Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Debar-Debar Dakwah (Bagian ke-3)

Debar-Debar Dakwah (Bagian ke-3)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Ada satu hal yang begitu memikat hatiku. Kala itu, pertama kali berkenalan dengannya. Tentang dia, nafas yang tak bisa tenang tanpa memikirkannya. Dia, berangsur menjadi energi gerakku. Pelepas lelah dan teman setia.

Aku takut. Jika sehari saja dia tak menjadi yang ku utamakan dalam perhatianku. Padahal hati ini sudah begitu menghujam cinta karena-Nya. Jangan-jangan 24 jam saja belum cukup untuk dia. Jangan-jangan aku melupakan kerja lelahku untuk menghidupinya.

Betapa sombongnya, bahkan mungkin aku berpikir kalau si dia yang membutuhkanku. Sebaliknya, jelas aku yang butuh dia.

Dakwah.

Ketahuilah, kawan. Keindahan dari kita berdakwah bukanlah pada saat kita mendapat achievement. Bukan saat kita dipandang dan didengar banyak orang, bukan pula karena banyak kata-kata yang kita ucapkan menggetarkan. Keindahan saat berdakwah adalah saat ada satu orang saja yang melihat, mendengar atau membaca dari apa yang kita lakukan, dia tersadar hatinya lalu bergerak kembali pada Allah. Lalu Allah pun ridho dan Dia memberikan keridhoan-Nya di setiap aktivitas kita. Sungguh, saat itu adalah saat yang paling indah bagi kita kawan. Dan, jika hati-hati kita lemah, maka ingatlah bahwa kita adalah da’i. Tidak ada tujuan lain selain Allah SWT.

Sekarang sudah saatnya dewasa dalam berfikir. Bukan amanah atau jabatan yang menjadi fokus pemikiran kita. Tapi ini tentang bagaimana pergerakan ini dapat terus berjalan. Pergerakan ini dapat berkembang menjadi sebuah roda penggerak peradaban. Gerakan dengan bendera Islam sebagai panji identitas, aqidah sebagai landasan gerak, dan mahabbah corak sinergisitas.

Saya yakin jika kita serius dan istiqomah mengembangkan pergerakan ini, 10 atau 20 tahun lagi saatnya kita akan kembali dipercaya menjadi penerang peradaban. Ya, mungkin memang fitrah manusia. Begitu inginnya dipercaya dan begitu pulalah fitrah pergerakan ini yang teramat rindu kembali mendapat kepercayaan di tengah hati masyarakat.

Mimpi besar tak akan bisa diwujudkan orang-orang yang kerdil, sedangkan orang-orang besar tak akan menuju capaian besar dengan mimpi-mimpi yang mungil. Mari kita bermimpi besar! Mari kita menjadi besar! Tak perlu takut karena yakinlah selama pergerakan ini masih diridhoi yang Maha Besar niscaya ada banyak jalan yang siap dibuka untuk para penggerak peradaban.

Sungguh Dia tak membutuhkan keringat kita yang bekerja tertatih lelah demi dakwah sepanjang hari. Sungguh Dia tak memerlukan air mata kita yang bertumpah ruah mengingat-Nya di kala malam dan siang hari. Sungguh Dia pun tidak ada membutuhkan darah kita yang terkucur saat berjihad membela Din nya yang haq ini.

Dan lagi, Kawan. Saat kau merasa di titik terlelah, di titik yang paling sakit dalam engkau berjuang, maka ingatlah: Aku dan engkau saudaraku, kita berjuang bukan karena kita merasa dibutuhkan oleh perjuangan ini, tapi karena kita lah yang butuh akan perjuangan ini dan kita lah yang terlampau butuh akan Ridho Allah.

Jangan lelah! Bergeraklah dan berjuanglah, atau niscaya Allah akan menggantikan dengan pejuang yang lebih Ia cintai. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization