenggamnya dengan erat. Ibu wanita yang kuat, ia mampu menghadapi berbagai cobaan dengan kesabaran, walau terkadang ia lepaskan semua sesaknya dengan tangis. Ibu selalu bersujud pada heningnya malam hanya untuk membisikkan doa, ia hanya ingin anak-anaknya menjadi orang yang lebih baik dari dirinya, walau bisikan doa tak dapat dilihat, namun aku dapat merasakan dalamnya cinta Ibu kepada diriku.

Ibuku hal terindah yang pernah aku temui, wajahnya, suaranya, sentuhannya, ia mahluk istimewa yang Allah ciptakan. Tidak ada yang dapatku lakukan untuk menunjukkan cintaku dan membalas jasanya, hanya doa dan cinta yang akan menjawabnya. Semoga Allah menempatkanku bersamanya di surga. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Lahir di Denpasar, September 1996. Pada tahun 2012 pindah ke Jakarta bersama keluarga. Sekarang berkuliah di Politeknik Negeri Jakarta jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan prodi Penerbitan (Jurnalistik).

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization