Topic
Home / Pemuda / Puisi dan Syair / Spirit yang Hilang, Aku Rindu “Masa” Itu

Spirit yang Hilang, Aku Rindu “Masa” Itu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (nurtiyas.wordpress.com)
Ilustrasi. (nurtiyas.wordpress.com)

dakwatuna.com

Hampir 25 tahun yang lalu
saat kaki melangkah bersama mereka
kala diri memantapkan hati dalam lingkaran itu
seketika aku berkata inilah yang aku cari
inilah air penyejuk dahagaku yang telah lama kurasa
begitu indah…meski kami tumbuh dalam
segala nuansa kesederhanaannya
saling mengasihi dalam kesulitan dan kesenangan
yang mengikat kuat
jiwa-jiwa kami yang rindu kepada angin surga

Teringat aku pada suatu masa
dalam setiap pekan kami berjumpa
guruku yang tinggal jauh di sana
di sebuah perumahan di selatan Jakarta
yang belum ada aliran listriknya
dengan suka rela kami menginap di sana
kala malam tiba selepas shalat maghrib
kami duduk melingkar di atas karpet
yang tak bisa dikatakan mewah
dan sebagai cahayanya
kami terpaksa menggunakan lilin-lilin kecil
ditambah dengan sebuah lampu templok
yang kadang berpendar ditiup angin
yang menyusup dari sela-sela jendela

Kala aliran listrik itu telah menyala
pergi dan pulangnya kami harus
melewati sebuah lapangan tanah merah
yang di tengah-tengahnya
berdiri angkuh tiang-tiang sutet
dengan bentangan kabel-kabel di atasnya
dan setiap kali kami melintasinya
maka akan terdengar bunyi rentetan percikan api
di ujung-ujung besi payung yang kami gunakan
namun adakah semua itu menyurutkan langkah kami?
adakah semua itu menyiutkan nyali-nyali kami?

Sungguh…jawabannya adalah tidak
lelahnya menempuh perjalanan panjang
antara Jakarta – Cileungsi tak pernah kami rasakan
derasnya peluh mengalir di kala panas terik
menyengat kulit-kulit kami
serta kuyupnya jilbab dan baju kami
di kala curahan hujan menerpa tubuh kami
namun tak sedikitpun
membuat kami menarik langkah
tak sedikitpun hati kami gundah
semua terhapus sudah
saat bahagia dalam lingkaran ukhuwah
semua terlarut sudah kala jumpa
seraut wajah teduh penyejuk jiwa
yah…dialah guru kami yang bersahaja
yang telah sabar menuntun kami
dengan begitu banyak cinta
di awal-awal masa tarbiyah…

Sungguh…aku rindu masa itu
aku rindu wajah teduh itu
aku rindu rumah sederhana itu
aku rindu tiang-tiang sutet itu
aku rindu lilin-lilin itu
aku rindu percikan api itu
aku rindu…aku rindu…aku rindu
perjalanan panjang itu…
yang mengajarkanku tentang arti cinta
tentangĀ  hakikat kehidupan manusia
tentang makna sebuah perjuangan
aku rindu wajah para sahabat
yang sarat ketulusan dan keikhlasan
yang saat ini satu-persatu pergi menjauh
dengan berbagai alasan dan kesibukan
bahkan ada yang tak berkabar
setelah sekian tahun pernah bersama…

Yah…aku rindu…
pada pendar-pendar semangat tarbiyah
yang dulu pernah mengisi jiwa
mengaliri lembut di setiap aliran darah
merobek keangkuhan diri yang sesungguhnya
sangat lemah dan tak berdaya
di hadapan Sang Maha Pencipta
Tuhan Yang Maha Kuasa
aku rindu…
karena spirit itu telah tiada
hilang tersapu angin senja
di ujung cakrawala…

Pamulang, 6 April 2016
Special rinduku kepada Guru Tercinta : Suci Sofralda
Sahabat terkasih di awal tarbiyah : Popie Puspawardany, Husna Kemala Devy, Deliani Nasution, Indira Kelana Devi, Wenny Herawati, Mbak Ai serta almh. Budi Tobing.
Tak lupa pula salam rindu penuh cinta untuk sahabat-sahabat seperjuangan di IISIP Jakarta : Aulia Damayanti, Cherry Dahlia, Fatimah As, Nilawati, Meta Ayuni, Endah Lismartini, Khodijah Buyoyok, Leyli.

Semoga Allah senantiasa melekatkan hati-hati kita, meski jarak dan waktu telah memisahkan kita, Kawan…

(dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga dengan 5 orang anak.Terus berkarya, baik dalam diam maupun bergerak, tak ada kata berhenti sampai Allah yang menghentikannya, tetap tegar walau badai menghadang.

Lihat Juga

Milad ke-19 PKPU, Human Initiative: Spirit of Humanity

Figure
Organization