Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Perjuangan Tak Berakhir Sampai Senja

Perjuangan Tak Berakhir Sampai Senja

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Kesadaran betapa pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa menjadi pemacu semangat untuk menggapai mimpi. Pendidikan tinggi kerap dikejar setiap orang demi angan-angan di kemudian hari. Menyongsong masa depan yang sejahtera adalah harapan di kehidupan berikutnya.

Hal ini yang membuat Mila Karmila, seorang wanita yang membuatku harus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Baginya, suatu kebanggaan bila melihat anggota keluarga dapat berdiri mengenakan toga. Tak mengenal betapa lelahnya pekerjaan yang ia lakoni demi pendidikan sang adik.

Pergi pagi, pulang malam, banting tulang demi masa depanku. Tiada keluhan yang ku dengar dari si sulung kepada anggota keluarga lainnya, terlebih aku, si bungsu. Tak terhitung biaya yang ia keluarkan untukku dan keluargaku. Menjadi tulang punggung keluarga adalah tanggung jawabnya menggantikan peran ayahku.

Menjadi anak dari seorang buruh yang penghasilannya tidak seberapa, memaksa ia untuk memendam impian besarnya untuk kuliah. Dengan keahlian yang dimiliki dari sebuah sekolah kejuruan tata busana, ia berjuang menjalani kehidupan sebagai seorang karyawan.

“Kalau ada niat dan kemauan, pasti ada jalan” itu adalah prinsip hidupnya. Sebuah harapan besarnya ada di tanganku. Aku menjadi satu-satunya alasan kerja keras yang ia lakukan sampai saat ini. Mengangkat martabat keluarga dengan pendidikan yang ku tempuh dan keahlian yang ku dapat.

Di usianya sekarang, kemungkinan kecil baginya untuk melanjutkan kuliah. Oleh sebab itu, sang adik bungsu lah yang menjadi harapan terakhir. Tak peduli berapa besar biaya yang dikeluarkan saat mendaftarkan ku ke sebuah sekolah yayasan katolik ternama. Uang saku, biaya SPP sekolah, biaya dapur dan biaya tak terduga setiap bulan menjadi tanggungannya.

Si sulung dari lima bersaudara ini, tidak ingin aku bernasib sama sepertinya. “Tunjukkan kepada orang-orang, bahwa keluarga tak mampu bukan berarti dapat dipandang sebelah mata”, ucapnya tegas kepadaku.

Ia tidak peduli pandangan orang lain terhadap dirinya, yang terpenting adalah bangkit dari semua hinaan orang yang menganggap rendah keluargaku.  “Apalah artinya harta berlimpah, kalau tidak berpendidikan”, ucapnya. Kekayaan tidak akan dibawa mati, tetapi pendidikan menjadi tabungan ke depan nanti. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi semester 3 Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan di Politeknik Negeri Jakarta.

Lihat Juga

Kau Pejuang atau Pecundang?

Figure
Organization