Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mengapa Ada yang Mengatakan Allah Tidak Adil?

Mengapa Ada yang Mengatakan Allah Tidak Adil?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (ariestamerdeka.wordpress.com)
Ilustrasi. (ariestamerdeka.wordpress.com)

dakwatuna.com – “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)

Sebagai makhluk yang tak sempurna mungkin pernah dan sering mengatakan manusia tidak adil. Tentu banyak alasan kenapa mengatakan manusia tidak adil salah satunya mendorong manusia tidak adil karena kebencian. Bila ada rasa kebencian pada seseorang, sekelompok, partai politik tertentu. Kemungkinan suatu ketika atau suatu saat akan melakukan sikap tidak adil karena lebih mengikuti hawa nafsu. Padahal sikap tidak adil, mengikuti hawa nafsu dan menyelimpang dari kebenaran akan membawa manusia pada sebuah kesesatan yang nyata.

Lagi pula Allah SWT berulang-ulang menjelaskan dalam Al-quran agar manusia bisa bersikap adil dalam segala hal. Seperti Allah SWT tegaskan dalam surah An-Nahl ayat 90 “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah SWT melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Tapi rata-rata manusia tidak bisa bersikap adil. Kendati berupaya untuk bisa adil. Bila merujuk pada ayat 129 surah Annisa dikatakan bahwa sekali-sekali manusia tidak akan dapat berlaku adil walaupun sangat ingin berlaku adil. Jika manusia tidak adil sangat wajar karena manusia adalah makhluk tak akan pernah bisa adil. Jika ada manusia berani mengatakan orang yang adil. Maka perlu dipertanyakan dan diragukan. Apakah kesemua orang dia bisa menerapkan adil? Jangan-jangan dia adil hanya pada orang tertentu saja. Lihat saja orang tua pada anak mereka masing-masing, masih terdapat kecondongan berat sebelah dan agak susah menerapkan adil.

Mari kita lihat apa itu defenisi adil sesungguhnya. Adil berasal dari bahasa arab yang berarti di tengah-tengah, jujur, lurus dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Orang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum Negara maupun hukum sosial yang berlaku. Oleh karena itu orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak memihak kecuali pada kebenaran. Bukan berpihak karena bertemanan, persamaan suku, politik, bangsa maupun agama. Atas dasar itu berani mengatakan manusia tidak akan bisa adil, karena dalam kehidupan sehari-hari sering kita menemui orang tak bersikap adil yang mana saat memutus sesuatu atau memilih seorang untuk menduduki jabatan tentu yang didasari oleh kesamaan politik, bertemanan dan suku.

Lalu bagaimana dengan sang pencipta apakah kita pernah mengatakan Allah SWT tidak Adil. Mungkin di antara kita pernah terucap mengatakan hal seperti itu pada sang maha adil Disaat kondisi seperti apa kita mengatakan Tuhan tidak adil. Biasanya manusia mengatakan tidak adil pada Allah SWT tatkala mendapat ujian, ketika keinginan tak tercapai, ketika tak berlimpahnya rezki, ketika disakiti, ketika sakit, ketika susah, ketika tak memiliki fisik tak tampan/cantik, ketika membandingkan dirinya dengan orang lain. Itu lah kondisi-kondisi manusia sering mengatakan Allah SWT tak adil. Kenapa sampai beraninya kita mengatakan Tuhan tidak adil? Apakah karena kita sudah melakukan adil sehingga begitu lantang mengucapkan kalimat seperti itu pada sang maha pemurah dan penyayang.

Tetapi pernahkah manusia mengatakan tidak adil pada Allah SWT saat-saat diberi pujian/dipuja, disayangi banyak orang, dilapangkan rezeki, diberi wajah gagah/manis, dihormati, diberi penghargaan, diberi keluarga tentram, diberi kesehatan, aib yang masih disembunyikan oleh Allah SWT dengan rapat-rapat, diberi jabatan dan anak-anak yang berbakti serta sholeh/shalihah. Mungkin tak pernah terucap kata tak adil dari mulut kita pada Allah SWT bilamana kondisi seperti itu. Malahan keadaan seperti itu sering membuat kita lupa dengan Tuhan, berbuat semena-menanya dan melahirkan sikap angkuh.

Dari sini pula kita sadar bahwa cara manusia menilai atau mensyukuri nikmat Allah SWT juga tak adil. Bila diberi kenikmatan tak pernah sama sekali berkata “ tak adil”. Bila boleh jujur tak selayaknya kita memperoleh pujian, penghargaan dan limpahan rezki dariNya. Karena merasa belum memiliki kehebatan apapun dibanding orang lain tapi Allah SWT gerakkan manusia untuk menghargai, menjanjungi atau menghormati kita. Coba bertanya dengan diri kita!!! Ketika mendapat musibah atau bencana, belum dihijabannya doa kita kenapa begitu cepat mengatakan Allah SWT tak adil? Sesungguhnya yang tidak adil adalah diri kita sendiri. Di mana salah menilai keadilan Tuhan. Setiap keputusan yang Allah SWT tetapkan pada manusia semua adalah unsur kebaikan. Jangan pernah lagi terucap kalimat tak adil bagi sang maha adil dan maha kasih. Yuuk kita bermusabah apakah Allah SWT benar-benar tidak adil dengan kita? atau sebaliknya Allah SWT begitu adilnya terhadap kita? Padahal kita jarang sujud padaNya, sering melupakanNya, sering tak mentaati aturanNya dan hampir setiap hari menciptakan dosa. Tapi apa balasan Allah SWT pada kita!!! Tetap melancarkan segala kegiataan, mempermudahkan rezki, mencurahkan keberkahaan dan menyanyangi dengan membentangkan alam raya serta mengirimkan tangan-tanganNya melalui kebaikan orang lain untuk mencintai atau menghargai kita.

Sesungguhnya hanya Allah SWT adalah yang maha adil, yang maha tepat meletakkan sesuatu, maha tahu kapan keinginan harus terwujud, maha pemberi keputusan yang benar, dan maha pengasih pada seluru hambanya. Untuk itu, bagaimanapun kondisi saat ini syukuri setiap ketatapanNya pada kita. Dengan sikap seperti itu kita menjadi manusia yang tenang dan positif thinking dengan segala hal yang terjadi. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 1.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Alumni Unpad dan UGM. Berprofesi sebagai Dosen, Penulis Lepas dan Penyiar

Lihat Juga

Tangan Ribamu Mengikis Keadilan dan Kesejahteraan

Figure
Organization