Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menumbuhkan Rasa Naionalisme Melalui Festival Anak Sebatik di Hari Pendidikan

Menumbuhkan Rasa Naionalisme Melalui Festival Anak Sebatik di Hari Pendidikan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Festival Anak Sebatik. (Achmad Salido)
Festival Anak Sebatik. (Achmad Salido)

dakwatuna.com – Berbicara tentang membangun bangsa, terlalu naif jika kita menyatakan diri yang paling banyak kontribusinya. Karena kita sadar bahwa bangsa ini terlalu besar jika hanya diembankan oleh pada satu pundak. Terlampau panjang jalannya untuk ditanggung oleh satu generasi. Selain itu kita juga sadar bahwa usia biologis manusia terbatas. Sementara kesuksesan sebuah peradaban adalah bagian akumulasi dari karya-karya besar antar generasi. Sehingga perlu ada kerja sama dan kolaborasi yang baik antar pihak. Menjadi bagian batu bata atau kerikil kecil yang menggenapi sebuah bangunan yang kokoh. Kesadaran seperti inilah yang harusnya dimiliki oleh setiap warga negara.

Sebagaimana membangun bangsa, perbaikan pendidikan juga harus dilakukan lewat kerja sama yang baik antar pihak. Membangun komunikasi dan sinergitas yang efektif dalam berkontribusi untuk perbaikan pendidikan. Menyatukan ide, rasa dan gerak dalam kerja-kerjanya. Sehingga setiap kerja yang dilakukan bisa lebih efektif dan efisien. Tidak terlalu banyak waktu yang terbuang untuk menguji ide. Kesadaran yang harus dibangun adalah keharusan kita untuk bersama-sama dengan pihak lain dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang ada. Bukan mempromosikan diri kita yang lebih baik, ataupun yang lebih banyak kontribusinya. Bukan pula sibuk mengutuk dan mengomentari masalah pendidikan yang ada di negeri ini. Akan tetapi kita harus menjadi penyuluh untuk memberdayakan semua sumber daya yang ada.

Kesadaran inilah yang dimiliki oleh para relawan yang mengabdikan diri di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia pulau Sebatik Nunukan. Mereka adalah para relawan Sekolah Guru Indonesia dari yayasan pendidikan Dompet Dhuafa, Pengajar Muda dari Yayasan Indonesia Mengajar dan Nusantara Sehat dari Kementerian Kesehatan RI. Dalam memperingati hari pendidikan, para relawan ini berkolaborasi dengan pemuda lokal sebatik mengadakan sebuah acara yang diberi nama “Festival Anak Sebatik”.

Acara ini merupakan salah satu wadah untuk menumbuhkembangkan kreativitas anak perbatasan dalam berkarya, meningkatkan daya kompetensi anak-anak perbatasan, dan menumbuhkan rasa percaya diri serta semangat nasionalisme anak-anak perbatasan melalui peringatan hari pendidikan. Festival Anak Sebatik merupakan acara peringatan hari pendidikan yang dimeriahkan oleh lomba-lomba untuk tingkat Sekolah Dasar dan PAUD. Lomba-lomba yang diadakan di antaranya lomba cerdas cermat, baca puisi, pidato, catur, futsal, lari jarak pendek, paduan suara, menari, menggambar, dan mewarnai untuk tingkat PAUD. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang pertama kalinya diadakan di Sebatik Tengah oleh pemuda lokal Sebatik. “Awalnya kegiatan Festival Anak Sebatik ini direncanakan diadakan untuk lingkup se-pulau Sebatik, namun karena keterbatasan waktu dan mengingat ini adalah kegiatan yang pertama kali diadakan, maka lingkupnya hanya satu UPTD saja. Dalam hal ini lombanya hanya untuk lingkup UPTD Sebatik Tengah dan Sebatik Barat.  Insya Allah jika acara ini sukses, maka akan berlanjut dengan acara yang lebih besar dengan melibatkan lebih banyak pihak lagi”, ujar Muhammad Mubi salah satu penggagas kegiatan ini. Lomba-lomba ini sesuai rencana awal akan dilaksanakan mulai tanggal 4-7 Mei 2016 bertempat di lapangan Desa Aji Kuning.

Pulau sebatik sebagai daerah perbatasan sebenarnya memiliki banyak sumber daya manusia yang andal. Mereka adalah para pemuda lokal yang tinggal dan bekerja di daerah ini. Mulai dari instansi pendidikan sampai instansi pemerintah di daerah ini, mayoritas diisi oleh para pemuda. Hanya saja salah satu kekurangannya, adalah belum ada penggerak untuk berkoordinasi secara efektif terkait program yang bisa dilakukan dalam memperkenalkan potensi daerahnya. Padahal dalam beberapa event nasional yang diikuti, beberapa anak dari pulau ini tidak kalah saing dengan anak-anak di daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Hal ini terbukti dengan juara yang diraih dari beberapa lomba olimpiade sains nasional (OSN) ataupun olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN) yang diikuti. Beberapa orang guru di sekolah dasar yang sempat saya temui, menyampaikan keluhannya mengenai minimnya event-event lomba yang bisa diikuti oleh siswanya. “anak-anak di Sebatik sebenarnya kurang mendapatkan tempat untuk mengekspresikan minat dan bakatnya. Walaupun sebenarnya bakat itu mereka miliki. OSN dan O2SN saja yang bisa mereka ikuti, itupun satu tahun sekali”, ujar salah seorang guru.

Sehingga melalui acara Festival Anak Sebatik ini, diharapkan bisa membangun kesadaran berbagai pihak bahwa anak—anak di perbatasan memiliki bakat dan harus dikuatkan. Sehingga anak-anak sekolah yang ada di perbatasan, bisa tampil percaya diri disebabkan karya-karya mereka dihargai. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Guru Konsultan Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa

Lihat Juga

UNICEF: Di Yaman, Satu Anak Meninggal Setiap 10 Detik

Figure
Organization