Topic
Home / Pemuda / Mimbar Kampus / Jihad Mahasiswa di Era Modern

Jihad Mahasiswa di Era Modern

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Ria Amani)
Ilustrasi. (Ria Amani)

dakwatuna.com – Secangkir kopi yang mengepul melepaskan seluruh kerinduanku pada sebuah pengalaman, setelah meletakan Novel Khalid bin Walidnya Abdul Latif Talib, aku jadi berpikir keras tentang konsep jihadnya mahasiswa di era modern ini.

Jihad adalah berjuang di jalan Allah melepaskan diri dari penjara hawa nafsu, mengikhlaskan diri untuk berkorban di jalanNya.

Asap kopi ini kembali mengantarkan ingatanku pada acara musyawarah wilayah yang di adakan oleh organisasi dakwah extra kampus yang aku ikuti, dari jam 8 pagi aku sudah menunggu rekan saya untuk berangkat namun rekan saya tak kunjung datang hingga keberangkatan bus yang pertama lewat, aku coba beristighfar karena ada sedikit kekecewaan di sana, dengan lutut yang serasa hampir copot sepertinya Allah menguji kesabaranku, rekan saya ternyata ditilang polisi dan terbebas ketika matahari telah bertahta di atas kepala, ”afwan ane telat“ ujarnya ketika baru datang. Rasanya aku ingin mengeluarkan semua unek-unek yang ada di pikiranku, atas keterlambatannya namun aku kembali berpikir di tengah kesibukannya beliau ikhlas untuk muswil. Ya Robb aku malu atas ketidaksabaranku ini.

Bus yang kami tunggupun datang, dengan haru aku duduk ini pertama kalinya aku berangkat, ringkas cerita kami sampai dan disambut oleh ikhwah yang lain di hotel yang menurutku cukup bagus, aku lihat sudah cukup banyak ikhwah dari daerah lain dan terpancar dengan jelas kalau mereka adalah kader yang militan, dari pembukaan aku sudah tercengang dengan orang–orang yang tampil di panggung ketenangan yang berbaur dengan intelektual yang kuat melekat dalam diri mereka, sepanjang muswilpun seluruh kader berlomba–lomba mengeluarkan buah pemikiran yang tak pernah terbayang di otakku, ku coba mengajukan pendapat namun pendapat itu ternyata jadi bumerang karena pendapatku terhitung ecek-ecek, aku malu dan sadar bahwa aku masih sangat tertinggal jauh, seorang kakak dari Bandung seolah tahu pikiranku, dengan lembut beliau berkata aku harus banyak mendengar dan berpendapat kalau memang aku paham, beliau memelukku hangat namun lisanku tersekat.

Jadilah aku penengah karena memang kebetulan aku peserta peninjau dan ku ikuti saran saudariku ternyata benar aku bisa jadi penengah yang cukup baik -versiku- saudariku dari Bekasi mengacungkan jempol karena keberanianku, “teruslah belajar karena kamu masih terlalu muda untuk ada di forum ini” sarannya, aku tersenyum dan janji untuk belajar lebih banyak.

Banyak sekali pelajaran yang bisa ku ambil di muswil kemarin dari mulai kakak PW yang rela menggadaikan motornya untuk jaulah ke daerah di seluruh Jawa Barat, merelakan sebagian gajinya, sebagian usahanya dan melakukan apapun untuk menghidupkan dakwah ini.

Di sepanjang jalan pulang aku bersemangat untuk meneruskan dakwah ini, aku pikir inilah jihad saya sebagai mahasiswa. Jika dulu para sahabat berjihad di medan perang, kami berjihad dengan datang muswil untuk saling bertukar pikiran, memecahkan problem memberikan semangat dan memberikan nafas yang lebih panjang untuk jalan juang ini. Jika dulu sahabat nabi menumbangkan kerajaan Romawi dan Persia maka kami disini mencoba menumbangkan kekeliruan pemikiran pemerintah yang ada, jika dahulu orang yahudi nasrani terang-terangan melawan Islam maka kami terang-terangan menghindari ghazwul fikri sekarang, jika dahulu para penuntut ilmu menuliskan pikiran mereka untuk Islam maka kami mencabut kantuk untuk mempelajarinya, jihad di era ini adalah benani mengatakan yang hak di depan penguasa yang dzolim, jihad di era ini adalah mempelajari sirah nabi dan sahabat serta mengamalkannya, jihad di era ini adalah kita berani merasa di awasi Allah, menguatkan diri untuk bersih dari ghazwul fikri, jihad di era ini adalah berani tampil Islami di tengah jahiliyah yang merajai, berani beramar ma’ruf nahi mungkar meski sendiri, berani dakwah meski pada orang yang dekat di hati, jihad di era ini adalah mau belajar untuk meningkatkan kapasitas diri.

Jihad di era ini tak seseram dibakarnya Nabi Ibrahim, dibangkangnya Nabi Nuh, didesaknya Nabi Musa, dimusuhinya Nabi Isa, dihinanya Nabi Muhammad SAW, kalau Nabi Ibrahim, Nuh, Musa, Isa dan Muhammad SAW kuat, kenapa kita tidak? (dakwatuna. com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

penulis adalah mahasiswi tingkat 2 di Sekolah Tinggi Agama Islam Husnul Khotimah,(SETIA HK) Kuningan,jurusan Manajemen Pendidikan Islam,penulis penyiar serta aktivis KAMMI Daerah Kuningan.Moto hidupnya adalah "Tak kenal lelah di jalan dakwah sebelum mencapai jannah"

Lihat Juga

Resolusi Jihad Resolusi Santri

Figure
Organization