Topic

Rindu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: blogspot.com)
Ilustrasi. (Foto: blogspot.com)

dakwatuna.com

Rinduku terlampau menumpuk sudah
Diri ini lemah, ya, tak kuberkilah
Karena upayanya dunia kujamah
Juga sabarnya saat kudipapah
Apalagi hiburnya di kala susah
Hingga tangis serasa bukan salah
Kepada dua yang sering kubuat resah
Kepada dua yang menunggu di rumah…

Rasaku kini tak terbayar langit megah
Tingginya gelar kuanggap rendah
Tak lagi kupandang masa depan mewah
Kubanding harta namun terlampau murah
Pula ilmu yang kadang jenuh kutelaah
Semua karena jiwa yang rindu sudah mewabah
Kepada yang kasihnya tak terukur galah
Kepada yang sayangnya tak lekang dan berubah…

Simakkah Engkau Yaa Allah?
Kepada-Mu akhirnya kumenengadah
Kutertawan angan hingga pipi membasah
Ruang dan waktu hendak kubelah
Demi menebus rindu yang merekah
Kepada siapa lagi jika bukan Ibu dan Ayah…

Jarak terpisah cuma kumemasrah
Pikirku melayang tersisa gundah
Sesak terungkap hanya kumenggubah
Tak kutemui kata sepadan untuk beristilah
Tuturku kaku, hampir patah

Saksikah Engkau wahai tempat berserah?
Kuat kutekad kini melemah
Tumpul tegar yang dulu kuasah
Puncak kutimbun kini mengawah
Kelabu nyali yang dulu kumerah
Perlukah kuteriak rindu hingga lelah?
Biarlah saja keheningan malam pecah…

Sejenak kuterlamun masa lampau yang parah
Tak ubahnya diri ini parasit penadah
Laksana lintah penghisap darah
Ibarat penjajah kuberulah
Seperti kaum bar-bar yang menjarah
Tak segan kulampiaskan amarah
Seakan kuanggap pengorbanan mereka mudah…

Mereka yang memolesku dengan gagah
Yang tak pernah rela kujatuh dan kalah
Yang atasnya dosaku tertumpuk menyampah
Yang sedikit kuberi namun selalu kucacah
Yang kecil perintahnya juga sempat kusanggah
Terampun kah dengan rindu dan tangis mendesah?

Andai menyatu dua daratan tanah
Peluk cium sujud tentulah segera kupersembah
Abdi sepenuh tenaga kan kukerah
Air cuci kakinya juga kan kutadah
Sampai ridha lah Penguasa Jannah…

Jawablah wahai yang telah melewati sejarah,
Inikah rasa para perantau yang sekolah?
Seperti inikah rindu diterjemah?
Mestikah kutersenyap tanpa risalah?
Atau terlalu berlebih kubertingkah?

Rasa lah Ibu, dengarlah Ayah
Ananda rindu, benci terpisah
Doakan selalu, niscaya kan tabah
Bahagia kabarmu, cambukku betah…

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Penulis berasal dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Saat ini tengah menempuh studi magister di Institut Pertanian Bogor dan telah dalam tahap penyelesaian. Penulis merupakan anak tunggal yang memiliki kecintaan terhadap dunia kepenulisan khususnya syair, puisi dan opini.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization