Topic
Home / Narasi Islam / Wanita / Wanita yang Tangguh, Profesi Bukan Persoalan

Wanita yang Tangguh, Profesi Bukan Persoalan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (shadowness.com/ipoenkgraphic)
Ilustrasi. (shadowness.com/ipoenkgraphic)

dakwatuna.com – Profesi? Semua orang sibuk memperdebatkan arti dari sebuah profesi yang merupakan tolak ukur tingkat kehidupan bagi setiap orang. Namun, tidak bagiku. Mengapa tidak? Profesi merupakan tolak ukur kemampuan seseorang dalam menjalankan kehidupan dan kemampuannya untuk bertahan hidup.

Matahari terbit menyinari dunia ini, tak terasa tubuhmu yang kian mulai rentan akibat usia. Kasihmu tak dapat terhitung hingga kini. Perasaan sayangmu tak kunjung pudar dihabisi zaman.

Ibu ialah seseorang yang memiliki rasa kasih sayang dan mendidik anaknya dengan segenap hati yang tulus. Tak kenal lelah dan tak kenal waktu untuk kehidupan keluarganya ialah wanita yang tangguh, segala pekerjaan ia lakukan setiap hari. Bagi seluruh Ibu di dunia ini merupakan wanita terhebat yang ada di kehidupan setiap anaknya.

Setiap keluarga tentu memilki seorang ibu yang profesinya berbeda-beda. Namun, berbeda dengan ibuku ia bukan seorang lulusan dari sekolah tinggi, bukan wanita yang intelektual, bukan juga yang memiliki gaya pakaian mengikuti trend di zaman modern ini. Ia adalah seorang ibu yang memilki profesi yang berbeda di antara wanita lainnya. Profesinya pun tak dapat dikatakan  sebagai profesi umum pada dunia kerja. Walaupun demikian, ia tetap menjalankan profesinya.

Pagi menjelang siang, siang pun berganti menjadi malam hingga matahari tak terlihat lagi dari ufuk timur. Ia tetap bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, tubuhnya yang lelah mencerminkan perjuangannya, keringat bercucuran terlihat di wajahnya, matanya yang semakin tua terlihat jelas dengan kantuk mata yang menghitam ialah Ibuku seorang tukang urut yang mengobati orang dengan cara yang tradisional.

Walau begitu terkadang aku malu menyebut namanya dan mengakuinya.  Banyak orang yang memperhatikanku saat temanku di sekolah menanyakan tentang pekerjaan ibu. Segala hal aku lakukan untuk tidak mengungkapkan apa pekerjaan ibuku. Namun perasaan ikut berubah seiring sifat yang di dalam diriku, mungkin saja karena masih remaja egoku yang masih kuat melekat dalam diri dan sifatku belum bisa menjadi lebih dewasa. Bisa membedakan hal yang baik dan buruk dalam kehidupan ini.

Sehingga, seiring waktu berjalan rasa itu mulai hilang. Kenapa begitu? Mana ada seorang anak di zaman ini yang mau mengakui ibunya yang memilki profesi tidak seperti pada umumnya. Namun, aku tetap mengakui meskipun pada awalnya merasa malu, tetapi buat apa malu karena profesi itu?

“Ia mencari nafkah dengan halal kok, jadi tak perlu malu,” ujarku.

Kadang setiap orang memiliki pendapat yang berbeda, baik maupun buruk. Meskipun begitu mau dikatakan apalagi ibarat nasi sudah menjadi bubur, pendapat negatif mengenai ibuku selalu aku abaikan. Kendati demikian, ibu selalu tersenyum melihat anak-anaknya bisa tertawa bahagia  dengan lepas, ia tidak peduli terhadap pendapat negatif di sekitarnya.

Ia lalui dengan banyak pengalaman tak terduga, lika-liku perjalanan pun sudah banyak dalam menghadapi dunia yang fana ini. Meskipun, usia ibu semakin tua dia tetap berjuang untuk masa depan anak-ankanya sampai mendapatkan pendidikan yang tinggi. Terlintas dipikiranku mengenai ucapan yang pernah dikatakan oleh Ibu.. “Nak, hidup ini banyak rintangan, kita lalui dengan iklhas dan sabar serta jangan lupa berjuang. Kamu harus ingat setiap usaha pasti ada hasilnya.” ujarnya.

Ia adalah ibuku yang tanpa henti mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya tanpa rasa malu, tegar dan semangat juang untuk keluarga ia jalani. Terima kasih bagi seluruh ibu yang ada di dunia ini kau adalah inspirasi bagi anak-anakmu. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Biasa dipanggil Vika, suka menulis dan bercita-cita menjadi reporter di salah satu media massa. Alhamdulillah, sekarang kuliah di jurusan yang sesuai dengan cita-cita yakni Penerbitan (Jurnalistik) di Politeknik Negeri Jakarta.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization