Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Liqa Hari Ini

Liqa Hari Ini

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Sebuah liqa akhwat (hudzaifah.org)
Sebuah liqa akhwat (hudzaifah.org)

dakwatuna.com – Katanya, kita merindukan liqa zaman dulu. Zaman dimana komunikasi terbatas telepon kabel dan surat menyurat. Zaman dimana tak ada kendaraan bukan kendala berarti dalam menuntut ilmu. Zaman yang katanya liqa masih sembunyi-sembunyi. Pun pakai jilbab masih banyak dipersoalkan dan dipertanyakan. Apalagi pakai niqab dan cadar.

Katanya, kita merindukan zaman itu. Ketika para murabbi rela menempuh jarak berkilo-kilo meter dengan jalan kaki. Lalu lanjut menempuh jarak berkilo meter lainnya untuk mengisi kajian.

Katanya, kita merindukan zaman itu. Ketika para mutarabbi berkumpul dalam satu tempat, menyembunyikan sandal-sandalnya agar tidak digerebek aparat. Meski sibuk di kampus atau sekolahnya atau tempat kerjanya, tidak lupa bahwa liqa adalah prioritas. Karena, dari mana lagi mereka mendapat pembinaan iman, sementara lingkungan begitu mencekam bagi Islam?

Katanya, kita merindukan zaman itu.

Katanya, zaman sudah berubah sekarang.

Sudah ada teknologi telepon tanpa kabel dengan segala modifikasinya. Kini, mengirim pesan singkat maupun telepon tidak lagi mengeluarkan berpuluh ribu pulsa. Cukup hanya dengan paket data. Mengirim broadcast dari murabbi untuk semua mutarabbi.

Liqa hari ini, kita dimanjakan oleh teknologi informasi dan komunikasi. Berkurang kesulitan komunikasi antara murabbi dan mutarabbi. Untuk menentukan jadwal liqa pun jadi lebih komunikatif.

Katanya, liqa hari ini seperti itu.

Mudah sekali berkomunikasi hari ini. Saking mudahnya berkomunikasi, hingga izin tidak hadir saat liqa dimulai pun bisa-bisa saja. Atau tiba-tiba membatalkan di hari H pun perkara mudah. Toh, komunikasi sekarang jadi lebih mudah kan?

Dari delapan mutarabbi dalam satu kelompok yang ada, yang konfirmasi hanya empat. Yang membatalkan di hari H ada tiga, yang benar-benar hadir satu orang.

Murabbi juga tidak bertanya ada apa. Toh, nanti-nanti masih bisa dihubungi via whatsapp atau line. Yang nanti itu entah kapan.

Ini liqa hari ini.

Katanya, zaman sekarang sudah berubah.

Kendaraan bermotor sudah lebih banyak, entah itu kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Tapi, tidak sedikit juga yang tidak hadir liqa dengan beralasan tidak ada kendaraan. Atau justru karena punya kendaran pribadi, akhirnya salah estimasi waktu. Waktu janjian liqa jam 15.45, berangkat dari kos pukul 15.45. Katanya, “saya cepat kok, naik motor.”

Ini liqa hari ini.

Katanya, zaman sudah berubah.

Kebebasan berpendapat dan berkumpul sudah terjamin hari ini. Liqa tidak lagi perlu sembunyi-sembunyi hingga perlu membawa masuk sandal ke dalam ruangan. Kini, masing-masing murabbi maupun mutarabbi dituntut mengisi pos-pos organisasi yang ada, karena kebebasan berorganisasi pun sudah terjamin hari ini. Baik murabbi maupun mutarabbi sama-sama sibuk berdakwah. Tidak membiarkan adanya kekosongan kader dalam organisasi. Syuro setiap pekan bisa lebih dari dua kali.

Lalu, masing-masing sibuk. Lupa kalau liqa (harusnya) ada di prioritas atas. Untuk menjaga ruhiyah kader agar tidak kolaps di lapangan.

Alasan ketidakhadiran liqa adalah untuk syuro. Entah untuk membahas rencana strategis dakwah ataupun hanya sekedar syuro untuk menentukan syuro berikutnya kapan.

Ini liqa hari ini.

Katanya kita merindu zaman dulu. Jangan-jangan kita tidak memaknai kata rindu itu sendiri. Kita hanya merindu, tanpa aksi. Padahal cinta adalah tentang pembuktian melalui kepahaman, keikhlasan, amal, perjuangan, pengorbanan, ketaatan, keteguhan, kemurnian rasa, ukhuwah dan kepercayaan, bukan sekadar rasa yang letaknya hanya di lisan saja.

Ini liqa hari ini.

Meski, katanya, kita merindu zaman itu. (dakwatuna.com/hdn)

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Di tengah-tengah usahanya meraih gelar dokter ini turut aktif juga sebagai redaksi di Biro Informasi Media dan Opini Forsalamm UGM.

Lihat Juga

Liqa Itu Penting

Figure
Organization