Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Nilai Moral Menuju Berdikari

Nilai Moral Menuju Berdikari

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: safruddin.wordpress.com)
Ilustrasi. (Foto: safruddin.wordpress.com)

dakwatuna.com – Dalam kehidupan yang saling ketergantungan satu dengan yang lainnya, kita memerlukan nilai moral untuk berinteraksi secara harmonis. Interaksi yang dimaksud di sini ditujukan kepada sesama manusia, hewan bahkan tumbuhan. Contoh nilai moral yang diperkenalkan dalam tulisan ini yaitu Trustworhty (dapat dipercaya) dan Continuous Improvement (kemajuan yang berkelanjutan). Dua nilai moral tersebut hanyalah salah satu dari beberapa nilai moral yang kita butuhkan dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sekitar kita.

Trustworthy, berasal dari bahasa inggris trust yang artinya percaya. Trustworthy, artinya dapat dipercaya. Nilai moral ini sama dengan salah satu sifat wajib yang dimiliki para Rasul, yang disebut amanah dalam bahasa arabnya. Nilai ini sangat penting dimiliki setiap orang karena menyangkut tugas kita di bumi yakni sebagai khalifah. Dan nilai ini tumbuh sebanding dengan kualitas keimanan seseorang.

Salah satu contohnya setelah peristiwa hijrah Rasulullah dan para sahabat ke Madinah, Rasulullah langsung mempersaudarakan setiap orang yang berhijrah yang disebut kaum Muhajirin dari Mekkah bersamanya dengan warga penduduk asli Madinah yang disebut kaum Anshar. Dan salah satu kisah persaudaraan itu, tersebutlah sahabat Abdurrahman bin Auf, yang dulunya ketika di Mekkah merupakan saudagar yang terkenal kaya dengan bisnisnya, dipersaudarakan dengan Sa’d bin Rabi’. Berdasarkan paparan Anas bin Malik, bahwa Sa’d yang memiliki harta yang banyak menawarkan Abdurrahman setengah dari hartanya. Selain itu, Sa’d juga menawarkan satu dari kedua istrinya untuk dipersunting oleh Abdurrahman apabila beliau memiliki ketertarikan. Namun Abdurrahman menolah dengan halus dan hanya minta ditunjukkan letak pasar.

Sebegitu besar kepercayaan Sa’d kepada Abdurrahman sampai rela menghibahkan harta dan istrinya. Hal itu dilakukan atas dasar persaudaraan dengan keimanan. Karena Abdurrahman dan Sa’d sama – sama percaya bahwa selama mereka menganut aqidah dan keyakinan yang sama, yakni Tauhidullah, maka mereka aman, mereka dapat dipercaya dan tidak mungkin berkhianat. Sebab Rasulullah berkata, cirri orang munafik itu ada tiga, yang salah satunya, apabila diberi amanah ia berkhianat. Dan seseorang yang keimanannya baik, aqidahnya lurus, tidak akan mungkin berkhianat.

Perkembangan jaman yang bergerak cepat menuntut kita untuk berlari mengembangkan potensi agar tercipta sinergi yang seimbang. Contoh saja beberapa perusahaan yang mengeluarkan tipe handphone yang semakin canggih. Mulai dari kamera 2 megapixel, kemudian dapat menjalin komunikasi jarak jauh dengan efektif dan efisien melalui whatsapp, hingga memesan makanan atau barang-pun dapat menggunakan handphone dan tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk berjalan kaki. Dibanding dengan jaman dahulu yang hanya sekedar berkomunikasi jarak jauh saja seseorang perlu mengirim surat, dan menunggu beberapa waktu untuk mendapat balasan, kini seseorang yang tidak memliki whatsapp sekalipun ia tinggal di perkotaan tetap dianggap kuno dan tertinggal apabila tidak memiliki informasi terupdate.

Itulah mengapa kita perlu menanamkan nilai continuous improvement, mengusahakan agar diri kita memiliki nilai jual dan potensi yang selalu bertambah, agar tidak tergilas dan tertinggal dengan perkembangan jaman. Continuous Improvement terdiri dari dua kata, continuous yang berarti berkelanjutan, terus – menerus dan improvement yang berarti kemajuan, perkembangan. Jadi, continuous improvement artinya perkembangan yang berkelanjutan. Nilai moral ini juga mengajarkan kita agar tidak membuang – buang waktu dengan percuma, agar memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk meng-upgrade kemampuan dan wawasan agar dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Cara menumbuhkan nilai continuous improvement yakni dengan banyak membaca, diskusi dan sarana lainnya untuk mengasah dan memperluas wawasan. Bahkan jika perlu, kita memiliki skill yang spesifik dan berusaha untuk mendalami skill tersebut agar menjadi pakar di bidangnya. Namun memahami teori saja tidak cukup, maka kita juga butuh pengaplikasian dari teori yang telah dikuasai. Dan hal yang paling penting tentunya, hal yang kita geluti tersebut bermanfaat dan bernilai tambah bagi lingkungan sekitar. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Anak kedua dari tiga bersaudara yang hobi main diluar rumah. Lebih suka tidur dari pada nonton sinetron, suka tilawah dan belajar bahasa Inggris dari musik, serta sering iseng-iseng menulis.

Lihat Juga

Kecewa Uji Materi Pasal Kesusilaan Ditolak MK, Fraksi PKS: Ini Soal Tanggung Jawab Menjaga Moralitas dan Karakter Bangsa

Figure
Organization